Delapan;

359 56 8
                                    

°°°NOT ALONE°°°
|||
|

"Aku bukanlah mafia, lepaskan aku, aku bukan mafia, maaf, maaf, maafkan aku."

Tidak ada yang menghiraukan ucapan Jisoo, dia sudah ditetapkan untuk target voting selanjutnya, Jisoo sekarang diikat kuat pada kursi agar tidak kabur.

Tersisa enam orang, lima orang jika Jisoo terbunuh di waktu pembunuhan, kalau Jisoo adalah mafia maka mereka menang tetapi jika Jisoo adalah warga biasa, mereka akan berada dalam bahaya.

"Tersisa lima orang jika Jisoo dibunuh," ujar Jihoon menghitung jumlah player yang masih hidup, haruskah ia menyarankan agar Jisoo dibunuh saja agar lebih mudah menentukan mafia? Sungguh, Jihoon tidak bisa menunggu hingga malam hari dan berpikir lagi, antara Jeonghan dan Minghao.

"Ya," sahut Jeonghan, "jika Jisoo bukan mafia, maka itu salah satu atau dua orang diantara kalian."

"Dua?" Seungcheol mengacungkan dua jarinya, mafia lebih dari satu orang? Apa mungkin.

"Yang jelas aku tidak mungkin," jawab Seungkwan yakin, ia menatap sinis pada player lain, Minghao dan Jihoon juga mencurigakan.

"Kau percaya diri sekali Seungkwan," sahut Minghao sinis.

"Sungguhan?" Tanya Jihoon pula," apa kau punya peran?"

"Antara warga biasa atau mafia, dokternya Seungcheol," potong Jeonghan.

"Aku sungguhan hanya warga biasa, aku berani bersumpah," ucap Seungkwan yakin, peluh mengalir dari pelipis, tak ada orang yang bisa melindunginya, jika player tak percaya maka Seungkwan bisa saja menjadi target voting menggantikan Jisoo.

Jeonghan dan Minghao saling lirik, mengalami trauma yang sama mereka nyaris tak percaya lagi dengan apa yang disebut 'sumpah'

"Aku juga hanya warga biasa, lepaskan aku!" Jisoo berseru, "Seungkwan berbohong, d-dia pasti mafia."

"Aku tidak berbohong," titah Seungkwan, ia menatap tajam pada Jisoo, dia licik sekali.

"Lantas," Seungcheol yang menyahut, "mengapa kau membunuh Seokmin?"

Jisoo gemetar, jika jawabannya tidak dipercaya oleh player dia akan langsung dibunuh.

"Aku mendapatkan petunjuk," nafasnya naik turun dengan cepat, "aku akan tahu mafianya jika membunuh Seokmin."

"Kau sudah tahu siapa mafianya?" Tanya Seungcheol lagi.

Jisoo mengangguk pelan, wajahnya pucat ia menunduk, mafia bisa saja langsung membunuhnya.

"Siapa mafianya?" Tanya Jihoon.

Jisoo diam, mafia tepat menatap tajam padanya, sudah pasti ia akan mati setelah ini.

"Jisoo, jawab saja," ucap Jeonghan, tangannya menepuk bahu Jisoo.

"S-seungkwan, Seungkwan mafia."

°°°

"Kandidat mafia terkuat sekarang, Seungkwan."

Jihoon berkata serius, ia bersama Seungcheol naik ke lantai dua, mereka perlu bicara tentang banyak hal, terutama menentukan mafia sebelum waktu voting dimulai, tersisa delapan puluh menit lagi.

"Ya," Seungcheol juga berpikir demikian, ia baru banyak bicara di ronde-ronde akhir karena player yang tersisa hanya beberapa orang, sebisa mungkin ia harus bisa membuat dalih agar tidak dibunuh duluan.

✔NOT ALONE [SEVENTEEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang