Hari mulai larut, di sebuah gubuk tua perbatasan hutan dengan desa terpencil Zite ada dua orang perempuan berusia 17 tahunan sedang bertugas. Disaat semua warga desa bersembunyi dalam rumah mereka dan tak ada seorang pun yang berani keluar, kedua perempuan tersebut harus bekerja dengan mempertaruhkan nyawa mereka. Suasana di desa tersebut semakin mencekam dengan terdengarnya tiupan seruling dan mulai muncul kabut hitam dari hutan tersebut.
“Yuli apa kau tak merasa ketakutan?” Tanya Catta dengan suara bergetar dan terus menerus menutup bagian bibir dan hidungnya dengan handuk. Catta adalah seorang gadis polos yang tidak mempunyai keluarga dan rumah. Ia selalu berkeliaran hanya dengan membawa handuk putih yang sudah agak kumel dengan tas gendong berwarna coklat yang belum pernah ia buka sekali pun.
“Harus kah aku merasa takut? Memang ini kan konsekuensi yang harus kita hadapi dengan mengambil pekerjaan ini. Yaitu MATI”
“HAH? Apa kau gila?” Teriak Catta kaget.
Yuli masih telihat dingin dengan tak mengalihkan pendangannya yang terus memandang kedepan tepatnya kearah hutan yang hampir dipenuhi kabut.
“Itu dia….” Akhirnya yuli melihat makhluk besar dengan baju compang camping dan dipenuhi darah serta mata yang hampir keluar muncul dari kabut hitam itu. Karna penasaran catta pun mengalihkan pandangannya dan melihat makhluk besar tersebut berjalan mendekatinya.
“Zo…m…bie…” Catta hanya dapat menelan ludah dan tak tau harus berbuat apa. Ia semakin kaget karena tiba-tiba Yuli tergeletak pingsan. Zombie itu terus berjalan dan hampir mendekatinya. Catta pun kalang kabut, ia bingung harus berbuat apa. Akirnya Catta mengeluarkan seluruh kekuatan dan keberaniannya dengan mencoba berlari sambil menggendong yuli. Ia terus berlari sambil berteriak meminta tolong. Tapi percuma, karena pemukiman warga desa masih jauh dari tempatnya yang sekarang. Ia berada di sebuah perkebunan besar milik kepala desa. Sementara zombie terus melangkahkan kakinya mengejar Catta dan Yuli. Mustahil Catta dapat lolos dari Zombie itu dengan terus berlari sambil menggendong Yuli apalagi Catta sudah merasa sangat lelah dan kehabisan tenaga.
“Tuhan tolong aku, aku janji gak akan minum arak lagi kalau aku dapat lolos dari maut ini... Tuhan tolong aku” Jerit Catta sambil terus berlari dan membopong Yuli. Catta akhirnya mempunyai ide. Ia semakin mempercapat kecepatannya kemudian berbelok menuju sumur tua yang sudah tak berisi air.
“Maaf kan aku Yuli, karna ini satu-satunya jalan terbaik yang dapat kulakukan” Catta pun menjatuhkan Yuli ke dalam sumur itu. Dan ia melihat zombie berjalan mendekatinya. Lalu ia berlari meninggalkan Yuli dan menuju pemukiman warga yang hanya 3 km lagi dari tempatnya saat ini. Tetapi zombie itu tidak mengejarnya, zombie itu malah berjalan menuju sumur. Catta mulai khawatir. Lalu ia melempar batu besar kearah zombie dan berhasil mengenai kepala zombie itu. Zombie tersebut menjadi sangat marah lalu mengejar Catta dengan langkah yang ia percepat. Catta terus berlari dan akhirnya sampai di pemukiman warga lalu cepat-cepat membunyikan kentongan tanda bahaya.
“Tookkk,, Tookkkk Tookkkkk…. Zombie…. Ada Zombie…..” Teriak Catta sambil terus memukul kentongan. Warga pun kaget dan para lelaki cepat-cepat keluar rumah sambil membawa pedang dan panah. Sementara para wanita dan anak-anak mengunci diri mereka dirumah masing-masing. Para lelaki akhirnya datang dan merempug zombie besar itu. Mereka maju dan melukai zombie itu dengan pedang-pedang mereka. Namun zombie itu terlalu kuat. Akhirnya pasukan pemanah siap memanah zombie dan zombie tersebut pun mati dengan banyak panah menusuk tubuhnya. Semua warga bersorak bahagia. Tetapi tidak dengan Catta, ia hanya menatap zombie dengan tatapan sendu.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Dalam perjalanannya Catta terus saja memikirkan zombie tadi, ia merasa sangat bersalah. Ingin sekali ia mencabut semua panah yang ada ditubuh zombie tersebut dan memeluknya erat…. “HEIIII KAU Wanita Sialannnn” mendengar teriakan tersebut Catta pun berbalik dan melihat sumber suara. Ternyata itu kepala desa,,,, aaaaaaaaaaaaaaa lariiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii….. Catta pun melarikan diri dari amukan kepala desa yang terus mengejarnya. Pasti dia marah karena perkebunannya rusak gara-gara zombie tadi.
“Pasti dia mau minta ganti rugi sama gue… ouhhh tidakkkk” Catta semakin mempercepat kecepatannya. Ia masuk kedalam kerumunan orang-orang yang tengah berbelanja di sebuah pasar. Catta terus berlari tanpa mempedulikan orang-orang yang mengomel kesal karena ia tabrak. Bahkan gerobak jeruk pun ia tabrak hingga jatuh berserakannn.
“ Dasar anak sialannn,,,, mau kemana kau jangan kaburrr” Teriak pemilik gerobak tersebut.
“Maaf pak,, maaf-maaf,,, ahh kebetulan minta jeruknya satu ya pak,,,” Sempat-sempatnya Catta minta eh nyolong jeruk yang ia jatuhkan tanpa bersalah kemudian melanjutkan pelariannya.
Saat ia berlari sambil mengupas kulit jeruk tiba-tiba ia kehilangan control kakinya dan akhirnya tabrakan pun tak bisa dihentikannn dan “aaaaaaaaaaaaaaaaaaaa” Catta menabrak lelaki tampan yang ada dihadapannya. Dengan pasrah Catta pun menutup mata dan siap-siap untuk jatuh.
“Pasti sakitt,,, pasti patahhh” Gumam catta dalam hati.
Tapi ia salahhh,,, Kok ia tak merasakan rasa sakit sedikitpun? Kemudian ia membuka matanya perlahan dan melihat sesosok malaikat tampan dihadapanya tengah memegang pingganya supaya tak jatuh
“Tuhan,, apakah ini surga???” Gurau Catta sambil tersenyum. Namun tiba-tiba kepalanya terasa sangat pusing dan seketika penglihatannya pun memburam.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
~~~ TBC ~~~
![](https://img.wattpad.com/cover/1741530-288-k157939.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Zombie's Brain
Mystery / ThrillerCatta pun memaksakan badannya untuk bergerak mengikuti kehendaknya. Ia turun dari bangsal kecil itu dan berjalan mendekati cermin besar di ruangan tersebut. Ia menatap wajahnya lekat-lekat kemudian mengerutkan wajahnya yang pucat. Tangan kanannya ki...