"Sialan." BlackRose mengumpat dalam hati.
"Sorry, Gue nggak maksud--" Titah menggantungkan kalimatnya saat dilihatnya BlackRose sedang berjongkok sambil menutupi mukanya diantara lututnya. Tapi, tangannya masih erat dalam genggaman Titah.
Titah berjongkok disebelah BlackRose. "Maaf, ini topeng Lo." Titah memberikan topeng BlackRose yang terjatuh didekat kaki Titah.
BlackRose masih membenamkan wajahnya diantara lututnya, rambutnya tergerai sampai menutupi seluruh wajahnya. Tangannya meraih topeng dari tangan Titah.
"Thanks." Setelah memakai topengnya lagi BlackRose segera beranjak dan berlari meninggalkan Titah.
Titah memandang kepergian gadis itu dengan penuh tanya.
***
Archi berjalan menyusuri beberapa rak buku yang berisi buku-buku arsitektur. Sesekali dia membenarkan letak kacamatanya.
"Archi." Sebuah suara berat membuatnya menoleh.
"Nuka." Dia menggumamkan nama Nuka pelan.
"Lo sendirian aja disini?" Tanya Nuka
"Iya, aku kan nerd mana ada yang mau deket sama aku." Archi berkata sambil tersenyum.
"Buktinya gue mau." Nuka membantah opini Archi. Archi tersenyum
"Padahal Lo nggak nerd banget sih, cuma kacamata Lo ini plus kemeja yang kebesaran aja yang bikin Lo keliatan nerd." Kata Nuka beropini
"Oh ya, jadi aku mesti make over kayak disinetron githu, terus jadi cantik dan nggak nerd terus dapet cowok paling cool dikampus ini?" Nuka tertawa mendengar kalimat Archi.
"Ternyata Lo cerewet juga." Kata Nuka masih menahan tawa
"Apa cewek nerd kayak aku itu mesti diem, nunduk terus dan teraniaya?" Tanya Archi. "Cuma Clara yang jahat sama aku, yah .. walaupun yang lain jahatnya diem-diem." Archi kemudian mengerucutkan bibirnya.
Nuka melepaskan kacamata Archi kemudian memasukkannya dengan cepat kedalam tasnya.
"Kacamataku." Archi menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
"Begini juga bagus, Bye Archi." Nuka berbalik kemudian berlari meninggalkan Archi.
"Nuka." Archi mengeram sebal.
***
Archi dari tadi berjalan sambil menutupi wajahnya, membuat semua orang memandang aneh kearahnya.
"Bukk!" Badan Archi menabrak something.
"Mm-maaf." Archi memunguti beberapa buku yang berjatuhan.
Orang didepannya mengerutkan keningnya. "Lo Archi bukan?" Tanya orang itu
Archi memandang ke arah orang itu. Detha. Archi memberikan buku itu kembali kemudian memberikannya pada Detha. Archi gugup.
"Iya, Lo Archi." Detha menarik tangan Archi.
"Eh, mau kemana?" Archi kembali menutupi wajahnya dengan satu tangannya.
Tadi Nuka dan sekarang Detha, Ya Tuhan.. Archi tidak pernah membayangkan para cowok itu akan sok akrab dengan dirinya.
Detha membuka pintu. "Sial, ini basecamp mereka." Umpat Archi
Mereka berempat memang tergabung dalam grup pecinta alam dan ini basecamp mereka.
Lihatlah, tiga cowok yang sedang asik ngobrol itu akhirnya menatap kearah Archi intens.
"Coba liat, gue bawa siapa?" Detha merangkul bahu Archi
"Archipelago, man." Detha mendudukkan Archi disamping Sela.
"Nuka, mana kacamataku." Archi mengulurkan tangannya kearah Nuka yang duduk didepannya. Yang lain bertanya-tanya.
Titah menatap intens ke arah Archi yang menunduk didepannya.
