Bermain di rumah sakit

55 28 4
                                    

Disaat sang dokter dan temannya itu akan kembali, ia mendengar sebuah suara yang dikeluarkan oleh Nilam secara tak sengaja. Dan mereka berdua sigap untuk membalikkan tubuh karena penasaran dengan siapa gerangan yang ada disana.

"SIAPA DISANA? KELUAR DAN JANVAN SEMBUNYI! " seru sang dokter yang terlihat cukup tegang dan taksut akan apapub mahluk hang keluar darisana.

"Sa-saya... " Nilam yang tak tahu lagi harus berbuat apa langsung berbicara dengan volume yang hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri, tetapi mereka bisa mendengarnya walau samar-samar.

"KELUAR! ATAU SIAPAPUN YANG ADA DI UJUNG SANA AKAN... "

TRINGGG... TRINGGGG

Tiba-tiba dari balik suara yang menggelegar itu, sebuah dering telepon terdengar kencang diantara kesunyian ruangan penuh harga itu.

"Halo, " ucap pria itu kepada lawan bicaranya di telpon.

"Iya, halo Terto. Ada yang mau saya bicarakan. Bisa kamu kembali ke kantor? "

"Aduh, maaf pak... Saya masih mengerjakan kasus yang anak kehilangan orang tuanya. Jadi saya belum bisa balik ke... "

"Ehm... Memang kamu tidak mau melihat perkembangan kasus yang pernah kamu tangani? " tukas lawan bicara Terto ditelepon yang menekankan akhiran kata itu, sejenak pikirannya terasa diaduk-aduk oleh Tuhan.

Ia masih merasa penasaran, tetapi rasa penasarannya itu juga dibarengi dengan keinginan untuk menyelidiki kasus lain yang tak kalah misterinya.

Yang membuat ia sampai memasuki organisasi itu untuk meminta pertolongan untuk kasus dengan pemacahan yang mengorbankan bamyak sekali hal. Termasuk sesuatu yang srharusnya tak ia korbankan.

"A-apakah kasus yang saya tangani sungguh sudah mulai berkembang dengan baik? " tanya Terito dengan gemetaran dan merasa senang, karena setidaknya pekerjaan dan perasaan yang telah terbebani akan sirna dari hatinya.

"Oh tentu, silahkan ke kantor saya jika kamu mau melihatnya. Dan ingat 1 hal ini, jangan kecewakan aku dengan hasil yang buruk pada setiap kasusmu. Jika tidak, kau tahu bukan apa akibatnya?" bisik pria yang ada di seberang telefon itu dengan seringai lebar di wajahnya, yang untungnya tak bisa dilihat oleh Terto sendiri.

"Baik pak, saya mengerti." tegasnya dengan nada bicara layaknya seseorang yang sedang dididik untuk menjalani kemiliteran.

"Bagus, kamu boleh datang ke sini sekarang." tukasnya yang langsung menutup telepon dan bernafas lega setelah itu, senyum dan nafas leganya bukan karena ucapan yang berhasil ia katakan dengan jelas tanpa suatupun yang salah. Tetapi senyum leganya itu mengartikan akan sesuatu hal yang dia maksudkan untuk terjadi.

Apalagi kalau bukan, Balas dendam kepada seseorang yang spesial.

Kembali ke ruangan rumah sakit yang gelap dan minim cahaya, Terto yang merasa bahwa dirinya harus pergi ke suatu tempat langsung bergegas menuju tempat yang ia tahu merupakan tempat kantor lawan bicaranya - yaitu pemimpin di kepolisian.

"Brou, aku mau pergi dulu ke tempat lain ya. Jadi kayaknya gabisa nemanin kau buat keliling-liling rumah sakit, soalnya ada yang mau dilakuin dulu sama mau ke TKP dulu. Gapapa kan kalau duluan? takutnya... "

"Terrrr, itu penting banget ya yang mau dicari?"

"Iyaaa. Dan kalau ada penemuan baru masa kita malah gak dateng, apalagi kan aku..." ucapnya dengan hati yang berat untuk mengucapkan seluruh kata, tetapi saat ia akan mengucapkannya. Ia memotong omongan dan menutup mulut Terto dengan jari telunjuknya, "Hmmm, oke deh. Silahkan anda pergi kembali ke tempat anda bekerja, daku akan menunggu dirimu di antara ruangan-ruangan tak bertuan ini."

