"Mau liburan kemana Fan?" Ucap Hendra, malam ini mereka sedang berada diruang tamu melihat acara televisi kesukaan Dave-apalagi jika bukan kartun berbadan spons itu sedangkan Felcia tengah mencuci piring di dapur.
"Kaya biasanya aja Yah dari pada di rumah ngapain."
"Jagain tokonya Ibu kan juga bisa."
"Nggak Yah, ikut kak Luna aja."
Hendra hanya bisa menghembuskan nafasnya pelan, entah beliau merasa gagal menjadi sosok ayah ataukah memang Fanny tidak betah berada di rumah. Setiap kali liburan gadis itu selalu menyusul kakak perempuannya yang berada diluar kota, padahal dulunya Fanny tidak menginginkan ajakan dari kakaknya itu tetapi entah mengapa sekarang keadaan telah berubah.
Soal toko milik Felcia, sebenarnya sudah lama berdiri tetapi Felcia hanya ingin menunjukkan bahwa beliau seorang ibu rumah tangga bukan pemilik toko. Ayah Fanny juga beralih profesi, lebih tepatnya di pekerjaan lain yakni pekerjaannya sendiri sebagai sopir angkutan barang namun juga masih menjadi tangan kanan Papanya Alfin.
Selama Fanny hidup, ia tidak pernah mempermasalahkan apa pekerjaan kedua orang tuanya. Lagi pula banyak tetangga mereka yang sukses karena usaha yang mereka buat sendiri jadi tidak ada alasan untuk Fanny menghina pekerjaan kedua orang tuanya, kebutuhan hidup mereka pun selalu tercukupi.
"Bagus deh kalo ikut kak Luna biar gue bisa leluasa di rumah," Ucap Dave yang entah mengapa Fanny sedang tidak ingin membalasnya.
"Kapan mau berangkat?" Hendra kembali membuka suara.
"Besok Yah"
Hal yang paling menyedihkan dihidup Fanny adalah ketika dia tidak bisa merasakan kasih sayang kedua orang tuanya secara utuh, sehingga membuatnya tidak terlalu dekat dengan kedua orang tuanya.
Gadis itu hanya berbicara sesekali dengan Hendra maupun Felcia bahkan dengan Dave pun, Fanny pernah satu hari penuh tidak berbicara sepatah katapun kepada pria kecil itu.
Mulai dari itu, Fanny belajar untuk mandiri. Setiap kali ada masalah yang datang menghampirinya, selalu saja ia sendiri yang melewatinya tanpa bantuan siapapun terutama kedua orang tuanya.
Ah mungkin untuk saat ini Fanny membutuhkan Vira untuk mendengarkan keluh kesahnya, Fanny kemudian beranjak dari sofa untuk menuju ke kamarnya dengan Dave yang melirik kepergian Fanny.
Sesampainya di kamar, Fanny langsung meraih ponselnya lalu mencari kontak yang bernamakan "Kak Vira" dengan merebahkan tubuhnya dikasur miliknya.
Kak Vira
Kak sibuk nggak?
Enggak dek kenapa?
Senang sekali Kak Vira fast respon.
Kak Vira
Hehe cuman mau curhat aja kak,
aku telfon ya kak.Yaudah gih curhat aja kaya sama siapa pake laporan
Fanny langsung menghubungi Vira dan langsung direspon oleh Vira.
"Aku tau kalau aku itu cuman manusia biasa kak, tapi apa aku salah seandainya aku pengin egois demi kebahagiaan aku sendiri kak?"
"Kebahagiaan kaya apa nih contohnya?"
"Dapat kasih sayang dari ortu"
"Dek, orang tua kamu memangnya kurang apa sih? Bukannya mereka udah kasih yang terbaik buat kamu?"
"Dave kak."
"Inget baik-baik apa yang kakak bilang hari ini, Dave nggak seberuntung kamu dek. Kamu masih punya keluarga yang utuh dan permasalahannya itu bukan di Dave tapi di kamu, coba kamu itu lebih buka hati kamu, buka pikiran kamu, kamu pasti akan mikir dan ngerasa kalau kenapa nggak kamu aja yang terbuka sama beliau-beliau? Kenapa harus nuntut beliau-beliau buat ngertiin kamu? Udah jangan terlalu dipikirin, jangan juga terlalu cepat dewasa dek, nggak enak. Maaf ya cuman itu yang bisa kakak bantu, kakak balik bantuin Ibunya kakak dulu, ternyata masih butuh bantuan hahaha. kamu pasti bisa."

KAMU SEDANG MEMBACA
Fanny
Teen FictionKisah tentang dua orang lawan jenis yang menjalin suatu hubungan persahabatan. Menghabiskan waktu berdua, saling bertukar gombalan, dan perhatian satu sama lain membuat hidup mereka seakan saling bergantung. 10 tahun mereka selalu bersama tetapi sam...