"Sorry chi, patah." Archi mendongakkan kepalanya.
"What! Nuka kejam." Archi bergumam dalam hati ketika Nuka memberikan kacamatanya yang patah jadi dua.
***
Titah merogoh tasnya mencari Handphone yang tadi dia masukkan. Tapi, tangannya mendapatkan sesuatu yang lain dari dalam tasnya. Secarik kertas berwarna hitam. Dari tinta silver itu tertera sebuah pesan yang berisi.
Terima kasih untuk yang kemarin.
Pengirimnya adalah BlackRose. Titah mengerutkan dahinya. Bertanya-tanya bagaimana gadis itu bisa meninggalkan kertas itu didalam tasnya.
"Who is that girl?" Tanya Titah dalam hati.
***
Akhir-akhir ini Archi selalu mendapat sekuntum mawar didepan pintu rumahnya, Entah siapa yang mengirimkannya. Tapi, itu membuat Archi sangat senang. Pagi ini jam kuliahnya dimulai pukul sembilan pagi. Dia sudah selesai berberes dan siap pergi ke kampus.
setelah mengunci pintu rumahnya dia berjalan menuju shelter busway paling dekat dengan rumahnya. tapi, klakson mobil menghentikan langkahnya. Kaca mobil terbuka dan terlihat Nuka tersenyum dengan rentetan giginya yang rapi.
"Bareng yuk Chi." tawarnya
"Boleh?" tanya Archi
"Masuk." Nuka membukakan pintu mobilnya dari dalam. Archi bergegas masuk.
"Rumahmu deket sini juga?" Archi membuka pembicaraan.
"Iya, deket-deket sini." jawab Nuka sambil tersenyum
"Tau githu aku nebeng kamu terus aja ya?" Achi tertawa diakhir kalimatnya
"Boleh." Nuka manggut-manggut. " Mau dengerin lagu, bagus nih." Nuka menekan play pada pemutar musiknya
"Ini Heartache, One OK Rock." Tebak Archi saat intronya baru mulai
"Lo tau juga?" Tanya Nuka antusias
"Iya aku tau, suka malahan." Jawab Archi
Nuka melirik ke arah Archi yang hari ini sedikit berbeda dia tidak lagi memakai kaca matanya. Terlihat begitu cantik tanpa make up. Nuka tersenyum sendiri.
"Thanks ya tumpangannya." ucap Archi ketika turun dari mobil Nuka.
"Iya sama-sama nona cantik." Nuka dan Archi menoleh ke arah sumber suara. Sela ternyata dan Detha berdiri dibelakang Sela
"Hai Archi. cantik banget hari ini." Goda Detha sambil melambaikan tangan. Archi tersenyum kemudian menundukkan kepalanya karena malu.
"Chi, duluan ya." Nuka berpamitan
"Yaelah Nuka, manis bener sekarang." celetuk Sela kemudian meraih bahu Nuka dan menyeretnya paksa
"Duluan ya Chi, Mereka emang suka githu. " Detha lagi-lagi melambaikan tangannya
Archi hanya membalasnya dengan senyuman manis.Handphonenya bergetar dengan buru-buru Archi mengambilnya dari dalam tas kemudian menggeser screennya ke tanda hijau.
"Hallo." Sapa Archi sambil berjalan.
Dari arah belakang Titah memunggut sesuatu yang terjatuh dari dalam tas Archi tadi. Titah mengerutkan keningnya dan beberapa pertanyaan muncul dalam pikirannya.
***
Bersambung...
vote dan komentar ya pemirsahhhh...
KAMU SEDANG MEMBACA
Mawar Terakhir
General FictionIni cerita Dipta yang kehilangan Ara dan Ocha yang putus asa Tentang Bening yang selalu memegang janjinya kepada Langit serta Bumi yang diam-diam melindungi Bening. Lalu, Archipelago yang punya dua kehidupan berbeda. Copyright ⓒ 2015 by MardianaDM