The Painter - 9

2.4K 128 13
                                    

Steven menoleh kesana-kemari berusaha mencari seseorang yang baru saja mengganggu kenikmatannya. Namun nihil, ia tidak menemukan siapapun.

"Sial," geram Steven.

Pria bangsawan itu mencengkram rak anggur disebelahnya. Hatinya was-was sekarang, bagaimana kalau orang tadi membeberkan kelakuannya. Jangan sampai Keluarga Johnson tahu dan membatalkan pernikahannya dengan Krystella. Steven tidak akan membiarkan itu.

Sementara itu seseorang terengah-engah keluar dari gudang anggur. Ia memegangi dadanya yang sedikit berdegup cepat karena baru saja bersembunyi. Orang itu mengepalkan tangannya marah. Ia tidak menyangka seorang Steven yang selama ini ia anggap baik dan bermartabat tega melakukan perbuatan sekeji itu.

***

Hari berlalu dengan cepat, pernikahan Krystella dan Steven tinggal menghitung hari. Selama menjelang pernikahan, Krystella disibukkan dengan berbagai persiapan sampai ia jarang bertemu dengan Kainan.

"Kenapa aku tiba-tiba merindukannya seperti ini?" Ucap Krystella sembari memeluk gulingnya.

Pagi ini Krystella sangat lemas, rasanya enggan untuk sekadar terbangun dari tempat tidur. Mungkin karena semalam ia baru saja  menemani Steven ke sebuah pesta perjamuan. Tentu saja Steven memperkenalkan dirinya sebagai calon istri. Cih calon istri di dalam mimpimu, Tuan Steven.

"Nona Krystella, sarapan dulu."

Seorang maid masuk dengan membawa nampan berisi potongan roti panggang. Krystella bangun dan duduk bersandar di ranjangnya.

"Terimakasih, Bi. Tapi aku tidak ingin makan."

"Makanlah sedikit Nona, sebentar lagi hari pernikahan anda dengan Tuan Steven. Kami tidak mau anda jatuh sakit."

Krystella mendengus mendengar nama Steven. Kenapa semua orang terus saja membicarakan pernikahannya dengan pria itu? Membuat ia muak saja.

"Baik, Bi aku akan makan."

Krystella mengambil potongan roti panggang itu. Selai strowberry kesukaannya bahkan tidak membuat ia berselera. Baru saja potongan pertama namun perutnya bergejolak, Krystella berlari ke arah kamar mandi yang berada di kamarnya kemudian memuntahkan makanan disana.

"Hoekkkk."

Maid itu mengikuti Krystella kemudian membantu sang nona yang terlihat sangat pucat.

"Astaga Nona Krystella, anda tidak apa-apa?"

Krystella berpegangan pada lengan maid wanita itu kemudian memijit pelipisnya yang terasa pening.

"Aku tidak tahu, rasanya pusing dan mual sekali." Ucap Krystella lemas.

Maid tadi membantu Krystella kembali ke kasurnya kemudian mengambilkan segelas air putih di nakas.

"Minumlah dulu, Nona. Saya akan panggilkan dokter."

Krystella mengangguk kemudian membaringkan tubuhnya yang terasa lemas. Baru saja dia memuntahkan isi perutnya namun yang keluar hanya air, tentu karena ia belum menyentuh makanan apapun pagi ini. Tidak lama berselang seorang dokter pria bernama Tuan Matt memasuki kamarnya. Dokter Matt adalah dokter keluarga Johnson, ia sudah lama melayani keluarga ini bahkan sebelum Krystella lahir.

"Selamat pagi, Nona. Izinkan saya untuk memeriksa anda."

dr. Matt duduk disekitaran ranjang Krystella, sementara itu Krystella hanya tersenyum seraya membalas singkat ucapan sang dokter.

"Baik, Paman Matt."

Karena sudah cukup akrab, Krystella sering memanggil dr. Matt dengan sebutan paman. Lagipula Paman Matt adalah teman ayahnya.

The Painter [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang