- 33

9 2 0
                                    

"Mampus gue! Hari ini gue ngasih jawaban ke kak Naufal apa nih." Batin Fanny gelisah, bahkan kejadian kemarin membuatnya tidak bisa tidur semalaman.

Namun bukan hanya karena kakak kelasnya itu saja pikiran Fanny menjadi kacau, masih banyak hal yang terjadi secara tidak terduga yang Fanny hadapi.

"Yang namanya Fany silahkan mengambil buku paket ke perpustakaan" Ucap Pak Parno yang membuyarkan lamunan Fanny, pandangan gadis itu beradu dengan Fanny seolah meminta kepastian jika Fanny yang mana.

"Pak, yang namanya Fany ada dua, pake F sama pake V jadi yang mana yang disuruh?"

"Saya kan tadi bilangnya yang namanya Fany." Pak Parno tersenyum jahil, Vanya tersenyum tidak jelas sedangkan Fanny menggerutu membuat ketiga temannya menahan untuk tidak tertawa.

Akhirnya Fanny dan Vanya beranjak dari tempat duduk masing-masing lalu menuju ke perpustakaan untuk melaksanakan perintah dari wali kelas mereka tadi, saat perjalanan menuju perpustakaan yang berada dilantai satu, mereka harus melewati kelas XII IPA 2 yang dimana kelas Naufal.

Fanny benar-benar merasa sial hari ini, awalnya Fanny berada disebelah kanan Vanya namun saat telah menyadari bahwa mereka akan melewati kelas XII IPA 2 akhirnya Fanny memperlambat langkah kakinya kemudian berpindah haluan ke samping kiri tubuh Vanya.

Vanya yang menyadari hal tersebut hanya bisa menggelengkan kepala namun di dalam hati gadis itu tertawa melihat Fanny tengah salting.

"Eh Vanya"

"Eh, hai kak Bintang!" Balas Vanya dengan tidak kalah semangatnya, langkah kaki mereka terpaksa harus berhenti saat ketua OSIS itu menyapa Vanya. Dan Fanny hanya bisa menundukkan kepala takut jika Bintang akan melihatnya.

"Mau kemana kok ada dilantai dua?" Ucap Bintang saat lelaki itu berada diambang pintu XII IPA 2.

"Oh mau ke perpus nih kak ambil buku disuruh Pak Parno, kak Bintang kok ada di kelasnya kak Naufal sih?" Vanya menjeda ucapannya.

"Aku tau nih pasti kak Bintang bolos yaa?" Tuding Vanya dengan menunjuk ke muka Bintang menggunakan jari telunjuknya.

Fanny agak terkejut saat mendengar perubahan suara dari Vanya kepada Bintang dan saat gadis itu mengucapkan kata 'aku' namun Fanny teringat jika Vanya memang sedekat itu dengan Bintang walaupun sudah memiliki Malvin, lagi pula mereka cocok jadi kakak beradik.

"Suka bener deh" Bintang tertawa diikuti dengan Vanya namun tawa lelaki itu terhenti ketika menyadari bahwa Vanya tidak sendiri.

Bintang memutar badannya kemudian berteriak memanggil seseorang membuat Fanny ingin enyah dari hadapan mereka.

"Van Van ayok ke perpus Van nanti dicari Pak Parno kita lama." Bujuk Fanny sedangkan dalam hati Vanya tertawa lagi karena terlihat jelas jika Fanny tengah salting.

"Kak, aku mau lanjut ke perpus dulu nih takut dimarahin Pak Parno. Duluan ya kak dadaa," akhirnya Vanya berpamitan juga membuat Fanny bernafas lega.

"Jangan lupa kalau balik mampir ke sini dulu ya."

Deg

"Itu kan suaranya kak—Naufal," Batin Fanny.

~~~

Mengapa saat akan ada kejadian yang tidak diinginkan, waktu berjalan terasa begitu cepat membuat gadis yang tengah duduk manis ditempatnya itu ragu ingin keluar kelas. Beberapa kali bujukan dari temannya tidak membuat keputusan gadis itu goyah sedikitpun walaupun si perut sudah meminta jatah.

Disini gadis itu sekarang hanya diam di dalam kelas dan hanya sendiri tidak ada satu orang pun kecuali dirinya. Takut? Tentu saja, tetapi rasa takutnya lebih besar saat keluar kelas nantinya.

FannyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang