Bening melipat kedua tangannya didadanya dengan tatapan membunuh, lagi-lagi ada sebuah mawar merah diatas mejanya. Dari belakang seseorang menepuk pundaknya dan reflek membuat Bening menoleh.
"Cie, mawar lagi." Dia Tamara teman sebangku Bening. Tamara mengambil mawar merah itu dari atas meja Bening dan menciumnya pelan.
"Sini." Bening merebut mawar itu keras. Tamara mendengus.
Terlihat Bening keluar dari kelasnya, berjalan dengan amarah yang powerfull sesampainya disebuah kelas 12 MIA 5 matanya menjelajah ke seluruh ruangan.
"Itu dia." Gumam Bening sambil mendekati seorang anak laki-laki yang menelungkupkan kepalanya dimeja dengan headset yang terpasang ditelinganya.
"Aku udah bilang STOP ngasih aku mawar, Aku bilang padamu untuk terakhir kalinya aku tidak menyukai mawar, Apa telingamu tuli?"Teriakan Bening tidak membuatnya bangkit. Bening mulai geram, dia melepas paksa headset ditelinga orang itu.
Ada pergerakan, Bening menatapnya sinis dan melempar mawar itu ke meja orang itu.
Namanya Bumi, Bumi mengambil mawar itu kemudian beranjak keluar. Beberapa pasang mata yang berada dikelas menatap ke arah Bumi dan Bening.
Bening berjalan dibelakang Bumi dengan perasaan yang masih menyimpan amarah. Bumi berbalik menatap Bening ketika berada dilorong dekat taman belakang.
"Apa salahnya kalau aku ngasih kamu mawar tiap hari sih?" Kata Bumi lembut
"Aku nggak suka, kamu tahu itu." Bening sedikit mengontrol amarahnya. "Cuma Langit yang boleh ngasih aku mawar. Inget itu!" Lagi-lagi Bening dengan suara kasarnya
"Kenapa cuma dia?" Tanya Bumi sedikit mengeraskan suaranya
"Karena--" Bening menggantungkan kalimatnya. "Itu bukan urusan kamu." Kemudian Bening berlari meninggalkan Bumi
"Sampai kapan pun akan aku berikan mawar ini, walaupun pada akhirnya akan kamu buang." Teriak Bumi dari lorong
Bumi menghela nafasnya panjang. "Lo udah tenang disana tapi, masih nggak ngebiarin gue ngedapetin Bening." Bumi menatap langit seolah-olah sedang berbicara dengan Langit.
***
Tamara yang sedang asyik dengan smartphonenya akhirnya menghentikan aktifitasnya karena sedikit terganggu dengan Bening yang sedari tadi mondar-mandir tidak jelas.
"Kamu tuh kenapa sih?" tanya Tamara yang kemudian dibalas gelengan kepala Bening.
"Heh, brenti kenapa sih? Ganggu pemandangan tau." Tamara memasang wajah kesalnya.
"Gimana bisa ganggu, orang kamunya dari tadi Hapean mulu." Bening membantah
"Ok Fine." Kata Tamara Final.
"Aku heran sama Bumi, udah aku bentak, jutekin kayak begitu masih aja ngejar-ngejar aku." Bening menghampiri Tamara yang sedang duduk ditempat tidurnya.
"Itu dia serius deketin kamunya." Kata Tamara "Anggep aja dia Langit." Kata Tamara
Bening melotot "Ya, enggak bisalah Tam, Langit ya Langit, Bumi ya Bumi."
"Tapi, muka mereka kan sama Bee." Tamara memanggil nama kecil Bening
"Tapi, mereka itu beda Tam, walaupun kembar." Bening merebahkan badannya. "Dari kecil juga Bumi suka gangguin aku, Langit selalu lindungin aku Tam." Kata Bening sambil memejamkan matanya
"Bingung ah aku, lagian nantinya juga hatimu bakalan milih siapa yang pantes buat gantiin Langit." Kalimat Tamara mengantarkan Bening ke perjalanan mimpinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mawar Terakhir
General FictionIni cerita Dipta yang kehilangan Ara dan Ocha yang putus asa Tentang Bening yang selalu memegang janjinya kepada Langit serta Bumi yang diam-diam melindungi Bening. Lalu, Archipelago yang punya dua kehidupan berbeda. Copyright ⓒ 2015 by MardianaDM