Memori dan ditahannya Nilam

68 23 5
                                    

   Terto yang saat itu sudah siap menembakkan pistol ke kepala sang supir taksi, langsung terluka dan hampir meninggal karena mobil yang ia kendarai digulingkan di jalanan yang sepi. Dengan terseok-seok ia keluar dari mobil. Kepalanya serasa ingin pecah karena berputar searah jarum jam.

          "Tidak semudah itu kematian, AKU AKAN TETAP HIDUP!" tegasnya pada sang malaikat maut.

          "Manusia spesial apa lagi yang bisa tahu keberadaanku? " pikir sang malaikat maut sembari menaruh kedua jari tengkoraknya di tulang baji.

     Karena masih kebingungan dan tak ingin menunda pekerjaannya, ia langsung mengecek daftar manusia di papan miliknya. Ia langsung membuka pintu ke orang yang akan meninggal, tetapi sebelum ia masuk ia menolehkan kepalanya dan berkata kepada Terto.

         "Ah iya, aku punya kejutan untukmu. Lihatlah sekitar dan sadarlah akan sesuatu, meskipun matamu buram kau akan sadar." Dan ia langsung saja pergi tanpa ada apapun lagi, karena memang kematian belum diperbolehkan mencabut nyawanya.

         "Apa kau bilang? Ahhh, lupakan malaikat pencabut itu... Di-dimana aku?" ucapnya dengan mata yang masih mendelik kecil dan geraman karena ia hampir saja mati. Saat ia membuka matanya lebar selama beberapa detik, ia menyadari sesuatu.

        "Sebentar, ini kan bukan jalan ke kantor. Lalu... Ini jalan yang mana ya?" pikirnya sambil kedua tangannya  membantu kaki yang mengalami fraktura.

    Disaat kedua tangannya menopang tubuhnya, sebuah memori perlahan melintas. Disana dia bersama dengan seorang wanita berusia senja, tak terlalu tua tapi juga tak terlalu muda. Mereka tertawa ria dan sangat dekat.

      Dan memori yang terputar perlahan berubah menjadi merah, wanita itu juga tiba-tiba menghilang layaknya debu.

           "DIMANA DIA? SEINGATKU DIA MASIH ADA DIHADAPANKU DAN BERBICARA DENGANKU. "

      Terto bertanya-tanya dan berteriak dengan hati sambil tangan dan kepalanya terus berdengung karena kecelakaan itu. Dan tak berlangsung lama, Terto...

       Mati

      Belum mati sepenuhnya, tetapi sekarat karena kekurangan darah. Dan darah Terto yang sudah keluar perlahan mengalir ke pinggiran jembatan dan menghilang menjadi uap.

      Sungguh tragis bukan? Saat seseorang ingin tahu tentang keberadaan sang wanita yang dekat dengannya, tapi kematian terlanjur datang kepadanya.

