Dentuman musik khas diskotik menghentak begitu keras, Beberapa penari erotis terlihat meliukan badannya diikuti mata para lelaki hidung belang.
Bahkan ada dari beberapa pria hidung belang itu yang menyelipkan beberapa lembar uang disela dada para penari yang terlihat melorot.
Dari sudut ruangan terlihat segerombolan pemuda yang asyik bercanda dan tertawa-tawa.
"BlackRose, Bro." Salah satu dari mereka menunjuk ke arah beberapa penari erotis itu. Tapi, telunjuknya diarahkan kepada seorang gadis dengan balutan busana minim hitam dengan akses mawar hitam senada dengan pakaiannya.
"Gila, pasti dia cantik banget." Pemuda berbaju merah itu menebak.
"Darimana kita bisa tau kalau dia cantik. Dia aja nggak pernah buka topengnya itu." Yang berbaju biru sanksi dengan pendapat temannya.
Sedangkan yang satunya hanya diam sambil memandang ke arah BlackRose yang sedang meliukan badannya.
***
Seorang gadis yang terlihat nerd itu berjalan sambil menunduk memandang lantai, beberapa kali dia membenarkan letak kacamatanya. Beberapa mata memandang remeh ke arahnya. Namanya Archipelago.
Dia memasuki kelas, ternyata kelasnya sudah penuh dan riuh. Archi mengedarkan pandangannya mencari kursi yang masih kosong.
Dia berjalan ke arah belakang, segerombolan mahasiswa terlihat bersenda gurau dan tertawa-tawa ( mereka pemuda yang sama yang berada di club malam itu).
Archi menunduk ketika melewati mereka. Kemudian dia meletakkan ranselnya diatas meja. Beberapa saat kemudian seorang dosen laki-laki masuk dengan beberapa buku ditangannya.
Suasana riuh berganti menjadi suasana tenang. Archi mengambil binder dari dalam tasnya.
Satu jam lewat dengan penjelasan seputar Faktor-faktor kenyamanan termal. Archi merasakan matanya terlalu berat pagi ini. Beberapa kali dia menguap dan dengan berat dia meletakkan kepalanya di atas meja. Tanpa sengaja tangannya mengenai punggung laki-laki didepannya itu. Namanya Titah
Laki-laki didepannya menoleh ke belakang tapi, Achi sudah terlelap.
***
Archi membuka matanya, tapi kelas sudah kosong. Dia bergegas memasukkan bindernya ke dalam tas dan dia merutuki dirinya sendiri karena tertidur didalam kelas dan dia terlambat setengah jam dikelas Perancangan Arsitektur.
Archi berlari menuju kelas yang berada dilantai dua.
"Sial, kenapa rasanya mau mati aja." Rutuknya dalam hati.
Archi membenarkan letak kaca matanya dan merapikan kemejanya yang sedikit berantakan sebelum memasuki ruangan.
Archi memutar kenop pintu pelan, baru saja dia akan meminta maaf karena terlambat. Tapi, ternyata dosennya belum datang. Archi bernafas lega.
"Chi, Lo panggil dosen gih, udah setengah jam lebih nih." Itu Clara dia gadis paling otoriter dikelas ini.
Archi mengangguk.
"Ngangguk aja Lo, punya mulut nggak sih Lo?" Clara mencibir.
Tanpa banyak bicara Archi membalikkan badannya akan keluar dari kelas. Tapi, sebuah tangan mencegahnya.
"Gue aja." Namanya Nuka "Gue kan Komtingnya." Kata Nuka sambil tersenyum.
Nuka itu termasuk salah satu diantara gerombolan pemuda tadi dan yang di club malam. Mereka terdiri dari Nuka, Detha, Sela dan Titah.
Achi mengangguk pelan, kemudian Nuka berjalan keluar dari kelas. Achi berjalan menuju kursi belakang yang masih kosong. Dia menunduk ketika melewati Clara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mawar Terakhir
General FictionIni cerita Dipta yang kehilangan Ara dan Ocha yang putus asa Tentang Bening yang selalu memegang janjinya kepada Langit serta Bumi yang diam-diam melindungi Bening. Lalu, Archipelago yang punya dua kehidupan berbeda. Copyright ⓒ 2015 by MardianaDM