Keesokan harinya, pukul delapan pagi. Derjov masih enggan membuka mata. Kepalanya sangat pusing, dia kelelahan setelah bermain semalaman, tanpa sadar memeluk seseorang di sampingnya yang perlahan mulai terbangun.
"AAAAKKH!"
Teriakan super nyaring itu membuat mata elangnya terbuka sempurna. Derjov segera bangun, dan betapa terkejutnya dia melihat seorang wanita tanpa sehelai benang pun ada di ruangannya, satu ranjang dengannya.
Derjov mengusap matanya, tidak percaya. "Kirei?!" Dia yakin itu namanya.
Wanita yang dipanggil Kirei itu menjaga jarak, berusaha menutupi tubuhnya dengan selimut. "Derjov!" Matanya membulat, "A-aku tidak mengenalmu, apa yang terjadi?"
"Kita tidur satu ranjang, tanpa pakaian, kamu pikir apa yang terjadi?" Derjov segera beranjak, memungut celananya. Dia ingat kemejanya telah dia buang sembarangan di lantai satu.
"Kamu sangat lancang..." Kirei berkata lirih, suaranya bergetar. Namun Derjov bisa mendengarnya.
Pria itu masih berusaha mengingat apa yang mereka lakukan semalam. "Maaf," dia tidak tahu harus bagaimana lagi karena semuanya telah terjadi.
Tiba-tiba Kirei menamparnya dengan sangat keras, Derjov memang pantas mendapatkannya. "Tampar aku lebih keras Rei." Meski Derjov diam saja, bukan berarti dia tidak merasa bersalah.
Kirei berdiri di hadapannya, menatap pria itu dengan mata yang berair. Dia menampar Derjov sekali lagi, kemudian memukulnya, lagi dan lagi meski sampai seratus kali rasanya Kirei tidak akan puas. "Brengsek!"
Sementara Derjov hanya diam, menerima semua amarah wanita itu. Meski dia kesakitan. Namun dia mengerti, Kirei lebih sakit karena keperawanannya direnggut.
Yang kemarin itu bukan dirinya yang dia kenal. Sesering apa pun Derjov bermain di klub malam, dia tidak pernah berniat menyentuh seorang wanita, apalagi menidurinya. Derjov memang sudah melakukan kesalahan besar.
"APA YANG SUDAH KITA LAKUKAN?!" Kirei berteriak, dia menangis histeris. Tangannya mungkin sudah lelah, merah karena berkali-kali memukul pria itu. "Kembalikan punyaku Jov!" Kirei mendorong pria itu.
"Aku minta maaf." Derjov justru memeluknya, "Dengarkan aku."
Kirei memberontak. "Siapa yang mengizinkanmu melakukan ini?!" Netra mereka saling beradu.
Derjov memeluknya semakin erat. "Kita sama-sama tidak sadar. Aku juga kaget, tapi aku tahu, aku sudah meminta izin." Tenggorokannya tercekat, "Dan kamu yang mengizinkan."
"Tidak mungkin! Aku bahkan tidak kenal siapa kamu! Menjauh dari aku!" Kirei mendorong pria itu dengan kasar. "Kamu cuma beralasan. Kamu tahu siapa aku kan? Aku ini penyanyi, jangan-jangan kamu mau memanfaatkanku demi keuntunganmu!"
Derjov menggeleng. "Tenang dulu Rei, untuk apa aku memanfaatkanmu?"
Kirei masih terisak, dia terduduk di atas lantai yang dingin, merapatkan selimut yang menutupi tubuh telanjangnya. "Aku sudah kotor sekarang, lalu bagaimana aku bisa tenang?"
Derjov berkali-kali hampir mengutuk dirinya sendiri. Dia tidak biasa melihat orang lain menderita karena dirinya, apalagi itu seorang wanita. Ibunya sendiri juga wanita dan Derjov selalu menghormati mereka. Rasanya dia ingin mati saat ini juga.
"Rei..." pelan-pelan Derjov mendekati Kirei, mendekapnya, menyalurkan ketulusannya. "Apa pun yang terjadi nanti aku akan bertanggung jawab." Derjov mengecup keningnya.
Selimut putih yang dipakai Kirei sedikit merosot membuat leher jenjang dengan penuh tanda merah terlihat jelas. Derjov memejamkan matanya melihat itu, air matanya menetes.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can You Love Me? .end
RomansRevisi. Bagi Derjov, pria dua-puluh tiga tahun yang masih remedial soal mencintai. Setelah menikah ia terikat selama sisa hidupnya dengan wanita yang dipilihkan semesta. Apapun yang terjadi ia tidak akan pernah mampu dihadapkan pada perpisahan meski...