18. Meragu

72 28 54
                                    

Anesh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anesh

Adegan di rumah Keenan tadi terekam jelas dalam benak dan terus berputar di kepalaku seperti diproyeksikan dari gulungan film yang rusak. Namun aku tak mengerti kenapa harus pada adegan yang sama? Adegan yang sesungguhnya enggan kuingat dan kuhapus dari bilik memori di kepalaku. Dan cewek di sampingku ini, sang pemeran utama wanita, sepertinya tak mengerti kegundahanku. Sejak meninggalkan rumah itu, hanya Keenan dan keluarganya yang menjadi topik utama pembahasannya.

"Keenan sama Kirani mirip, ya. Menurut kamu Keenan mirip ibu atau ayahnya? Menurutku ibunya. Senyumnya mirip banget. Kirani sebenarnya juga mirip ibunya. Tapi matanya dapat dari ayahnya," ceracau Carissa tanpa jeda. Bahkan pertanyaan yang ia lontarkan, ia jawab sendiri.

Mengertilah, Ris, aku ingin menjadi tokoh utama prianya.

"Eh, menurut kamu masakanku tadi enak, gak? Masa Keenan bilang keasinan? Dia gak tahu aku tuh sudah sering masak tumis sayuran. Aku sudah hafal porsi segitu, bumbunya harus segini," kicaunya lagi.

Lagi-lagi kubiarkan ia merespons ucapannya sendiri. Sementara aku bergulat dengan pikiranku.

"Dari matanya gue tahu Carissa sudah memilih. Dan dia milih lo." Begitu kata Keenan tadi. Namun benarkah itu? Melihat mereka di dapur dan meja makan, aku justru merasa ada yang lebih dari interaksi mereka.

"Hei!"

Tepukan keras di lenganku seketika mengikis kegalauanku dan menggiringku menoleh sesaat ke arah Carissa sebelum mobilku menyeruduk mobil di depan. "Eh .... Kenapa, Ris?" gagapku.

"Kok diam aja, sih? Aku tanya, masakanku enak, gak?"

"Oh .... Enak, kok."

"Keasinan, gak?"

"Enggak. Pas."

"Kok jawabnya ragu gitu?"

Aku terkekeh. "Ah, masa, sih? Enggak, kok. Masakan kamu memang enak. Top. Delicious. Maknyus." Kuacungkan ibu jari kiriku untuk menambah keyakinannya.

Dari jok sebelah, aku tak mendengar tanggapan lagi. Hingga, "Kamu mikirin apa sih, Nesh? Dari tadi kok diam aja? Padahal di rumah Keenan kamu ceriwis banget."

Aku tersenyum tipis. Apa aku harus menjawabnya? Apa sudah saatnya ia tahu gejolak rasa dalam diriku yang sesungguhnya membuncah ini?

"Ris, aku boleh minta sesuatu, gak?" aku bertanya dengan nada serius. Begitu seriusnya hingga aku sendiri hampir tak mengenali nadaku.

"Minta apa?" balas Carissa. Dan bisa kubayangkan kebingungan yang menderanya saat itu. Namun kulanjutkan kata-kataku,

"Lain kali kalau masak sama Keenan, jangan pakai suap-suapan, ya."

"Memangnya kenapa? Aku 'kan cuma minta dia mencicipi masakanku."

"Dia 'kan bisa mencicipi sendiri, gak perlu disuapi. Lagian gak enak kalau keluarganya sampai melihat. Kalian 'kan gak punya hubungan apa-apa."

✔Puisi untuk Carissa [EDITED VER.]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang