Lima;

388 66 2
                                    

°°°NOT ALONE°°°
|||
|

"Bukankah kau sendirian? Mau satu tim denganku?"

"Denganmu yang nyaris jadi target pembunuhan? Apa ada jaminan aku bisa selamat?"

"Cih, memangnya siapa yang akan selamat dari game gila ini?"

Mingyu dan Seungkwan berdebat, kebetulan mereka memilih tempat yang sama untuk mencari petunjuk, lantai dua yang sebagian sudah ditelusuri oleh Jisoo dan Seokmin.

"Setidaknya bertahan hingga ronde akhir," jawab Seungkwan lagi, ia menyingsingkan lengan baju hingga siku, "dan mungkin jika beruntung kita bisa menangkap mafia lalu menang."

Mingyu terdiam sesaat, ia ikut menyandarkan tubuh pada tembok menatap keluar jendela, aneh sekali, padahal ketika masih diluar tidak ada tanaman merambat penuh duri yang menjalar hingga lantai dua, sekarang tanaman mengerikan itu tampak terpasang di setiap jendela.

"Yang sudah mati Dino, Vernon dan Wonwoo hyung," ucap Mingyu pelan, kepalanya tertunduk mencoba berpikir.

"Mereka pantas mati, mereka adalah orang jahat."

Mingyu mendongak, "apa maksudmu?"

Seungkwan menghela nafas, "mereka penjahat, Dino itu pembully sejak kita SMA dulu. Vernon seorang model terkenal tapi pengedar narkotika juga, kalau Wonwoo hyung aku tidak tahu."

"Bagaimana mungkin kau bisa menyimpulkan sendiri seperti itu," balas Mingyu ketus.

Seungkwan berjengit, apa-apaan Mingyu menjadi sok tidak bersalah.

"Kau yang mempengaruhi player lain agar memvoting Wonwoo hyung, jangan pura-pura baik Mingyu hyung."

"Aku hanya ingin bertahan hidup!" Mingyu berseru, Seungkwan tersenyum sinis.

"Aku juga masih ingin hidup."

Hening sesaat, mereka berpikir. Mingyu melirik ke arah jam tangannya, 02.35, dua puluh lima menit lagi waktu pembunuhan, mereka harus cepat berpikir mencari target baru dan juga mencari petunjuk siapa mafia.

"Begini saja," ucap Seungkwan pelan, "kita harus bekerja sama, kita harus mempengaruhi player lain supaya tidak memilih kita."

Mingyu mengangguk, kebetulan ada satu orang player yang ingin sekali ia bunuh sejak ronde satu.

"Baiklah, ayo pengaruhi mereka agar memilih Soonyoung hyung."

°°°

"Petunjuk apa yang kau dapatkan?"

Jeonghan berdiri sembari menyilangkan tangan, tak berniat untuk mencari langsung, membiarkan Seungcheol menggeledah lemari sendirian untuk mencari petunjuk.

"Sttt..." Seungcheol mengisyaratkan Jeonghan untuk diam dengan menaruh jari telunjuk di depan bibir, Seungcheol membuka laci lain lalu berseru.

Jeonghan mulai penasaran, ia berjalan mendekati Seungcheol.

"Apa?" Tanya Jeonghan mendongakkan kepala.

Seungcheol berbalik, mengulurkan tali tambang dan sebuah palu besar.

Jeonghan mengernyit bingung, apa gunanya benda-benda ini.

✔NOT ALONE [SEVENTEEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang