Saat berjalan mengendap Jae Soo merasa sesuatu menahan kakinya. Ketika dilihat cairan kental, licin, hitam dan berlendir melilit kakinya. Jae berbalik melihat kebelakang dan “aaaaaaaaaaaaaa”
“Jae Awas di belakang mu.” Teriak Catta ketakutan.
Jae melihat Dubbsblain berdiri tepat dibelakangnya dan membuka bibirnya lebar-lebar siap menelannya hidup-hidup. Setsuko mulai mengeluarkan pedangnya dan siap bertarung. Jae berpikir kalau Suko melukai makhluk ini maka mereka bertiga akan ketahuan dan mungkin akan dikeluarkan dari sekolah ini. Jae Soo memutar matanya berusaha berpikir keras.
“Jangan…” Jae akhirnya melarang Setsuko untuk maju lebih dekat. Catta pun menahan tubuh Setsuko.
“Lepaskan gue…” Setsuko memberontak. “Biarkan gue menyelamatkannya.”
“Kau jangan bodoh Suko.” Bentak Catta. “Kekerasan bukanlah jalan satun-satunya tuk menyelesaikan masalah. Kau tidak lihat, Jae sedang mencari solusi tuk keluar dari maut.”
Mereka melihat Jae sedang memasuk masukan tangannya kedalam saku celana seperti mencar sesuatu. Akhirnya barang yang ia cari sudah ditemukan. Sebuah harmonika?
“Jae dibelakangmu...” Teriak Catta karena sekarang makhluk besar itu berjarak beberapa senti lagi dari tubuh Jae dan siap melahapnya. Tapi tiba-tiba makhluk itu berhenti bergerak saat mendengar suara alunan musik yang keluar harmonika yang Jae mainkan. Sungguh sangat indah dan menentramkan jiwa. Sementara itu Catta dan Suko shock mengetahui Jae pandai bermain alat musik harmonika.
Cairan kental yang melilit di kaki Jae tiba-tiba merenggang dan meleleh. Makhluk besar itu pun perlahan mundur dan duduk ditempatnya semula. Alunan merdu yang Jae mainkan membuat makhluk itu lemah dan mengantuk hingga akhirnya tertidur. Buru-buru Jae pun berlari mendekati kedua sahabatnya. Mereka langsung berpelukan bahagia.
“Kau hebat Jae…” Puji Catta. Jae pun tersenyum bangga.
“Ayok lebih baik kita segera pergi dari ruangan ini.” kata Jae Soo sambil menutup pintu berwarna coklat.
“Tikvah Raffata Montgomery” gumam Jae saat berada diujung lorong kemudian melangkah menembus tembok. Jae pun tersenyum bangga.
“Tikpah Rapata Mogomeri” gumam Suko kemudian melangkah dengan dada membusung. Dan “dukkk” Bukannya menembus tembok kepala Suko malah sukses mencium tembok hingga kepalanya benjol.
“HAHAHAHA…” Catta tertawa kaya orang gila.
“Jangan ketawa Catta…” Rintih Suko sambil mengelus-ngelus kepalanya yang sakit.
“Maaf…” kata Catta yang masih tak dapat berhenti tertawa. “Habis kau lucu. HAHA” Catta tertawa sambil oleng dan tiba-tiba saja badannya menubruk lemari buku hingga buku-buku besar pun berjatuhan menimpuk kepala Catta. Kali ini giliran Suko yang tertawa.
Sementara diluar Jae terlihat sedang cemas menunggu. Dan tiba-tiba saja ia melihat seorang lelaki bertubuh tinggi dengan rambut pendek hitam berjalan kearahnya.
“Itu kan Master Ronald. Guru kepribadian yang terkenal kiler dan tegas.” kata Jae kaget. “Aduhhh kemana sih mereka berdua? Kenapa tidak keluar-keluar.”
“Tikvah Raffata Montgomery” Gumam Jae kemudian menembus tembok. “Kalian… Kalian jangan dulu keluar. Tunggu disini okey. Ada Master Ronald” Perintah Jae kemudian kembali menembus dinding keluar ruangan.
![](https://img.wattpad.com/cover/1741530-288-k157939.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Zombie's Brain
Mystery / ThrillerCatta pun memaksakan badannya untuk bergerak mengikuti kehendaknya. Ia turun dari bangsal kecil itu dan berjalan mendekati cermin besar di ruangan tersebut. Ia menatap wajahnya lekat-lekat kemudian mengerutkan wajahnya yang pucat. Tangan kanannya ki...