Di sinilah Derjov sekarang, duduk di pinggir ranjang Kirei dengan kopi yang masih hangat agar tetap terjaga sepanjang malam. Sembari menatap setiap inci wajah tidur wanita itu yang dipahat begitu sempurna.
Belum sempat Derjov bertanya kenapa Kirei harus berlari mengejarnya, wanita itu sudah limbung dengan suhu tubuh yang naik membuat Derjov jadi cemas. Akhirnya dia tidurkan Kirei di kamarnya, dan entah sejak kapan wanita itu terlelap begitu cepat seakan sangat kelelahan.
Derjov sudah memutuskan akan tidur di sofa malam ini. Merasa harus menjaga Kirei yang sedang sakit, paling tidak sampai besok. Menghiraukan batin dan pikirannya yang sangat kelelahan.
"Jov, jangan pergi sekarang. Di luar dingin..."
Dikira mengigau, Kirei berkata lirih tapi tangannya bergerak meraih lengan Derjov. Pria itu mengelus kepala Kirei dengan lembut agar wanita itu tenang dan kembali tidur. "Aku tidak jadi pergi, aku di sini."
"Jangan pergi dulu," ucap Kirei lagi dengan mata yang masih terpejam dan mencengkeram kuat lengan pria yang menemaninya itu.
Derjov tidak tahu harus bagaimana, dia merebahkan tubuhnya di samping Kirei yang masih gelisah. "Tenang saja, aku masih ada di sini."
***
Keesokan paginya saat pria itu terbangun, Kirei sudah tidak ada di sampingnya. Derjov terkejut karena tidak sadar tidur satu ranjang dengan wanita itu semalaman. Dia terlalu lelah dan akhirnya terpejam begitu saja di sana.
"Apa yang aku lakukan?" tanyanya pada diri sendiri sambil menghela napas dan membersihkan wajahnya di kamar mandi.
Saat keluar dari kamar, dia mendapati Kirei yang rupanya tengah menyiapkan sarapan di dapur. Dengan wajah yang fokus dan tenang, meski terlihat masih belum sembuh sepenuhnya.
Derjov hanya terdiam menatap tubuh Kirei dari belakang yang terbalut apron. Tangannya sangat gatal, ingin mendekap pinggang yang ramping itu dan mengecup pipinya. Tapi bukannya malah suka, Kirei mungkin akan memukulnya dengan spatula.
Entahlah, Derjov merasa dia sudah gila sejak bertemu Kirei. Perasaan seperti itu masih asing dia rasakan, wanita itu berhasil menyihir Derjov sampai jadi seperti ini.
"Pagi Rei, kamu belum sembuh total, harusnya kamu istirahat saja." Berbasa-basi sebentar, Derjov memilih duduk di kursi meja makan. Padahal niat awal dia ingin segera pulang pagi ini.
"Gapapa, ayo sarapan dulu." Wanita itu menjawab dengan ramah, tampak bersahabat sambil menghidangkan sarapan sederhana yang membuat perut Derjov keroncongan.
Semalam pria itu hanya makan sedikit, pastilah dia sangat lapar sekarang.
"Terimakasih, maaf kemarin aku tidak sengaja tidur di sebelahmu."
Kirei yang baru duduk, tampak terdiam sesaat. "Tidak masalah, kamu juga tidak melakukan hal yang macam-macam. Ayo dimakan dulu sarapannya."
"Apa aku boleh?"
"Iya, aku masak ini untuk kita."
Derjov tersenyum kecil. "Aku suka panggilan kita yang kamu gunakan." Dia mulai menyantap makanan yang telah disiapkan. "Masakanmu enak Rei."
Kirei tersenyum puas mendengar penilaian Derjov. Entah kenapa wanita itu terlihat menyenangkan pagi ini. Apa Kirei sudah memberi lampu hijau? Tapi kemarin dia meminta Derjov untuk menyerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can You Love Me? .end
RomanceRevisi. Bagi Derjov, pria dua-puluh tiga tahun yang masih remedial soal mencintai. Setelah menikah ia terikat selama sisa hidupnya dengan wanita yang dipilihkan semesta. Apapun yang terjadi ia tidak akan pernah mampu dihadapkan pada perpisahan meski...