- 47

9 1 0
                                    

jgn lupaa votee❤️❤️

happy reading🌻

--------------------------------------------------------------

Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat, hingga akhirnya SMA Athala mengadakan PTS. Dan disinilah mereka sekarang, diruang test masing-masing.

Percaya tidak percaya setiap murid pasti akan menyontek saat test terlebih lagi baru pertengahan semester, jadi sebagian besar dari mereka akan acuh pada nilai.

Namun, tetap ada yang belajar pastinya. Siapa lagi jika bukan murid yang ambis.

"Ssttt ssttt ssstt,"

Dewa berdecak pelan saat mendengar desisan yang ia yakini berasal dari siapa lagi jika bukan Dzaki.

"Ki, diem kek!"

"Ada apa itu?" Sahut pengawas yang membuat Dewa menepuk mulutnya pelan.

Bodoh, pikirnya.

"Cuman mau pinjem tipe-x pak," balas Dzaki terlampaui santai.

"Sini minjem Wa!" Lanjutnya.

Dewa yang duduk berada dibelakang Dzaki memberikan tipe-x miliknya eh ralat milik adik tingkat yang duduk disebelahnya, setelah selesai dengan adegan tipu-tipu akhirnya Dzaki kembali melanjutkan aksinya.

"Nomor 21 apaan heh?" Bisik Dzaki sembari berusaha melihat lembar jawab Dewa dan setelah mendapatkan jawabannya lelaki itu kembali menghadap lembar jawab miliknya sendiri.

Benar-benar menjengkelkan.

"Baik waktunya selesai, silahkan dikumpulkan."

Akhirnya satu persatu dari mereka mengumpulkan lembar jawab milik masing-masing, berbeda dengan Dzaki yang tengah kelabakan karena belum selesai.

Melihat Alfin dan Dewa sudah berdiri membuatnya semakin panik.

"Tolongg, tolongggg." Ucap Dzaki dengan suara yang tertahan.

Dan akhirnya pun silang indah.

Keluar dari ruang test, raut wajah Dzaki murung membuat Dewa semakin gencar ingin menjahili.

"Napa tu muka lo tekuk kek baju lo." Ucap Dewa tanpa memperdulikan perasaan temannya.

"Pake nanya! Ya gara-gara ngga lo kasih jawaban." Sewot Dzaki.

"Lo liat jawaban gue pake mata lo sendiri jamal! Masih mau ngelak lo ha?!" Dewa mengepalkan tangan satunya kemudian mengarahkan ke Dzaki dan tentunya si tersangka hanya tertawa.

"Yok gas kantin, marahnya ditunda." Alfin mengalungkan kedua tangannya di leher kedua temannya.

"Lo juga Fin,"

Alfin melihat Dzaki dengan tatapan tidak percaya. "Apa? Gue salah apa?"

"Ngga ngasih gue jawaban," Dzaki cemberut.

"Salah lo ngga nanya,"

"Inisiatip kek."

"Gue ngga sepeka itu sayang,"

"Hiiii najiss!" Dzaki bergidik ngeri setelah mendengar ucapan Alfin.

Jika kalian berfikir bahwa Alfin itu orangnya dingin, kalian salah. Nyatanya, Alfin juga gesrek. Hanya saja jarang. Tapi sekalinya gesrek itu benar-benar diluar jalur dugaan.

Sedangkan di lain tempat, diwaktu yang sama sebelum keluar dari ruang ujian.

"Ssstt, Fan."

Fanny menoleh ke samping meja disebrang kirinya, ada Adit disana. Ia terus menatap Adit hingga pada akhirnya lelaki itu meminta contekan.

FannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang