Chapter 7 (Like Bad Dream)

444 12 1
                                    

 Rasa panas kini mulai menyerang kepala Catta. Ia benar-benar merasakan kesakitan luar biasa terutama pada bagian jidatnya. Beberapa kali ia berteriak dan menjambak bagian rambutnya. Namun rasa sakit itu semakin menjalar menguasai kepalanya.

“Tidak mungkin… Ini mustahil…” pak Bosley hanya dapat menganga tak percaya dengan apa yang sedang ia lihat “Penyelamat bumi.. Legenda itu ternyata benar…”

Sementara orang-orang hanya dapat menganga tak percaya dengan apa yang mereka lihat. Cahaya hijau berbentuk bintang berkedip berkali-kali memamerkan cahayanya sambil berputar-putar di jidat Catta. Dan Buuuuuuuuummm….. cahaya tersebut mulai menyebar menyilaukan ratusan mata manusia di kawasan Halibab Kosha. Praaaaaaaaaakkkkkkkkkk…….. tanpa di sangka-sangka kaca yang menjadi dinding asrama Halibab Kosha pun pecah berserakan melukai orang-orang di sekitarnya. Mereka menjerit kaget sambil melindungi wajah dengan kedua tangan mereka. Pertahanan mereka pun mulai goyah dan mereka tersungkur jauh menubruk sebuah dinding. Sepuluh menit, waktu yang cukup singkat namun dapat menghancurkan hampir sebagian asrama Halibab Kosha yang sangat besar dan terkenal mempunyai pondasi terkuat diseluruh dunia.

Cahaya hijau tersebut mulai meredup dan masuk ke dalam ukiran bintang di jidat Catta. Kini cahaya tersebut menjalar keseluruh bagian tubuh wanita itu. Tubuh Catta mengejang merasakan kesakitan luar biasa. Seluruh tenaga Catta mulai habis dan ia pun ambruk di tempat.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Sekitar lima puluh profesor tengah berdiskusi serius di salah satu ruangan tertutup Halibab Kosha. Sepertinya ini rapat yang sangat penting. Beberapa wajah mulai menampakkan kerutan dan sesekali ada orang yang menggebrak meja sambil mengemukakan pendapatnya. Bahkan Raja Hans pun terlihat tengah duduk di kursi paling ujung memimpin jalannya rapat tersebut.

Sementara di ruang berbeda namun dalam kawasan yang sama, terlihat seorang wanita yang kini tengah memakai baju putih polos baru sadar dari pingsannya. Ia mulai membuka matanya pelan dan mencoba bangkit dari bangsal yang sedang ia tiduri. Namun kepalanya terasa sangat berat dan sulit digerakan. Ia pun hanya menghembuskan nafas pelan dan membaringkan badannya pasrah. Mata nya kini mulai beredar mengelilingi setiap sudut ruangan yang ia tempati. Sangat sepi. Tak ada seorang pun yang menemaninya dalam ruangan ber-cat putih ini namun terkesan sangat gelap. Wanita tersebut mulai menutup matanya kembali, mengusir rasa takut yang mulai bergejolak di dadanya. Namun ia tak dapat tertidur. Kepalanya kini mulai berdenyut sakit dan bayangan mengerikan itu pun mulai menghantuinya. Masih jelas terlintas dikepalanya saat cahaya hijau tiba-tiba muncul dari jidatnya dan menghancurkan serta melukai orang-orang disekelilingnya. Ia pun menggerakkan tangan kanannya yang bergetar menyentuh bagian atas kepalanya. Ia merasa tak ada yang berbeda dengan jidatnya. Tak ada tonjolan ataupun goresan berbentuk bintang disana. Huffttt… mungkin ini hanya mimpi. Pikir Catta merasakan sedikit ketenangan.

Catta pun memaksakan badannya untuk bergerak mengikuti kehendaknya. Ia turun dari bangsal kecil itu dan berjalan mendekati cermin besar di ruangan tersebut. Ia menatap wajahnya lekat-lakat kemudian mengerutkan wajahnya yang pucat. Tangan kanannya kini kembali bergerak menyentuh jidatnya dan sekarang ia memperlihatkan tatapan sayu. Tanpa ia sadari bulir air mata kini mulai menetesi wajahnya yang cantik. Tanpa ia kehendaki, tanpa ia minta, dan tanpa ia mau lukisan berbentuk bintang berwarna hijau telah terukir di jidat luasnya. Ternyata semuanya nyata, bukan hanya sekedar mimpi. Kehancuran itu benar terjadi.

Tiba-tiba Catta mendengar suara langkah kaki berjalan melewati kamarnya. Ia pun berjalan mendekati arah suara kemudian menempelkan telinga kanannya di pintu kamar dan mendengar pembicaraan orang-orang itu.

“Ahh sial.. seluruh badan gue di penuhi dengan luka akibat goresan kaca tadi.”

“Gue juga. Apalagi gue berdiri paling depan ya hasilnya gini wajah gue ancur.”

Zombie's BrainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang