7

1.9K 335 18
                                    

Spesial 1k untuk para readers ku. Terima kasih yang udah dukung cerita ini




Egi POV

Sejak kejadian enam tahun yang lalu saat aku mengakui untuk bertanggung jawab atas kehamilannya. Aku memutuskan untuk berangkat ke luar negeri untuk mengurus cabang perusahaan peninggalan ayahku. Aku meninggalkan Irene bersama Bundaku karna saat aku meninggalkan Irene, dia tengah mengandung lima bulan. Status kami saat ini masih sama. Irene masih menganggapku sebagai teman karna dia hanya mau aku membantunya mengurus anaknya.

Setelah sekian lama aku tidak kembali ke rumah. Akhirnya aku memutuskan untuk kembali setelah enam tahun lamanya. Saat ini aku tengah menunggu seseorang yang akan menjemputku.

"Woi Egi" Teriak seseorang yang memanggilku.

"Alex" Aku langsung berlari menghampirinya.

"Bagaimana kabar lo selama disana?"

"Ya begitu lah sering pusing pokoknya"

"Terus setelah lo memutuskan untuk kembali kesini, lo bakal ngapain lagi"

"Gue belum mikirin yang begituan masih"

"Terus lo masih mau bertahan"

"Maksud lo?"

"sepuluh tahun lo selama ini bertahan sama satu orang gi. Bahkan waktu kejadian itu lo malah bertanggung jawab buat dia dan sekarang lo bakal terus kayak gitu"

"Gue juga gak tau lex. Udah lah jangan bikin gue pusing dong. Mending anter gue pulang"

Egi POV end

.

.

.

.

.

"BUNDAAAA EGI PULANGG" Teriak Egi yang sangat kencang karna dia sudah sangat rindu dengan bundanya.

"Aduh si abang baru ingat mau pulang" ujar Bunda yang lansung memeluk anak laki-lakinya.

"Bagaimana kabar lo selama disana gi?"

"Baik kok bang. Kak Krystal kemana kok tumben gak ada"

"Kakakmu sedang menjemput Arga sama Yuna sekolah"

"Nenek" teriak dua anak kecil yang berlari setelah masuk ke rumahnya dan langsung memeluk Neneknya.

Egi hanya diam sebentar sambil melihat interaksi antara nenek dan cucu itu. Egi terus memandangi anak laki-laki yang saat ini sedang mengikuti neneknya ke ruang makan.

"Egi lo kapan sampainya"

"Baru aja kak. Udah berapa bulan tuh yang dalam perut"

"Baru jalan tiga bulan. Lo kapan nih mau kasih bunda cucu"

"Tuh emang bukan cucu" tunjuk Egi ke salah satu anak laki-laki yang ada disana.

"Maksud gue darah kandung lo sendiri gi"

"Ntah lah gue juga gak tahu"

"Gitu aja lo samapai lo tua. Demen banget kayaknya mau jadi bujang tua"

Egi malas menanggapi omongan kakaknya dan dia memilih untuk naik ke kamarnya dan kamar Arga. Selama Egi di luar negeri, Arga lah yang menempatikan kamarnya. Setelah dia mengganti bajunya, Egi kembali turun ke bawah dan ikut bergabung ke ruang makan. 

"Nek, kapan mama baru jemput Arga?"

"Nanti ya nenek tanya mama kamu dulu" anak itu hanya mengangguk kemudian tersenyum setelah mendengar jawaban dari neneknya.

Ruang makan kembali hening selama beberap menit. Setelah semuanya selesai makan. Egi saat ini sedang membantu Bundanya yang sedang mencuci bekas mereka makan tadi. Sedangkan Krystal, Bimo, dan Yuna sedang pergi keluar karna ingin membeli keperluan dapur. Hanya Arga lah yang tetap tinggal dan sekarang dia sedang di kamarnya.

"Bunda. Apakah Arga selama ini menyusahkan bunda?"

"Bunda malah senang gi karna rumah jadi gak sepi semenjak ada dia. Karna Kakakmu jarang kesini setelah dia menikah dan memiliki keluarga. Tapi semenjak ada Arga, Bunda jadi ada teman"

"Apakah Irene sering berkunjung kesini?"

"Gak terlalu sering sih. Paling cuma seminggu sekali dia kesini atau bahkan sebulan sekali

"Bunda"

"Hmm lebih baik kamu temenin Arga main aja sana di kamar. Kamu harus melakukan pendekatan dengan anak itu"

"Tapi bunda. Egi kan bukan siapa-siapanya kecuali hanya temannya Irene"

"Selama ini bunda kasihan lihat Arga. Arga seperti kekurangan kasih sayang dari orang tuanya. Selama ini Arga selalu menyakan keberadaan papa nya. Dia selalu bertanya dengan Irene setiap Irene akan menjemputnya. Kenapa kalian tidak menikah saja. Bunda kasihan sama Arga karna jika dia tidak mendaptkan jawaban dari Irene maka dia akan langsung masuk ke kamarnya dan langsnu menangis. Dia sama seperti dirimu nak. Dulu waktu itu kamu selalu menanyakan keberadaan ayahmu"

Egi hanya menghela nafas. Benar apa kata bundanya. Arga dan dirinya itu sama-sama selalu menanyakan keberadaan ayahnya. Egi akhirnya memutuskan untuk menemani Arga di kamarnya.

****

"Boleh om gabung sama kamu gak?"

Arga menoleh ke arah Egi yang saat ini sedang berada di ambang pintu. Arga langsung mengangguk dengan semangat karna saat ini dia membutuhkan teman untuk bermain. Egi langsung ikut bergabung dengan Arga yang saat ini sedang duduk di lantai dan bermain game.

"Nama om siapa? Kok Arga baru lihat?"

"Sebelumnya perkenalkan namaku adalah Egi Pradito. Terserah mau memanggilku apa"

"Om Egi siapanya nenek kok kayak deket banget tadi pas lagi makan?"

"dia adalah bundanya om"

"Jadi om yang selalu diceritain sama nenek"

"Emang nenek bercerita seperti apa tentang om?"

"Banya pokonya. Awalnya Arga mengira kalau yang sering diceritakan oleh nenek itu adalah papanya Arga. Tapi setiap Arga bertnya dengan mama tentang om. Mama selalu tidak mau menjawab"

Egi hanya diam saja disana. Dia sangat sedih melihat Arga seperti ini. Dia pasti sangat menginginkan keberadaan papanya. Tidak lama setelah itu ada seseorang yang masuk ke kamar mereka. Arga yang langsung tahu itu adalah mamanya langsung berlari memeluk mamanya.

"Anak mama udah makan?"

"Udah kok. Tadi nenek masaknya banyak banget karna om Egi pulang hari ini"

Irene langsung mencari keberadaan Egi saat ini yang ternyata sudah ada di depannya.

"Egi. Kenapa kamu baru pulang sekarang" Irene langsung melepaskan pelukan anaknya lalu memeluk Egi dan menagis dipelukannya. Sedangkan Egi membalas pelukan Irene. Egi sangat rindu dengan pelukan ini.

"Mama kenapa kok meluk om Egi erat banget bahkan sampai nangis"

Irene baru sadar jika anaknya masih disana. Dia kemudian berbalik dan melihat ke arah Arga.

"Arga. Dia adalah papa mu nak"

'akhirnya selama ini gue gak salah jadiin lo rumah buat gue' batin Seulgi.



TBC


Egi Pradito ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang