Bening menatap mawar yang pagi ini berada diatas mejanya dan mengambil secarik kertas bertuliskan 'Mawar Terakhirku untukmu'. Bening keluar dari kelas dan berjalan menuju tong sampah. Belum sempat dia membuang mawar itu. sebuah suara berhasil membuatnya menoleh.
"Bee." Tamara berteriak sambil berlari dari kejauhan. Bening mengerutkan dahinya karena merasa aneh dengan kelakuan Tamara pagi ini. Tamara mengatur nafasnya.
"Bee, Bumi.." Tamara masih mengatur nafasnya. Bening mengerutkan dahinya lagi.
"Bumi, hari ini mau ke jepang." Mata Bening melotot ke arah Tamara
"Seriusan?" Tanya Bening setengah berteriak.
"Iya." Tamara mengeluarkan Smartphonenya dan memperlihatkan status Tweeter Bumi. Disana tertulis.
Mencoba hidup tanpa Bening, Melanjutkan petualangan ke negeri sakura.
Bening berlari masuk ke dalam kelas mengambil tasnya. "Tam, pinjem mobil."
"Kamu kan nggak bisa nyetir Bee, Ayo aku anter ke bandara." Tamara dan Bening berlari menuju parkiran.
Bening menggenggam erat mawar itu ditangannya. Dengan perasaan cemas dan takut yang menjadi satu. Tamara melajukan mobilnya cukup kencang. Bening sampai harus berpegangan pinggiran kaca mobil.
"Aku takut banget Tam." Bening menautkan tangannya dan memegang erat mawarnya.
"Berdoa Bee." Tamara memegang punggung tangan Bening.
***
Bumi beranjak dari waiting room, 10 menit lagi pesawatnya Take Off dia menghela nafasnya panjang. Kemudian Bumi melambaikan tangannya pada orang tuanya. Dalam hati dia menyesal meninggalkan Bening tanpa berpamitan. Tapi, beginilah dia memilih jalannya.
***
Bening berlari selepas turun dari mobil Tamara matanya mengedar ke seluruh area bandara.
"Bening." Suara lembut itu memanggil Bening, Bening menoleh ke arah suara itu.
"Tante, Bumi mana?" Tanya Bening pada wanita yang notabenenya adalah ibu Bumi
"Pesawatnya baru aja Take Off." Bening merasakan badannya luruh mendengar kalimat itu.
"Bee, Gimana?" Tanya Tamara yang baru muncul dari belakang Bening.
Bening menggeleng sambil berkaca-kaca, Tamara memeluknya. "Aku telat Tam, Bumi udah pergi." Lirih Bening dengan air matanya.
Ibu Bumi mendekat ke arah Bening dan mengusap kepala Bening tanpa berkata-kata. Beliau tahu apa yang dirasakan Bening. Beliau juga tahu bagaimana kedua putranya sangat menyukai Bening.
Hiruk pikuk bandara dan segala kegaduhannya terasa tidak ada dalam pendengaran Bening. Hanya kosong yang dia rasakan dan rasa kehilangan setelah kepergian Bumi.
***
[Ending Story]
Mawar itu sudah layu, sudah 5 tahun sejak kepergian Bumi, tak ada kabar darinya. Bening menyimpan mawar terakhir pemberian Bumi yang tinggal batangnya saja, dia selipkan diantara halaman buku diarinya.
Harusnya dia tidak membuang setiap mawar yang Bumi berikan kepadanya. Harusnya dia menyimpannya. sekarang Bening menyesal sangat-sangat menyesal.
Klakson mobil membuat Bening berlari menuju jendela, dilihatnya mobil Tamara sudah dibawah, Bening bergegas keluar menghampiri Tamara.
"Hai Tam." Sapa Bening sesaat setelah masuk mobil Tamara. "Kita mau kemana?" Tanya Bening sambil memasang Selt belt
"Ikut ajalah." Tamara melajukan mobilnya membelah jalanan.
***
Mobil Tamara berhenti dipantai dan Bening menatap Tamara penuh tanya.
"Kenapa nggak bilang kalau mau ke pantai?" Tanya Bening
"Habis kamu suka ogah-ogahan kalau diajak ke pantai." Tamara turun dari mobil diikuti Bening
"Whoaa.. anginnya seger." teriak Tamara ketika angin menerpa wajahnya.
Tamara dan Bening berjalan menyusuri pantai, sesekali air laut menerjang kaki telanjang mereka. Bening terlihat begitu bahagia.
"Bee, aku ke toilet bentar ya." Kata Tamara
"Oke."
"Kamu jalan-jalan aja dulu." Tamara setengah berteriak kemudian berlari sambil melambaikan tangannya.
Bening berjalan sendirian menyusuri pinggiran pantai, Langkahnya terhenti ketika melihat punggung orang yang dia kenali.
"Bumi." Panggil Bening pelan.
Orang itu menoleh kearah Bening sambil menyunggingkan senyumnya. Bening memundurkan langkahnya.
"Hai Bee." Bumi memajukan langkahnya.
Bening berkaca-kaca sambil menutup mulutnya dengan tangannya, dia tidak percaya orang yang sangat dia rindukan berdiri didepannya.
"Jangan menangis Bee." Bumi menarik badan Bening ke dalam pelukkannya
"Kamu jahat, Kamu nggak pamit sama aku, kamu nggak kasih kabar aku." Bening memukul-mukul dada Bumi.
"Maaf Bee." Bumi mengusap kepala Bening lembut
Bening menatap wajah Bumi yang 5 tahun ini hilang dari pandangannya. "Biarkan aku menjadi ombak yang selalu kembali kepada pantai." ucap Bumi sambil memegang kedua pipi Bening.
"Selamanya kamu ombakku--" Bening menggantungkan kalimatnya. Kemudian dia mendekatkan wajahnya ke wajah Bumi. "Bumi." Lanjutnya kemudian mengecup singkat bibir Bumi.
Bumi memeluk Bening erat. Ini akhir yang indah bukan?
***
Tamara tersenyum dari kejauhan, Bumi memang meminta Tamara membawa Bening ke pantai ini. "Semua pasti ada akhirnya bukan, dan ini indah Bee." Gumam Tamara pelan
***
Dear My Roses
Bening,
Ini adalah surat terakhirku untukmu, aku tidak akan berkata banyak Bee..
Hiduplah bahagia
Hanya itu yang ingin aku sampaikan pada surat terakhirku. Aku selalu mendoakan yang terbaik untukmu Bee..
From me
Langit.
***
Tamat,
Bagaimana endingnya? apa memuaskan?
Authors sih berharapnya begitu.. hihi
vote dan comment ditunggu ya.. pembaca yang baik adalah pembaca yang memberikan vote sebagai bayaran atas tulisan authorsnya.
Love you
NB : baca cerita authors yang lain ya Cinderella and Snow white , Someone who never come
KAMU SEDANG MEMBACA
Mawar Terakhir
General FictionIni cerita Dipta yang kehilangan Ara dan Ocha yang putus asa Tentang Bening yang selalu memegang janjinya kepada Langit serta Bumi yang diam-diam melindungi Bening. Lalu, Archipelago yang punya dua kehidupan berbeda. Copyright ⓒ 2015 by MardianaDM