Tujuh;

371 59 0
                                    

°°°NOT ME°°°
|||
|

"Ronde 4 adalah ronde spesial karena berlangsung selama dua jam. Beberapa player sudah menemukan petunjuk, sampai jumpa dua jam lagi."

"Waktu pembunuhan jam lima."

Hanya tinggal tujuh player, Jisoo baru saja bicara setelah melihat jam tangannya.

Jihoon mulai berhitung, hanya tinggal Seungcheol, Jeonghan, Jisoo, Minghao, Seokmin, Seungkwan dan dirinya, benar-benar gawat.

"Jun adalah polisi," ujar Jeonghan, ia menyadari sesuatu, "kurasa sebelum ini ada orang yang mengaku sebagai polisi."

"Seokmin," jawab Minghao cepat, nafasnya memburu, sangking takutnya ia tak bisa bereaksi banyak, ia harus cepat menuduh player lain begitu menyadari ada kejanggalan.

Seokmin terpojok, ia termakan jebakannya sendiri. "A-aku bisa jelaskan kenapa aku mengaku sebagai polisi!"

"Kau mafia hyung?" Tanya Seungkwan pelan, ia memang tak percaya dengan Seokmin sejak awal.

"Tidak!" Seru Seokmin, wajahnya pucat, "aku mengaku menjadi polisi agar tidak dituduh sebagai mafia."

"Dan sekarang aku menuduhmu," ucap Seungcheol.

"Sayang sekali waktu voting masih dua jam lagi," sahut Jeonghan pula.

Jihoon melirik sekitar, ia menemukan tali tambang di dekat sofa. "Aku baru melihat tali ini."

"Aku yang membawanya," sahut Seungcheol, "aku mendapatkannya dari dalam lemari."

"Bagaimana jika kita mengikat Seokmin disini? Kita mencari petunjuk, dia adalah kandidat mafia terkuat saat ini."

Perkataan Jihoon langsung disetujui player lain, dengan sigap Minghao dan Seungkwan memegangi tangan Seokmin yang sempat akan kabur, Jeonghan membawa sebuah kursi ke tengah dan mendudukkan Seokmin disana.

Jisoo hanya diam memperhatikan Seungcheol dan Jihoon yang mulai bergerak mengikat Seokmin, sejujurnya ia masih tak percaya, tiga ronde yang sudah Jisoo lewati ia benar-benar percaya jika Seokmin mendapatkan peran polisi dan dirinya akan aman, tetapi apa, Seokmin adalah calon terkuat mafia yang terlintas di otaknya sekarang.

"Dia tidak akan bisa kabur jika begini," ucap Jihoon begitu selesai.

"Lepaskan aku..." Seokmin berkata lirih, ia tampak memohon, "... aku-aku sungguhan bukan mafia."

Minghao tak menggubris, ia mulai berpikir, "game ini selesai jam enam kan? Itu artinya tinggal dua ronde lagi, kita harus membunuh Seokmin di ronde ini."

"Jangan!" Seokmin berseru, "jangan bunuh aku! Aku bukan mafia!"

"Ronde 4, malam hari, ronde 5, total tiga orang korban pembunuhan, k-kita harus membunuh Seokmin di ronde ini." Jihoon ikut menyetujui

"Ya," Seungcheol juga mengangguk, "jika Seokmin bukanlah mafianya kita harus menuduh orang lain lagi."

"Sekarang kita harus menyebar untuk mencari petunjuk," Seungkwan yang mengusulkan, yang lain mengiyakan.

"Siapa yang akan mengawasi Seokmin?" Tanya Jisoo pula.

Minghao bingung, "kenapa? Dia tidak akan bisa kabur karena sudah diikat."

Jisoo menatap player lain satu per satu, ia memiliki dugaan lain, "salah satu cara bertahan dalam game ini adalah membunuh satu sama lain."

"Maksudmu?" Jeonghan juga kebingungan.

"Mafia bisa saja membunuh Seokmin saat kita lengah," cicit Jisoo.

"Kalau begitu kau saja yang mengawasinya disini," ucap Minghao cepat, "aku tidak mau mati duluan."

✔NOT ALONE [SEVENTEEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang