Empat;

395 58 10
                                    

°°°NOT ALONE°°°
|||
|

Lima belas menit sebelumnya.

"Kau sungguhan hanya warga biasa?"

"Ya, kau juga?"

Seungkwan mengangguk, sejak awal ia memang sudah satu tim dengan Vernon, mereka menyisir ruangan terdekat, ruangan penuh buku yang disusun rapi pada rak di sisi kanan dan kiri dengan bentuk memanjang.

"Aku berpikir begini," ujar Vernon pelan sembari mengangkat beberapa buah buku, Seungkwan berada di belakangnya, memeriksa rak buku satunya, "mafia lebih dari satu orang."

Seungkwan menoleh, satu mafia saja akan sangat bahaya apalagi dua, "bagaimana kau bisa berpikir seperti itu?"

"Jumlah kita ada tiga belas orang, ketika kita bermain mafia game dulu jumlah mafia bisa dua sampai tiga orang, aku berpikir seperti itu juga kali ini."

Seungkwan mendengus, game mafia yang mereka mainkan dulu sangatlah berbeda dengan game yang mereka mainkan sekarang, taruhannya nyawa, salah-salah bisa terbunuh.

"Jika benar mafia ada dua orang, menurutmu siapa?" Tanya Seungkwan, ia berbalik menatap punggung Vernon.

Vernon mengendikkan bahu, "aku tidak tahu."

Seungkwan berbalik lagi, jika saja Vernon mengeluarkan pendapatnya ia bisa saja ikut mencurigai mereka dan menghasut player lain untuk memvoting orang itu, mereka akan selamat.

"Dibanding mencari mafia aku lebih penasaran dengan Mr.Y, siapa sebenarnya Mr.Y ini? Dan kenapa mengundang kita, maksudku geng kita dulu, kita hampir tidak pernah berkumpul lagi selama tujuh tahun, hari ini kembali dikumpulkan dan malah harus saling bunuh seperti ini."

Seungkwan terdiam di tempatnya, ia menyetujui semua ucapan Vernon. "Aku sempat berpikir Jeonghan hyung yang mengundang, Mr. Yoon Jeonghan, tapi ternyata sikapnya malah seperti malaikat maut."

"Hm, aku juga," sahut Vernon pelan, ia berbalik menatap Seungkwan dan menyandarkan punggungnya pada rak buku, "sejujurnya juga aku tidak masalah jika mati di dalam game ini."

Seungkwan perlahan berbalik menghadap Vernon, ia tidak salah dengar kan? "Apa maksudmu?"

Vernon hanya menampilkan ekspresi datar, menegakkan punggung Vernon berjalan keluar dari ruangan, Seungkwan menyusul di belakangnya.

"Sebenarnya aku ingin bunuh diri dua hari yang lalu tetapi aku mendapatkan undangan acara jamuan makan malam, ku pikir harus menghadirinya dulu sebelum benar-benar mati dan ternyata aku akan mati juga dalam game ini."

Vernon berhenti bergerak begitu merasakan Seungkwan tak lagi mengikuti langkahnya, ia menoleh ke belakang, Seungkwan menatap sendu padanya.

"Seungkwan."

Seungkwan mengalihkan pandangan saat Vernon memanggil namanya, ia tak boleh tampak sedih.

"Jika begitu..." Seungkwan menjeda ucapannya, "... aku rasa aku tidak akan salah jika memvoting dirimu untuk dibunuh nanti. Maafkan aku Vernon."

"Ya, tidak apa-apa," sahut Vernon.

Seungkwan mengangguk, dengan begini posisinya akan aman.

"Tapi aku ingin melihat kau mati terlebih dahulu sebelum aku yang mati."

°°°

"Kenapa kau terus bertengkar dengan Mingyu? Ada masalah apa?"

Jihoon dan Soonyoung memilih menyisir area dapur, Soonyoung yang lebih aktif bergerak memindahkan barang-barang guna mencari petunjuk, ia tak ingin mati duluan. Jihoon hanya bergerak sesekali lalu duduk di depan kompor.

✔NOT ALONE [SEVENTEEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang