Saat itu Kirei sedang duduk memangku buah hatinya yang masih terpejam saat ponselnya tiba-tiba berdering, ada panggilan masuk. Kirei segera mengangkatnya, siapa tahu ada hal penting.
"Pagi Guelzio, ada apa?" sapa Kirei dengan ceria.
"Pagi, kamu baik-baik saja kan sayang? Semalam kamu pergi ke mana? Suamimu seperti kesetanan meneleponku malam-malam dan berteriak tidak jelas," balas Guelzio di seberang telepon. Terdengar sangat jengkel.
Tanpa Kirei sadari, Derjov berdiri di belakangnya, menguping pembicaraan mereka. Awalnya pria itu hanya ingin menyapa jika saja dia tidak mendengar nama Guelzio disebut. Suasana hati Derjov langsung menjadi buruk.
"Kamu tidak perlu khawatir, aku gapapa. Kemarin itu cuma lagi banyak pikiran."
Derjov mendengus, kesal namun masih ingin menguping. Dia mendekati Kirei agar dapat mendengar lebih jelas, padahal hatinya sudah panas. Derjov memang tidak pernah berhenti membenci Guelzio. Namun mereka tidak pernah berencana untuk saling membunuh, justru bertingkah selayaknya kenalan biasa.
Untuk sesaat Derjov lupa jika dirinya sendiri yang mengizinkan Kirei untuk selingkuh beberapa bulan yang lalu.
"Maaf aku tidak berusaha mencarimu, kamu tahu jadwalku.. aku harus latihan. Tapi aku sungguh khawatir Rei, aku ingin melihatmu."
"Guel, kayaknya kita gak bisa ketemu dulu sekarang. Jangan terlalu dipikirkan, aku gapapa."
"Apa Derjov menjagamu?"
"Ya, dia selalu menjagaku."
"Aku mulai khawatir dengan hubungan kita yang enggak jelas ini." Guelzio tertawa kecil.
Kirei mengernyit. "Kenapa bilang gitu? Kamu adalah kekasihku."
"Kamu pasti senang jika dia memperhatikanmu. Aku mengerti Rei, cepat atau lambat kamu akan jatuh cinta padanya."
Kirei terdiam sejenak. "Mencintai Derjov?"
Tangan Derjov sudah gatal ingin membanting ponsel itu sekarang juga. Namun sikapnya akan terlihat aneh karena dari dulu Derjov tidak pernah melarang Kirei menghubungi Guelzio. Dia tidak boleh membuat Kirei semakin muak padanya.
"Kami memang tidak bertengkar hari ini, tapi kamu tahu sikapnya yang menyebalkan bisa kambuh kapan saja, dan itu yang aku tidak suka," ucap Kirei masih tersambung dengan telepon.
Derjov melipat tangannya di depan dada, mendengus pelan.
"Aku anggap dia seperti Kakakku, hanya itu Guel. Aku tetap mencintaimu," Kirei melanjutkan.
Guelzio tertawa. "Baiklah sayang, sekarang kamu istirahat. Kapan-kapan aku akan datang ke sana ya? Kalo dibolehin sama suamimu sih. Baiklah aku ada perlu, jaga dirimu. I love you..."
"I love you too!"
Sambungan telepon terputus, Kirei menghela napas.
"Sayangku, pangeranku..." Kirei kembali fokus pada Zavel yang terbangun, lantas berdiri dan menggendong bayi itu. Namun saat dia berbalik, "Derjov?!" Dia terkejut.
Derjov merasa sangat kecewa, lagi. Entah niatnya mengajak Kirei pergi ke mall pagi ini masih berlaku atau tidak.
"Seperti Kakak?" dari tadi dia memikirkan hal itu.
Lisannya masih tak kuasa untuk bertanya ke hal yang lebih inti. Entah kenapa semua itu tidak bisa dia lontarkan, ketidaknyamanan atas apa yang Kirei katakan tentang dirinya pun terlalu berat untuk disuarakan.
Tidak suka, tapi juga tidak bisa protes.
"Kamu ngomong apa sih, Tuan? Jadi ke mall atau tidak?" Kirei tertawa kecil, masih berusaha mempertahankan keadaan damai tanpa pertengkaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can You Love Me? .end
RomantikRevisi. Bagi Derjov, pria dua-puluh tiga tahun yang masih remedial soal mencintai. Setelah menikah ia terikat selama sisa hidupnya dengan wanita yang dipilihkan semesta. Apapun yang terjadi ia tidak akan pernah mampu dihadapkan pada perpisahan meski...