Hanbyul terpaku di jendela kamarnya. Matanya menerawang, memandang ke kejauhan. Pikirannya tertuju pada hal yang telah dilakukannya dengan berani pagi tadi. Entah kenapa dia merasa terdorong untuk memberikan Taemin sebuah kecupan di bibir sebelum suaminya itu berangkat kerja. Itu pun bertepatan dengan hari presentasinya. Antara kebetulan atau tidak.
Seminggu telah berlalu setelah kejadian intim yang hampir membuat Hanbyul memberikan diri sepenuhnya pada Taemin. Dan selama itu pula, Taemin seolah kembali memperbarui resolusinya. Ia tidak melakukan ataupun menyinggung suatu apapun yang berhubungan dengan hubungan intim. Taemin menjadi seorang ksatria yang menjaga putrinya dengan seluruh kehidupannya.
Hanbyul pun terus mengoreksi diri dan merenungkan jalan terbaik yang bisa dia ambil sebagai keputusan akhir dari kehidupan pernikahannya. Biar bagaimanapun, sepenuhnya menjadi istri Taemin adalah pilihan terbaik.
Dia memang tidak mengingat Taemin sebelum kecelakaan yang menimpanya setahun lalu, tapi sepanjang ingatannya, hanya Taemin yang selalu berada di sisinya. Pria itu selalu ada untuknya, tak peduli sikapnya yang selalu menolaknya. Taemin selalu menunjukkan wajah bahagia dan senyumnya, meskipun secara manusia, Hanbyul pasti melakukan kesalahan yang mampu melukai egonya sebagai manusia dan sebagai seorang pria, seperti kejadian seminggu lalu.
Hanbyul mungkin bukan seorang pria, tapi rasanya pasti tidak nyaman jika harus menghentikan aktivitas intim tanpa diakhiri dengan sebuah pelepasan gairahnya. Belum lagi rasa tertolaknya.
Menyadari bahwa tidak akan mudah baginya mencari pria seperti Taemin di kondisinya saat ini, maka mengubah personalitasnya adalah satu-satunya jalan. Dia tidak mengenal orang lain di Seoul ini, dia juga tidak mengingat apakah dia memiliki keluarga atau kerabat, selama setahun ini dia hanya berdiam diri di rumah, mendengarkan nasihat Taemin yang khawatir sesuatu akan terjadi padanya di saat dia tidak memiliki koleksi memori sedikit pun.
Tok tok tok.
"Nyonya, ada paket-paket kiriman untuk Anda di bawah," ujar seorang pelayan, membuyarkan lamunannya.
"Ya, saya akan kesana." Hanbyul menggerakkan tungkai kakinya menuju lantai 1. Dari tengah tangga, dia bisa melihat tumpukan kotak di tengah ruang tamunya. "Ini apa? Ada nama pengirimnya?" tanya Hanbyul memperhatikan setiap kardus dengan teliti.
"Dari Tuan, Nyonya." seorang pelayan menyerahkan bukti transaksi disertai sebuah catatan yang diminta Taemin untuk disampaikan padanya ke pihak toko.
Terima kasih, Sayang untuk kecupanmu pagi tadi. Aku harap bisa segera menerima kelanjutannya secepatnya.
Aku yang sangat mencintaimu,
Gong Taemin.
Hanbyul tersenyum tipis membaca notes yang disertakan dalam pengiriman tersebut. Dilipatnya dengan rapi bukti transaksi itu dan memasukkannya dalam kantong roknya. "Tolong bawakan ini ke kamar saya, ya." ujar Hanbyul meraih ponselnya dan mulai mengetikkan beberapa kalimat pesan sambil melangkahkan kakinya menuju area kolam renang di tempat yang lebih menyerupai mansion dibandingkan sebuah rumah biasa.
📱
Terima kasih, Taemin-ssi. Hadiah dan ucapannya sudah kuterima. Semoga presentasinya berjalan baik.Tak lama pesan tersebut terkirim, satu panggilan telepon muncul di ponselnya. Tentu saja, siapa lagi kalau bukan pria yang tergila-gila padanya.
"Ya, Taemin-ssi."
"Kenapa tidak langsung menelepon?"
KAMU SEDANG MEMBACA
It's You, Right?
FanfictionSeo Hanbyul tinggal bersama dengan suaminya, Gong Taemin. Setiap harinya dia selalu diperlakukan bak seorang Ratu. Status suaminya sebagai salah satu pengusaha top di Seoul membuatnya memiliki kemampuan untuk membanjiri Hanbyul dengan kelimpahan mat...