Bag 6 : hilang

50 22 112
                                    

"Selaksa asa yang di dambah, berbisik pada atma yang gundah, untuk adorasi sukma agar tidak menyerah."
.
.
.
.
.
.
Untuk Tuan tanpa tujuan
Dari Puan yang kesepian.

💌💌💌

Tidak ada yang lebih penting jika kesehatan sudah tidak membaik. Kesehatan selalu menjadi hal yang utama tapi sering disepelekan.

Contoh singkatnya, sakit hati. Terlihat biasa tapi cukup membuat yang sakit tidak enak makan dan tidur. Manusia memanglah seperti itu sudah tahu resiko main apa itu kebakar tapi tetap nekad bermain api.

Hari yang terbilang cukup terik dibandingkan hari-hari sebelumnya yang cukup sejuk walaupun tidak hujan.

Kegiatan Alin dan Asep hari ini masih sama, pergi ke kampus untuk belajar kalau gabut tinggal keliling-keliling kota sehabis pulang kuliah.

💌💌💌

"Hari ini mau ngajak Jean Qian sama Alin nongkilah, itung-itung mau ditraktir biar berkah umur gue yang masih muda ini," ujar Asep di depan cermin sambil senyam-senyum menyisir rambutnya yang klimis itu.

"Gue heran deh sama nih cermin. Setiap gue ngaca, mau itu dari kamar mandi, baru bangun tidur, mau dari manapun. Kok gue tetap ganteng ya. Heran deh." Monolog Asep yang masih di depan cermin.

Pagi-pagi sekali Asep sudah bangun dan bersiap-siap bahkan ia membutuhkan waktu lama untuk memilih pakaian yang akan akan dikenakannya hari ini.

Telah siap dengan setelan kemeja yang dibuka kancingnya dengan dalaman baju kaos berwarna hitam pemberian Alin saat ikut dengan Mamanya ke luar kota untuk urusan pekerjaan. Langsung saja Asep pamit dan mengambil kunci motornya.

Di tempat yang lain

Seorang perempuan cantik masih senang berkelana dalam dunia mimpinya. Tanpa ada sedikit pun tanda akan sadarkan diri.

Drrrtttt
*Bunyi alarm

Sebuah suara dari benda pipih berusaha untuk membawa sang pemilik ke alam sadarnya. Pada akhirnya sang pemilik pun terbangun akan kebisingan alarm tersebut, tetapi hanya bangun untuk mematikan alarm dan melanjutkan mimpinya yang sempat tertunda.

Suara alarm yang ke empat, akhirnya Alin terbangun dari tidurnya. Tanpa pikir panjang, dia langsung berlari menuju kamar mandi.

Hanya membutuhkan waktu 30 menit untuk bersiap, sebab Alin tidak pernah berdandan jika ke kampus. Saat hendak melangkahkan kaki setelah mengunci rumah, ada sebuah sepeda motor berhenti tepat di depan rumahnya.

"Hai," ucap sang pemilik sepeda motor tersebut.

"Ehh, Dino. Ngapain pagi-pagi ke sini?" Tanya Alin ---merasa heran.

"Sengaja mau jemput tuan putri dong" ucap Dino sambil menaikkan alis matanya.

"Ihh apaan deh kek gitu. Mending langsung berangkat aja deh. Geli gua liatnya," tutur Alin merasa agak aneh dengan Dino ---ia merasa sangat canggung sedangkan Dino sudah merasa akrab dengan dirinya.

"Silakan naik tuan putri, kereta kencananya siap meluncur," balas Dino ---tentunya Alin sudah naik duluan sebelum Dino menyelesaikan kata-katanya.

Sepanjang jalan ada saja guyonan yang dilontarkan oleh Dino untuk menghibur Alin. Orang yang dihibur pun merasa cocok dengan guyonan Dino. Mereka seperti teman yang sudah akrab dari lama.

💌💌💌

"Rambut sudah wangi, baju sudah rapi, buku-buku sudah lengkap, dan dompet sudah masuk dalam kantong. Saatnya pria ganteng kembaran Jefri Nichol berangkat," monolog Asep di depan cermin.

ALIEN (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang