bag 8: Nyai

17 15 82
                                    

"Langkah pendek ini selalu tertuju padamu. Tangan mungil ini selalu ingin digenggam olehmu. Namun lama kelamaan dirinya ragu apakah dirimu tidak mengetahuinya atau pura-pura tidak mengetahuinya."
.
.
.
.
.
Padahal kau bisa mendengar dengan baik. Kalo kata orang sekarang, kamu orang yang nggak peka(k)

💌💌💌

"cepatlah balik. Gue khawatir, setidaknya kabarin kalo Lo baik-baik aja. Jangan buat gue takut"

Monolog laki-laki yang terdengar senduh tepat di depan pagar rumah Alin dan sebelum ia melangkah pergi.

***

Sebelumnya...

Sore hari adalah waktu paling menyenangkan untuk bersantai. Tak heran mengapa taman sering dijadikan pelampiasan oleh pekerja, orang yang LDR, atau keluarga yang tidak sempat liburan.

Taman tempat paling merilekskan untuk sebagian orang. Bisa bersantai tanpa keluar biaya, bisa jalan-jalan tanpa pandang waktu. Itulah yang sekarang dilakukan oleh pria yang akan berusia 24 tahun itu.

Menyandang dua beban sekaligus, menjadi mahasiswa dan bekerja sebagai freelance di waktu bersamaan bukanlah hal yang mudah. Butuh bakat memanajemen waktu yang bagus, butuh tangguhan fisik dan mental, dan butuh kesabaran yang berekstra-ekstra.

"Sayang, ngga nyangka kita bakal ketemu di sini. Kamu sendirian aja nih?" Tutur seorang perempuan yang menyapa pria itu.

"Udah tau nanya" gumam nya.

"Sayang, kamu apa kabar? Aku denger-denger kamu punya gebetan baru ya? Ciee yang dulunya gamon sekarang malah kepincut sama GADIS KAMPUNG" ucap perempuan dengan penekanan pada akhir kalimatnya dan sedikit ketus.

"Bukannya kebalek" gumam pria itu.

"Dino. Aku mau kok balikan lagi sama kamu. Asal kamu tinggalin cewek kampungan itu, jangan jadiin dia pelampiasan lagi ya sayang," ucap perempuan itu dengan sedikit merayu dengan merangkul tangan pria yang ada di depannya.

"SISKA CUKUP. GUE NGGAK AKAN PERNAH MAU BALIKAN LAGI SAMA LO. INGAT ITU BAIK-BAIK," balas Dino -laki-laki yang hendak menenangkan pikiran dari hiruk pikuk pekerjaan.

Usai mengatakan hal tersebut dengan sedikit membentak dan tajam. Dino juga menghempaskan tangan perempuan yang dipanggil Siska itu dan memilih pergi meninggalkan mantannya pada saat SMA tersebut.

"GUE NGGAK AKAN BIARKAN HIDUP CEWEK KAMPUNG ITU TENANG," balas Siska dengan berteriak karena Dino sudah pergi meninggalkannya. Ia yakin bahwa laki-laki itu masih bisa mendengarkan suara teriakannya itu, perempuan yang notabene mantan Ardino itu tidak memperdulikan sekitarnya meskipun pandangan pengunjung terarah padanya.

"Gue nggak akan biarin itu," ucap laki-laki itu yang hanya dia sendiri yang bisa mendengarkan sebelum motor yang dikendarai melaju dengan kecepatan maksimum.

💌💌💌

Di kota memang menang soal teknologi dan modernisasi. Tapi di pedesaan menang untuk tempat merilekskan diri. Di desa kita akan dimanjakan oleh pemandangan alam yang menakjubkan, udara yang segar, serta kenyamanan yang tiada Tara. Hal itu kita peroleh dengan gratis.

Sudah hari kelima Alin berada di kampung halaman ibunya, lebih tepatnya hari saat bukdenya pergi untuk selamanya.

Di kampung halaman ibunya, Alin merasa tenang dengan suasana. Namun sedih mengingat alasan mengapa dia datang kemari. Dan sekarang ia merasa bosan dan penasaran, apakah ada berita di kampus. Bagaimana keadaan Asep? Apakah ia mencariku? Begitulah tanya yang ada di benak gadis pecinta idol Korea itu.

ALIEN (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang