14. Luapan Rasa

95 27 62
                                    

Carissa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Carissa

"Hari ini cerah banget, Neng."

Itu yang Mbak Sasha katakan ketika kami sama-sama keluar dari tempat kos tadi. Hanya dia yang menyadari kesemringahanku pagi ini. Dan hanya kepadanya aku tak bisa menyimpan cerita yang membuat pagiku kali ini lebih cerah daripada biasanya. Cerita tentang Anesh kemarin dan pesannya yang dikirim semalam pun meluncur lancar dari mulutku.

Mbak Sasha menjadi orang pertama yang kuceritakan tentang kisah cintaku di kota ini. Aku bahkan belum bercerita pada Ibu dan Bapak, sekalipun aku tahu mereka tak akan melarangku untuk punya pacar. Namun sebelum ada kejelasan, menurutku mereka belum perlu tahu. Apalagi aku belum terlalu mengenal Anesh. Aku tak ingin menanggung malu bila pada akhirnya kami tak cocok dan batal berpacaran.

Meskipun begitu tetap saja aku berharap hari ini aku menemukan kemajuan. Entah itu mengetahui perasaannya atau ajakan kencannya ....

Ya ampun. Apa yang kamu pikirkan, Rissa?

Tanpa sadar aku terkekeh, membuat seisi lift menoleh heran ke arahku. Segera kukatupkan bibirku dan pura-pura tak terjadi apa pun. Namun terlambat. Mereka telanjur mengetahui akulah yang terkekeh sendiri, membuat mereka ganti terkekeh mentertawakanku. Aku pun harus menanggung aib sebanyak enam lantai sebelum terbebas dari bilik kecil yang dijejali mahasiswa-mahasiswa yang juga ke luar di lantai yang sama.

Anesh belum terlihat ketika aku menempati mejaku. Dan sambil menunggu, kuputuskan untuk menyelesaikan novel yang kupinjam beberapa hari yang lalu. Namun aku tak bisa menyangkal, meskipun aku mencoba memaku mataku pada cerita di tanganku, pikiranku tak sanggup menghalau bayangan pemuda itu. Aku begitu senewen menantinya.

Dan saat sosok itu muncul disertai senyumnya yang menawan, aku seperti melihat Arjunaku mendekat dengan segala pesonanya. Dan aku gagal meredam gedoran yang membuncah dari dadaku ini.

Anesh

Ingin rasanya gue menyangkal ucapan Mama semalam, meskipun harus gue akui, Mama benar. Situasi bisa berubah. Namun yang membuat gue bertanya-tanya adalah apa situasi itu sudah berubah seiring dengan perubahan sikap gue dan gaya bicara gue ini? Kenapa setelah semalam Carissa mengiakan ajakan gue, gue jadi gak bisa berhenti tersenyum? Kenapa gue jadi merindukan logat Jawanya dan celetukan khasnya? Dan kenapa hari ini gue juga gak sabar bertemu dengannya?

Tidak. Ini gak boleh terjadi. Gue gak boleh mengkhianati Keenan.

Mungkin kalau hari ini gue membatalkan janji bertemu dengan Carissa, perasaan itu akan hilang. Namun sekali lagi gue harus mengakui kebenaran ucapan Mama, bagaimana kalau perasaan Carissa bukan untuk Keenan? Bagaimana kalau Carissa gak bahagia dengan Keenan?

Lagi pula gue bukan orang yang suka memutuskan mundur di saat-saat terakhir.

Oke. Kalau begitu gue akan buktikan sendiri bagaimana perasaan gue yang sebenarnya dan mencari tahu reaksi Carissa. Tapi ....

✔Puisi untuk Carissa [EDITED VER.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang