Kembalinya sang gadis kecil

80 34 15
                                    

    "Kau kan... " Ujar Terto yang kaget dengan keberadaan gadis kecil dari rumah sakit yang ia temui. Dia adalah Nilam

    "Hai pak... bagaimana kabar bapak? apakah sehat? Ah, bapak tidur dulu ya." kata Nilam yang langsung menyemprotkan gas yang membuat semua orang tertidur lelap. Dan tentu saja Terto merasa pusing dan tertidur.

        Setelah beberapa jam mereka disana, Efek gas tidur itu sudah hilang. Dan yang ada di lantai itu hanya ada darah dan manusia yang sudah meninggal. ia menyalakan pendingin dan musik supaya disana tak terlalu panas maupun bau, tetapi tetap saja bau mayat itu tak mengenakkan. 

    "AHHHH, Bau sekali ini... lebih baik aku mengendarai mobil."

         Setelah semua sudah tidur, Nilam yang masih berumur lima tahun bisa naik ke jok mobil dan mengendarainya melewati gang sempit dan kembali ke tempat asalnya tadi. Ia juga memarkirkannya tepat didepan lobi rumah sakit.

     "Selamat datang kembali pak... Loh, kok anak kecil yang bawa? " katanya yang memandang Nilam dengan pandangan bingung dan ragu.

Bukan hanya karena seorang anak yang mengendarai mobil, tetapi perawakan dan pakaiannya yang berwarna merah membuatnya semakin dicurigai akan sesuatu.

     "Hai dek... Kamu umur berapa? "

     "HUAAAAAAA... BAUUUUU, IHHH. "  Nilam tiba-tiba menangis dengan kencang karena pakaian dan aroma yang dikeluarkan dari mobil itu. Bajunya yang terkena darah juga sedikit terbuka kebawah, petugas yang melihatnya menatap dengan kebingungan dan berasumsi terjadi sebuah peristiwa didalam sini.

    Entah itu adalah pembunuhan ataupun lainnya

      "E-ehhh, kamu kenapa dik? Ada yang sakit?" ujarnya yang berpura-pura untuk mengenal Nilam yang menangis, karena orang-orang di sekitar mereka mulai berbisik dengan sangat keras hingga masing-masing seakan berkata yang buruk dengan sangat jelas didepan wajah mereka.

       "Ti-tidak kak, ta-tapi didalam ada mayat da-dan juga manusia. Dan juga a-ada DARAHHHH!" teriaknya saat melihat mayat yang tergeletak dengan darah.

   Saat petugas itu mengecek, benar saja. Mayat-mayat laki-laki dewasa terlihat begitu segar setelah dibunuh oleh salah satu dari mereka juga.

       "PAK TERTO." ucap sang petugas dengan kaget yang melihat Terto dengan bersimbah darah dan beberapa saat setelah seluruh dari mereka ramai mengerubungi mobil tersebut, ia terbangun dan tersadar akan sesuatu.

       "Ada apa ini? Kok ini ramai sekali ya?" tanya Terto dengan kepala yang masih pusing dengan indra perasa dan saraf yang belum bekerja terlalu baik, dikarenakan efek gas tidur yang masih terkandung dalam tubuhnya yang masuk melalui saluran pernafasan.

       "PERMISI...APA ALASAN BAPAK MEMBUNUH BOS DAN KARYAWAN MAUPUN TEMAN BAPAK YANG LAIN?" seorang dari mereka yang berkerumun langsung menghujani Terto dengan berbagai pertanyaan, yang membuat pikirannya yang belum terlalu sadar tak mengerti.

       "H-hah? Maksud kalian?" tanya Terto yang masih belum mengerti, tetapi sepersepuluh detik ia tersadar bahwa sebuah gunting yang menancap pada seluruh karyawan ada di tangannya. Dan ia dikatakan sebagai pembunuh oleh para orang yang berada di sana.

       "Bagaimana bapak mendapatkan gunting medis tersebut?" tanya salah satu dari mereka yang lain, yang juga merupakan wartawan yang entah bagaimana bisa muncul di rumah sakit. Padahal tidak ada berita apapun disana.

    Memang mereka pencari berita yang selalu menghantui setiap orang, dan fakta yang benar pun kadang juga dibelokkan demi mendapat secarik uang.

       "Sa-saya tidak melakukan apapun, saya seja tadi..." ucapnya untuk mengelak dari hujan pertanyaan yang lebih banyak dari yang ia dapatkan sebelumnya.

     Sesaat hening, dan ribuan pertanyaan tidak berhenti menghujani sosok Terto yang tak kuat menghadapi ini semua dan stress. Dan karena tak mengetahui apapun lagi, otaknya juga tak bisa tertolong dengan apapun yang dilakukan oleh mereka semua.

       "MUNDUR!" tukasnya dengan wajah yang panik dan deru nafas yang terdengar sangat cepat, dan sesuai yang dikatakan. Kewarasannya sedang terkubur karena serbuan pertanyaan dari netizen yang mengaku wartawan amatir demi mendapatkan view.

       "GAIS...LIHAT NIH, ADA PEMBUNUH YANG LAGI NGANCAM KITA. YUK KITA..." ujar seorang pria kurus yang masih sempatnya untuk melakukan siaran dengan penontonnya, tetapi akal sehat Terto yang sudah terganggu merasa bahwa pria kurus ini adalah ancaman bagi hidupnya. Jadi ia  langsung menusuknya

      "KAMU...DIAM!" ujarnya yang masih menggengam erat gunting yang tak pernah sekalipun ia gunakan untuk menusuk seorangpun didunia, tetapi akal sehatnya tidak tertolong dan semua pikiran jernihnya tertutupi oleh kegilaan tak berujung.

              Memang seharusnya kita mengahrgai seseorang saat ia tak ingin diganggu, dan bukan malah membuatnya semakin banyak pikiran dengan setiap kata yang diucapkan.

      Dilain tempat, Nilam sedang mengendap-endap untuk masuk ke ranjangnya. Tetapi seorang anak nakal tak akan pernah lolos dari tatapan perawat yang memiliki insting layaknya harimau.

         "Ehm...dikk, kamu darimana saja ya? Sejak tadi kamu tidak kembali." ujar seorang perawat yang langsung mengecek keadaan Nilam dari ujung kaki hingga rambut. Dan sesuai dugaan kita semua, dia...

  BERSAMBUNG

EAKKKKK, MANTAP GAK TUH KENA GANTUNG?

Author tersayang ini mau pamit dulu...

DI PLAFFORM LAIN KE ABANDONED GAIS.

jadi kemungkinan bakal agak lama, tetapi gak selama mantan balas chat kok

papayyyy

NilamWhere stories live. Discover now