Dan tanpa basa-basi lagi Terto langsung berbalik badan dan menyusuri lorong rumah sakit yang cukup gelap karena saat itu masih cukup pagi dan subuh, sekitar pukul empat subuh dan saat itu memang orang-orang yang pekerja keras dan kaum yang suka bergadang muali beraksi.

Bagi mereka yang bergadang, antara dia adalah malinga tau dia adalah seorang remaja yang gabut dan menonton drama korea atau thailand layaknya yang membaca cerita ini. Atapun mereka yang pekerja keras karena menghadapi tantangan hidup untuk memberikan nafkah pada yang tak bisa makan dan kekurangan.

"Hahhh, realita hidup memang kejam saat seseorang melihat bahwa mereka yang diatas akan terus ada diatas tanpa melihat mereka yang dibawah. Tapi jika kita bekerja keras dan terus maju, maka suatu hari kitalah yang akan menggantikan mereka yang sudah terlalu lama berada di atas."

Dan sejenak setelah ia berbicara sendiri sambil memegangi jas putihnya, ia langsung keluar dengan wajah yang mengantuk dan sepertinya ia membutuhkan penyemangat pagi.

"YUK YUK SEMANGAT!" teriak sang dokter sambil melakukan peregangan kecil untuk membuat tubuhnya lebih bebas bergerak dan tak kaku layaknya pembicaraan sepasang insan yang hanya mengenal lewat kata-kata dan memutuskan bertemu wajah.

Sang dokter pun berjalan menyusuri lorong yang sedikit gelap untuk kembali kearah ruangan kerjanya, yaitu sebagai dokter anak dengan ruangan yang cukup jauh dari ruangan yang tadi ia datangi bersamaan dengan Terto.

-------------

Disaat bersamaan, Nilam yang merasa bahwa suasana disekitarnya cukup tenang dan orang-orang yang tidak lagi ramai - langsung melancarkan aksinya di ruangan itu.

Setidaknya ia tak memberikan fakta kebohongan kepada orang lain, nanti dia berdosa lagi.

"Ahhh, untungnya semua gak ada yang kurang. Atau nggak ya... begitulah." ucapnya sambil mengusap peluh yang ada di dahinya itu. Dan ia kembali melanjutkan pekerjaannya yaitu membuat kamar itu berantakan, sesuai dengan keterangan yang ia berikan kepada para perawat.

WHUSHHHHHHH... BRRRRRR

Dan saat ia sedang memberikan beberapa hal kecil didalam ruangan itu, suara langkah kaki terdengar cukup kencang didalam lorong. Tetapi didalam ruangan yang cukup dingin itu,. tidak terdengar apapun. Hanya ada kesunyian.

"Akhirnyaaa selesai juga, sekarang tinggal keluar deh. Yeyyyyy." ucapnya dengan nada bicara diiringi tawa kecil layaknya seseorang yang berhasil melakukan suatu misi yang sulit.

Tetapi tak berselang waktu lama, seseorang berjalan ditengah lorong itu langsung memasuki ruangan itu dengan baju putihnya.

"Ahhh, kenapalah aku yang harus ngambil persediaan dari sini? kan bisa yang lain. Udah begitu semuanya senyum-senyum kek orang gila lagi. Apalagi pasien yang pake BPJS tadi, " gerutunya sambil wajah murung yang terpasang persis di wajahnya karena berbagai kejadian yang menimpanya.

Akan tetapi, wajah murungnya itu langsung berganti menjadi wajah tegang dan menangis. Bukan karena perlakuan dari rekan-rekannya, tetapi pemandangan yang ia lihat di hadapannya sekarang.

"K-Kokkk...begini keadaannya? bu-bukannya tadi rapi ya?" pikirnya dalam hati kecilnya, sambil menghela nafas ia membereskan seluruh kekacauan itu.

Dan saat ia sedang bersih-bersih, ia melihat siluet seseorang yang bersembunyi. Tetapi bukan takut yang ia rasakan, malahan ia senang. dan perlahan ia berjalan ditengah ruangan berlampu minim itu.

TAK,TAK,TAK

"Hei heiiiii, siapa disana?" ucapnya sambil suara langkah sepatu terdengar jelas di telinga Nilam.

Layaknya mangsa yang terpojok, ia hanya bisa diam menunggu kepergian wanita bermulut ular itu. "Loh loh, kok kamu disini?"

Dan saat itulah, Nilam...

Bersambung

Aku tahu pasti ini yang baca dikit, jadi yuk sevar-sebar link cerita ini. Biar yang baca semakin banyak


NilamWhere stories live. Discover now