15. Flashback, eavesdrop

200 74 58
                                    

Selama tiga jam, Derjov hanya duduk sambil membaca dokumen kerjanya di ruang tamu. Tidak ada bedanya dengan yang dia lakukan ketika di rumah, hanya membaca atau menonton televisi jika tidak ada pekerjaan. Dia sudah terbiasa hidup dalam kesendirian.

"Kamu bawa semua dokumen kerjamu?"

Matanya bergerak mengikuti asal suara, mendapati Kirei yang tengah menuruni anak tangga dengan rambut basah dan mantel tidur yang tidak rapi, membuat bagian atas dadanya terekspos.

Derjov termangu beberapa saat. "I-iya, aku punya banyak pekerjaan, Kirei."

Wanita itu berjalan melewatinya begitu saja menuju dapur tanpa menanggapi lagi. Derjov masih tidak berniat pergi meski kurang dianggap keberadaannya di sana, dia harus menjalankan amanah untuk menemani Kirei.

Derjov kembali membuka dokumennya, namun tiba-tiba dia menjambak rambutnya sendiri. "Argh, apa yang kau pikirkan Derjovzier."

Pada akhirnya Derjov tidak bisa fokus setelah melihat mantel tidur seorang wanita yang tidak rapi. Derjov tidak mesum. Dia pertama kali mengalami ini selama dua puluh dua tahun dia hidup. Kirei memang sebuah pengecualian. Hanya Kirei.

Apa Kirei biasa berpenampilan seperti itu saat ada orang asing di rumahnya? Derjov tidak habis pikir. Tapi mungkin Kirei tidak menganggap Derjov sebagai orang asing lagi.

"Masih betah di sini?" Kirei datang membawa secangkir kopi, lantas mengeringkan rambutnya dengan handuk. Rupanya dia ke dapur untuk membuatkan tamunya minuman.

Derjov mendongak, kemudian dia berdiri, membenarkan mantel tidur wanita itu. "Apa kamu sering memakai pakaian seperti ini saat di rumahmu ada tamu?" Dia sudah gemas dari tadi.

Kirei terkejut dan langsung menutupi dadanya. "Tidak, aku tidak tahu." Dia jelas tidak dapat menyembunyikan rona merah di pipinya, "Maaf."

"Gapapa, terimakasih kopinya, aku harus tetap di sini untuk menjagamu." Derjov kembali duduk di sofa, meraih lembaran dokumen yang belum selesai dia baca.

"Apa masih banyak yang belum dikerjakan?" tanya Kirei sambil merapikan tumpukan kertas di atas meja.

"Ah maaf membuat meja ini berantakan, aku tidak-"

"Aku mengerti," Kirei menata semuanya sambil melihat-lihat apa yang pria itu kerjakan. "Ruang kerjamu pasti berantakan."

Derjov menggaruk tengkuknya, "Maidku yang membersihkan."

Ruangan itu hening beberapa saat, Derjov yang tengah memeriksa dokumen sebenarnya tidak bisa fokus selama Kirei masih duduk di sebelahnya. Merasa setiap gerak geriknya diawasi, Derjov bahkan tidak berani melirik wanita itu yang padahal hanya sedang membaca salah satu bukunya tanpa dia sadari.

"Kamu sudah makan malam, Rei?" Derjov tidak mengerti, kenapa dia harus merasa gugup?

Baiklah, ini adalah pengalaman pertamanya duduk bersama seorang wanita yang sudah pernah tidur dengannya.

"Belum."

Derjov akhirnya menoleh. "Kenapa belum- kenapa kamu membaca bukuku?" Semua rasa percaya dirinya seketika lenyap.

Kirei menatap Derjov, lantas tertawa kecil. "Berapa usiamu? Aku tidak percaya kamu membaca buku tentang 1001 Cara PDKT."

Untuk sesaat Derjov bisa bernapas lega, meski malu karena ketahuan membawa buku tidak penting itu setidaknya untuk pertama kalinya dia dapat melihat Kirei tersenyum karenanya. Bukankah ini suatu awalan yang bagus?

"Aku baca semua buku yang menurutku menarik."

"Aku tidak percaya, ternyata kamu sepolos itu."

Itu terdengar seperti Kirei sedang menantang Derjov. Entah kenapa hal itu membuat keberanian Derjov akhirnya kembali. "Polos bagaimana maksudmu?"

Can You Love Me? .endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang