Sepuluh;

380 59 1
                                    

°°°NOT ALONE°°°
|||
|

"Waktu voting akan dimulai dalam lima belas menit."

Enam player yang tersisa berkumpul dengan pandangan yang mengarah pada player lain, mengarahkan kecurigaan mereka pada satu sama lain, bahkan ketika game hampir selesai mereka belum kunjung mendapatkan petunjuk pasti siapa mafia diantara mereka.

Seungcheol mengangkat tangannya, mengacungkan jempol menghadap ke atas. Seungcheol agak heran setelah pengumuman waktu voting akan segera dimulai para player tidak sibuk memilih siapa mafia, mereka lebih tenang dan mengedepankan pikiran tentang kejanggalan-kejanggalan dari player lain selama permainan berlangsung.

"Aku memilih Seungkwan."

Alis Seungkwan menukik tajam ke arah Seungcheol, tangannya juga dinaikkan, bersiap untuk memilih.

"Apa alasanmu memilihku?" Tanya Seungkwan heran.

"Apa lagi? Jisoo sampai membunuh Seokmin agar mendapatkan petunjuk jika kau adalah mafianya," jawab Seungcheol tenang, matanya melirik ke arah Jihoon yang malah tampak gugup. Sesuai rencana mereka, mereka akan membuat hasil voting Seungkwan dan Jisoo sama agar keduanya saling bunuh.

Seungkwan tak habis pikir, bagaimana mungkin orang-orang ini bisa dengan mudah percaya pada perkataan Jisoo yang belum tentu benar adanya, pasti ada sesuatu di balik ini.

"Aku memilih Seungcheol hyung," lanjut Seungkwan lagi, "alasannya karena dia berbohong soal identitasnya, dia bukanlah dokter."

"Lalu?" Tanya Jihoon pula, meski berada di tim Seungcheol ia juga harus waspada jika Seungcheol terbukti memang berbohong atau mungkin Seungcheol memiliki identitas lain semacam... mafia?

Jeonghan dan Jisoo saling lirik, mereka menunggu jawaban Seungkwan.

"Aku adalah dokternya."

"A-apa maksudmu, aku adalah dokternya!" Seungcheol langsung berseru, tangannya di turunkan ke samping tubuh sembari mengepal, Jihoon bereaksi sedikit menghalau Seungcheol.

Minghao yang berdiri diantara Seungkwan dan Seungcheol menatap keduanya bergantian, sebetulnya dia juga masih tidak yakin dengan identitas orang-orang ini, mereka tidak bisa dipercaya.

"Tidak, aku adalah dokternya," jawab Seungkwan lagi, dia mencoba berekspresi setenang mungkin, jika ia gegabah bisa-bisa player lain malah balik menuduhnya.

Jihoon melirik pada Seungcheol, pria itu tampak berpikir.

"Jika salah satu diantara kalian adalah dokternya, bagaimana cara kalian membuktikannya?" Jihoon bertanya.

"Ya! Jihoon, aku sudah mempercayaimu dan kalian semua dengan memberi tahu identitasku, aku mempertaruhkan nyawaku! Kalian tidak bisa seperti ini!" Seungcheol berseru marah kepada orang-orang itu.

Minghao memiringkan kepala begitu merasakan kejanggalan, "kenapa kau bersikeras seperti itu, hyung?"

Seungcheol segera merapatkan bibir, Minghao juga cukup teliti, "karena aku adalah dokternya."

Jisoo hanya diam melihat perdebatan para player, tenaganya sudah habis, mentalnya juga cukup syok menghadapi hal-hal mengerikan yang sudah berlangsung.

"Siapa yang kau pilih di babak sebelumnya Seungkwan?" Jihoon mengarahkan pandangannya pada Seungkwan.

"Ronde satu dan dua aku memilih diriku sendiri, di ronde tiga aku memilih Jeonghan hyung."

✔NOT ALONE [SEVENTEEN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang