"Gimana tadi?"
Pemuda dengan wajah tampan dengan alis seperti burung camar, yang tak lain adalah Mark melihat kearah sang adik yang sedang membaca buku di dikamarnya.
"Dia mau"
"Gak nolak sama sekali?"
"Engga, baik banget ya bang?"
Jeno masih menatap bukunya namun kehilangan kata dimana ia membaca tadi, fokusnya sudah teralih dengan topik yang kakaknya ini bahas. Sedangkan Mark nampak mengangguk, ia membenarkan ucapan sang adik. Oknum yang tengah mereka bicarakan memang baik luar biasa, wajar sana selalu diberi ujian dengan Tuhan. Benar bukan?
"Terus ngomongin apa aja?"
"Gak banyak, aku cuma minta maaf doang sih. Soalnya aku bingung mau ngomong apa, gak enak banget rasanya Bang"
Jeno melepas kacamata bacanya, membenarkan posisi duduknya agar nyaman berbincang dengan Mark, "Abang mau tahu jawaban dia apa?"
Mark menatap sang adik, "apa?"
"Iya gapapa, aku anggep itu sebagai cobaan yang Tuhan kasih. Tuhan sayang aku Jen, tapi lebih sayang Kak Injun"
Mark menghela nafasnya pelan, merasa bersalah sekali. Kenapa ia bodoh sekali sih selama 1 tahun ini? Mendiamkan Haechan dengan alasan yang tak jelas, membiarkan Haechan dibully bahkan dibenci oleh teman seangkatannya, membiarkan Haechan sekalu mendengar ocehan tentang ia yang dibandingkan dengan Renjun. Apalagi yang perlu Mark jelaskan disini? Sudah banyak sekali hal-hal yang membuat Haechan sakit.
"Bang pokoknya aku mau nebus kesalahan aku banget sama dia Bang, aku udah ngerasa jadi orang yang paling jahat banget. Cuma karena kita gak terima Renjun pergi dari kita, kita jadi nyalahin Haechan. Padahal dia juga jadi korban di sana Bang"
Mark mengangguk, yang dikatakan Jeno benar, mereka harus menebus segala kesalahan mereka kepada Haechan, meminta maaf juga kepada Renjun dan Om nanti karena telah membiarkan orang tersayang mereka mengalami kesulitan sendiri. Padahal dua beradik ini sudah memahami bagaimana Haechan sebenarnya. Haechan yang sebenarnya manja berubah 360 derajat jadi Haechan yang mandiri.
Keadaan mendewasakan diri memang benar-benar ada!
"Besok pulang sekolah kita kerumah Renjun sama Om ya dek"
Renjun mengangguk, "iya bang"
"Yaudah, udah malam tidur kamu abang mau balik kamar dulu"
Jeno tak membalas tapi hanya mengangguk, meletakkan buku yang tadi ia baca ke tempatnya kembali lalu tidur seperti apa yang Mark suruh.
Di kamar Mark sendiri, pemuda bernama lengkap Marka Bagaskara itu duduk di tepi ranjang. Memikirkan segala hal yang telah ia lakukan terhadap Haechan yang baru sekarang ia merasa bahwa Haechan pasti benar-benar merasa kecewa. Apalagi Renjun juga Om, selama 1 tahun sebenarnya ia tak benar-benar melepas Haechan. Mark masih mengawasi adik Renjun itu. Masih mengikuti diam-diam kemana Haechan pergi dan tentunya tanpa disadari oleh Haechan sendiri.
Mark memang di depan terlihat benci dan garang namun dibalik itu semua ada secuil rasa pedulinya kepada Haechan, meskipun hanya sedikit itu adalah bentuk perhatian yang sebenarnya Mark berikan.
"Jun, aku minta maaf banget, aku janji gak bakal bikin Haechan nangis lagi, aku janji Jun"
•••
"Mark.."
"Iya?"
Renjun mengalihkan tatapannya dari Mark yang kini menatapnya, menunduk Renjun memperhatikan kakinya yang ia ayunkan.
![](https://img.wattpad.com/cover/251920733-288-k531964.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] 𝑪𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂 𝑻𝒆𝒏𝒕𝒂𝒏𝒈 𝑲𝒊𝒕𝒂 || Renhyuck | Markhyuck
FanficMenceritakan bagaimana seorang Haechan menjalani kehidupannya setelah kehilangan sosok Kakak juga Ayahnya. Bagaimana cara dia menatap dunia dan bagaimana ia terus berjalan walau jalan yang ia lalui tak ada penyangga. ..... Start: 3 Feb 21 Finish: 1...