Datang, ketuk

151 54 10
                                    

             'TOK...TOK...TOK'

       "Sebentar sebentar... aku bukain." kata Nilam sembari mencuci tangannya sedikit dan turun dari tangga untuk menaikkannya keatas lemari. Setelah tangannya dikibas-kibaskan kearah bawah dan diputar-putar seperti grill daging, ia langsung berlari dengan kaki kecilnya yang hanya mampu sampai di daun pintu hanya dalam waktu 30 detik.

      "Iya, siapa ya?" kata Nilam sembari tangan kecilnya memegang daun pintu dan sedikit membukanya, takut orang yang tak dikenal tiba-tiba datang.

      "Ahhh...saya tetangga sebelah dek, saya bisa masuk tidak ya?" kata tetangga mereka yang ternyata adalah seorang gadis muda yang memakai pakaian yang seperti pakaian dari si gadis muda diatas pohon yang mengintai rumah mereka tadi, tetapi wajahnya berbeda dengan sang gadis pengintai.

     "Ti-tidak deh kak...jangan, nanti nenek saya bangun."kata Nilam sembari menutup pintu perlahan-lahan hingga menutup semuanya.

     "Adikk, saya belum bertemu dengan tuan rumah...bisa dipertemukan tidak saya ya?" Sang wanita muda langsung mendorong pintu rumah nenek NIlam yang hampir tertutup sempurna oleh daun pintu yang coklat, tenaga mereka yang tadinya diam sekarang harus dikeluarkan karena tak ada yang mau kalah satu sama lain. Yang satu ingin masuk dan yang lain ingin mencegah yang lain masuk kedalam rumah.

     "Ya tentu tidak bisa lah, saya kan sudah bilang tadi... jangan memaksa ya kak." pintu berderit karena didorong kedepan dan kebelakang tanpa ada yang mengalah.

                      'KRIETTTT.HNGGGHHH...KRIETTT.HNGGGH.KRIETTTT...KRIETTT...HNGHHHHHHH'

Napas kami beradu dalam keheningan malam yang mencekam, seakan seluruh mahluk semesta berdiam menunggu kemenangan pihak yang membuka dan menutup pintu itu. 

      Untung saja semua itu hanya sebuah khayalan dari Nilam sendiri saat ia sedang akan membukakan pintu, sesaat sebelum ia membuka pintu terdengar suara-suara dari kamar neneknya.

            "Cuuu... kamu ada dimana, Nenek mau ngajarin kamu buat sup ikan dulu." kata nenek Nilam sembari suara lembaran kertas terdengar sangat jelas, memasuki telinga kecil milik Nilam.

           "Bentar nek, ada tamu... aku bukain dulu biar tamunya masuk dulu" kata Nilam sembari memutar kunci rumah yang tergantung sejak tadi kami pulang dari kantor polisi.

          "Tamu siapa malam-malam gini lam? Cewe atau cow--- I-ITU SIAPA NILAM!" Kata nenek Nilam sambil menunjuk sosok yang entah manusia atau mahluk lain, wajah nenek berubah semakin lama memanjang dan melebar.

          "HALO NENEK, BAGAIMANA KABARMU?" dan sekejap, semua hal menjadi kelabu baginya. Mata yang tadinya terbuka lebar perlahan tertutup seiring potongan kejadian-kejadian kecil memasuki daun telinga. Nilam yang hampir hilang kesadaran hanya sempat melihat nenek yang kebingungan sambil sedikit berteriak.

          "A..." dan berhenti sampai disana.

                 Hitam

   Semua pandangan Nilam perlahan-lahan buram dan tak tahu lagi apa yang terjadi pada nenek, maupun dunia itu sendiri. Waktu bergerak lambat, begitu juga perasaan dari Nilam. Ia tak bisa melakukan apapun selain berdiam diri dan merenungi kejadian itu didalam diri.

        "Ja-jangannnnn... Sakittttt" Sejenak suara suara yang Nilam samar-samar sekarang menjadi jelas.

        "Kayak kenal suaranya... Loh, kok aku bisa ngomong, Jangan-jangan aku..."

              'TUTTT... TUTTT... TUTTT'

    Dari pandangan yang gelap gulita perlahan ia melihat sebuah cahaya yang sangatlah menyilaukan segala pandangan mahluk-mahluk hidup di bumi, seakan sang maha kuasa sudah mengembalikannya ke tempat ia berada.

   Tetapi tidak,

    TIDAK

Ia ada di bangunan yang berbeda, tiada lagi harum masakan maupun sosok hitam didepan pintu, disana hanya ada hiruk pikuk kehidupan dan angan yang memiliki banyak sekali orang disana, ada yang berobat maupun bertemu dengan mereka yang sedang persiapan pergi menuju alam lain.

        "A-aku dimana? " Kepala Nilam rasanya ingin meledak dan berat saat diangkat, tetapi saat hampir sempurna tubuhnya tegak di kasur biru toska itu. Sebuah tangan lembut menyentuh dada kecil Nilam.

       "Ehmm, halo adik kecil... Bagaimana keadaanmu sekarang. Apakah sudah membaik? " Suara lembut itu tiba-tiba memunculkan diri dari sebelah kiri Nilam.

  Dan ternyata itu adalah orang yang sudah ia temui saat tadi dan dialah yang meledakkan emosi nenek Nilam dengan aksinya. Dialah...

        "Sedang apa bapak disini... Dan kenapa--- NENEK,  DIMANA NENEK? " Tiba-tiba dalam pikirannya teringat sosok neneknya. Nilam langsung melompat keatas tempat tidur dan berdiri untuk mencari sang nenek yang mungkin saja berada di sebelahnya, tetapi nyatanya tidak ada. Hanya ada bisikan orang-orang yang merasa risih saat melihat Nilam loncat keatas tempat tidur.

        "Ahhh... Kami sudah---" Detektif itu mengatakan kata itu dengan sedikit terbata-bata dan menghela nafas. Tentu saja Nilam langsung histeris.

        "SUDAH APA... JA-JAWAB CEPAT PAK, SAYA TI-TIDAK MAU KEHILANGAN NE-NENEK SAYAAA. " Kataku sambil mengisi kebisingan dari tempat yang ramai khalayak umum.

         Tangisan Nilam yang tadinya kencang langsung mereda bahkan berhenti saat sebuah kata diucapkan, entah kata apa itu

T - o - - B - e - - C - o -n - t - i- n - u - e - d
      
 

NilamWhere stories live. Discover now