         "Ahhhh, pada akhirnya manusia akan mati saat ia hampir mencapai apa yang inginkan. Harta, kekuasaan dan sebagainya, " ungkapnya sambil menarik raga Terto dan menuju alam kematian.

~~~~

     Di tempat lain, kedua orang terlihat berjalan dengan pakaian yang bersuhu lebih rendah dari suhu ruangan. Mereka diam seribu basa tanpa ada kata apapun yang keluar dari mulut mereka, kecuali deru nafas yang terus terdengar.

         "Ke-kemana kita akan per-"

         "Diam kau anak kecil! Aku tidak menyuruhmu untuk bertanya. Jadi jangan katakan apapun hingga kita sampai di ruanganmu," ucap sang perawat dengan tatapan tajam

          "Ma-maaf kak." ujar Nilam terbata-bata sambil kembali berjalan mengikuti langkah kaki sang perawat. Dan tak perlu lama, keadaan hening yang ada disana perlahan berubah.

      Langkah kaki yang terdengar seiring dengan bunyi sepatu, membawa sebuah berita dibenaknya dan sudah siap untuk disampaikan.

           "RINN... RINN!" teriak seorang perawat yang juga merupakan kawan dari suster tadi, yaitu Rina. Temannya itu terlihat tergopoh-gopoh dan panik akan sesuatu.

            "Kenapa kenapa? Ada pasien gawat darurat?" Rina yang merasa ada sesuatu yang pasti terjadi di depan rumah sakit terkait pasien, langsung bertanya secepat mungkin dengan langkah kaki yang disejajarkan dengan teman perawatnya itu.

            "Iya, dia kayaknya habis kecelakaan di jalan yang katanya angker. Kan pernah ada yang-"

            "Udah udah! Fokus ke pasien yang kecelakaan. " Tatapan mata rina langsung setajam elang pada temannya yang tak pandai menilai situasi, dan karena tatapan itu temannya langsung ciut dan memandang tabel diagnosis.

            "Maaf Rin. Oke jadi dia memar dan luka dibagian badan. Lalu patah tulang rusuk dan ada...syok hipovolemik." ucap sang perawat sambil membacakan analisis singkat dari dokter yang berjaga.

            "Oke, langsung kita kesana. Dan kamu!" Sang perawat langsung menatap Nilam dengan wajah datar dan senyum, yang membuatnya terlihat aneh.

            "A-aku kak?"

            "Iya, kamu diem disini dan jangan keluar dari rumah sakit. Atau saya akan nyari kamu dan ngurung kamu dikamar mandi! MENGERTI?" cecar sang perawat sambil menatap Nilam dengan tajam dan kembali memandang data itu dengan cermat

             "Me-mengerti kak." jawab Nilam gagap, dan tanpa peduli lagi mereka langsung bergegas pergi ke ruang gawat darurat untuk memeriksa dan menolong pasien tersebut. Dan tentunya sebagai anak yang baik, ia langsung kembali ke kamarnya yang tak terlalu jauh dari lorong-lorong itu.

           "Hahhhh, sepi dan dingin ya disini. Ditambahin sama AC yang masih nyala. " cetusnya sambil menghela nafas ke telapak tangannya untuk menghangatkan diri.

       Nilam yang saat itu sendirian dan hanya ditemani udara subuh, mencoba untuk berkelilinv rumah sakit lagi. Tapi kali ini ia tak ingin ada yang mengetahui dia adalah pasien.

           "Dimanaaalah baju biasa? Apa kita cari di gudang rumah sakit saja ya? Eh, gamungkin ada juga sih disana. Atau kita ke... "

  TINGGGGG...TINGGGG, Panggilan kepada 001. Dimohon untuk mengambil obat...Terimakasih

       Sekarang rumah sakit sudah buka dan satu persatu pasien datang untuk mengecek kesehatannya maupun memeriksakan kondisi tubuh setelah ia operasi. Dan tentu saja Nilam yang saat itu bingung akan kemana dihampiri seseorang.

            "Halo dik, kamu sedang apa jalan-jalan disini?"

            "A-aku jalan-jalan kak, ada apa ya kak?" tanya Nilam sambil senyumnya disunggingkan tipis-tipis. Sang dokter yang melihatnya itu menggelengkan kepala dan menasihati Nilam untuk kembali ke kamarnya dan jangan keluar dari kamar, karena memang pasien saat itu mulai berdatangan.  

             "Oke deh kak. oh iya, aku mau nanya sesuatu dulu nih kak."

             "Apa itu?" tanya dokter itu penasaran.

             "Jantung apa ya dok? Aku pernah ditanya sama polisi, tapi masih penasaran sampai sekarang." 

             "Hmmm, bahasa sederhananya itu... sesuatu dalam tubuhmu yang membuat kamu masih bisa hdiup sampai sekarang dan hal itu terus berdetak dengan izin Tuhan supaya kamu tetap hidup dan bisa menghirup udara seperti ini." Sang dokter yang menjelaskan, mencoba mempraktekkan apa yang ia katakan supaya setidaknya gadis di depannya bisa paham.

       Nilam yang melihat peragaan dari dokter itu merasa kagum dan takjub dengan jantung, hingga membuatnya bisa hidup.

              "L-lalu jantung ada dimana ya kak?"

              "Jantung itu... ada di-" sang dokter yang hampir selesai menunjuk dimana letak jantung langsung kaget saat mendengar suatu bunyi aneh.

     NITTT...TENGKOKKKKKKKK

            "Diam ditempat anak kecil," seorang polisi langsung membekuk Nilam hingga menyentuh lantai rumah sakit.

             "Pak, dia ditahan kenapa pak? "

             "Dia ditahan atas... "

  

                        TO BE CONTINUED

Akhirnya Nilam bisa update lagi

biar aku semakin semangat, yuk di like vote dan comment

         

NilamWhere stories live. Discover now