Mawar Terakhir - Bagian 3 [ End]

843 41 12
                                    

Dipta memikirkan pertemuannya tadi dengan Ocha dicafe, dia seperti melihat mata Ara disana. Dipta pikir itu hanya halusinasinya saja. Bodohnya, jantungnya berdegup kencang ketika melihat mata itu. Hanya Ara yang selalu membuatnya berdebar, dia yakin hanya Ara. Bukan orang lain, apalagi yang baru dia lihat sekilas.

Dipta merebahkan badannya keatas tempat tidur sambil memandang langit-langit kamarnya.

"Apa ada dua pasang mata yang sama didunia ini?" tanya Dipta sendiri

"Apa ada tatapan yang sama pada orang yang berbeda?" tanyanya lagi

Dipta ingin mencari jawabannya, tapi, dia terlalu lelah hari ini. Dia memutuskan untuk memejamkan matanya. Berdoa agar dia bermimpi indah dalam tidurnya.

***

Dari tempatnya Ocha pun memikirkan pertemuannya dengan Dipta tadi. Dan saat itu juga ingatannya seperti terlempar jauh ketempat yang sudah lewat dari masanya.

[Flashback]-[Ocha POV]

Hari ini Ara kembali mengunjungi kamarku, dia membawakanku es krim. Es krim rasa chocolate.

"Sebenarnya aku suka es krim rasa teh hijau, cha.. tapi, dirumah sakit nggak ada yang jual. Sedih." Aku tertawa mendengar kalimatnya terutama penekanan dikata 'Sedih'itu.

Aku selalu mendapat kejutan kecil dari tingkah laku gadis 19 tahun ini. Dia seperti seorang teman dan sahabat, tapi dia juga seperti seorang adik bagiku. Usia kami terpaut 2 tahun.

Aku mendengar helaan nafasnya. "Kamu kenapa?" tanyaku sedikit khawatir

"Kayaknya Dipta hari ini nggak datang deh." Ada nada sedih pada kalimatnya.
Dipta adalah orang yang sangat berarti bagi Ara. Ara banyak bercerita tentang Dipta. Ara bilang Dipta bekerja keras menghidupi dirinya dan neneknya. Ara juga bilang sumber kebahagiaannya itu hanya Dipta dan nenek.

"Mungkin dia beneran lagi sibuk sama cafenya." Ucapku sedikit menghiburnya

"Mungkin." Kata Ara singkat. "Apa aku sangat merepotkan baginya?" tanya Ara dengan sebuah nada sedih lagi

Aku mengangkat bahuku. "Dipta, tidak mengambil beasiswa masuk universitas gara-gara aku, sampai sekarang aku merasa bersalah karena dia melewatkannya." Aku masih terdiam "Walaupun dia anak yang diangkat nenek dari jalanan, tapi aku sangat senang karena akhirnya aku memiliki teman dan kakak laki-laki dirumah." Lagi-lagi Ara menghela nafas. "Aku tau dia melakukan semua ini karena balas budi pada nenek." Lanjutnya

"Dia tulus melakukannya untukmu Ra." Kataku sambil meraih tangan Ara

"Aku tahu dia tulus padaku, tapi aku nggak ingin jadi bebannya."Ara menggenggam tanganku. "Tapi, setidaknya aku ingin membuatnya bahagia, Karena kita tidak akan tahu kapan jantung ini akan berhenti berdetak." Aku tertegun mendengar kalimatnya.

***

Dipta turun dari sepedanya, kemudian memasuki halaman rumah yang dulu menjadi tempat tinggalnya. Tak seperti biasanya, Dipta tidak melihat nenek menyapu halaman. Padahal pada jam seperti ini biasanya nenek sibuk menyapu halaman.

Dari gazebo Dipta melihat nenek sedang berbincang dengan seorang wanita, terlihat nenek sangat akrab dengan wanita itu. Nenek juga tidak menyadari kehadiran Dipta.

"Pagi nek, lagi ada tamu?" Dipta menyela pembicaraan nenek dengan wanita itu.

"Eh, Dipta." Nenek beranjak dan memeluk Dipta seperti biasanya.
Wanita itu berdiri dan memberi salam, dipta mengenali wajah itu. iya tebakannya benar, dia adalah wanita yang kemarin dia temui dicafenya. Tapi, apa hubungannya dengan nenek, itulah yang menjadi pertanyaan Dipta sekarang.

Mawar TerakhirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang