"Archi." Seseorang memanggil namanya. Matanya terkejut melihat orang itu
"Kenapa bengong sih?" Tanya orang itu.
Sekarang dihadapan Archi berdiri seorang gadis dengan gaya tomboinya. "Kamu melupakanku?" Tanyanya. Gadis itu berdecak sebal. "Beneran nggak inget?"
Archi mengerjapkan matanya, dia tidak mengingat gadis didepannya ini. Tapi, dia tahu siapa gadis ini Niori Tamaya.
"Niori Tamaya." Gadis itu terlihat sumringah. "Artis laga kan?" Gadis itu langsung merengut.
"Kamu beneran nggak inget ternyata." Niori kemudian membalikkan badannya berjalan pergi dari tempat Archi.
Archi memandang penuh tanya ke arah punggung itu, artis sebesar dia mengenalnya? Imposible baginya.
Archi tersenyum kemudian berjalan menuju kelasnya.
***
Nuka duduk disebelah Archi yang sedang membaca, Archi yang sadar ada orang disampingnya menoleh sejenak.
"Hai chi, kamu udah makan?" Tanya Nuka yang berhasil membuat Archi mengerutkan keningnya.
"Aku ngajakin kamu makan, kenapa malah bingung githu?" Tanya Nuka lagi.
Archi tertawa pelan. "Yakin kamu ngajakin aku makan?" Tanya Archi sambil menutup bukunya. Nuka mengangguk.
"Kamu yang bayarin?" Tanya Archi lagi. Nuka masih membalas dengan anggukan.
"Oke, Go." Archi beranjak diikuti Nuka dari belakang.
Dari arah lain Titah menatap kearah mereka yang sedang mengobrol sambil tertawa.
"Tawa itu lebih cocok untukmu." Gumam Titah.
"Siapa yang lebih cocok sama tawa." Seseorang merangkulnya dari belakang. Titah menatap tajam gadis berkuncir kuda itu.
"Hai, Kakak." Sapanya sambil tersenyum.
***
Nuka berkali-kali menelan salivanya. Menatap seluruh tempat yang Archi tunjuk untuk makan dengannya. Nuka sudah menahan dirinya agar tidak muntah, karena dari tadi perutnya sudah mual.
"Kenapa? Kamu pilih-pilih tempat makan juga? Aku kira enggak." Archi bertanya hati-hati.
"Bukan githu chi, tapi--" sebuah teriakan memotong kalimatnya.
"Nuka." Lihatlah betapa terkejutnya Archi dan Nuka. Tapi, asal kalian tahu orang itu lebih terkejut.
"Lo, udah nggak phobia bakso?" Tanya orang itu dengan ketidakpercayaannya karena melihat Nuka berada ditempat ini. Dia Detha.
Archi menatap Nuka penuh tanya. "Kenapa enggak bilang?" Tanya Archi penuh penyesalan.
"Beneran gila, sampai mati juga dia nggak pernah mau ke warung bakso, ngeliat warungnya aja ogah, sekarang dia demi seorang Archi mau duduk disini. HEBAT!" Sela bertepuk tangan.
Nuka dan Archi hanya terdiam.
"Kalian berdua mau ngebully Nuka-ku?" Seorang gadis muncul dengan kuncir kudanya dan melipat tangannya didada dengan muka betenya.
"Niori." Kompak Detha, Sela dan Nuka. Archi menatap bingung.
Niori menatap kearah Archi, "Kamu masih enggak inget sama aku?"
Tiga laki-laki itu menatap penuh tanya dan menunggu jawaban Archi. Archi merasa ciut dengan tatapan itu. Kemudian menggeleng. Niori mendengus kemudian duduk dengan sebal disamping Archi.
"Maaf." Archi merasa sangat tidak enak hati karena tidak mengingat Niori.
Si penjual bakso datang dengan membawa nampan berisi empat mangkuk bakso, Nuka terlihat pucat dan menutup mulutnya dengan kedua tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mawar Terakhir
General FictionIni cerita Dipta yang kehilangan Ara dan Ocha yang putus asa Tentang Bening yang selalu memegang janjinya kepada Langit serta Bumi yang diam-diam melindungi Bening. Lalu, Archipelago yang punya dua kehidupan berbeda. Copyright ⓒ 2015 by MardianaDM