20] Memories

13 1 0
                                    

Sebuah pintu ruangan ballroom dalam hotel tersebut terbuka lebar. Sebuah banner yang sama dengan banner yang terletak di depan lobby hotel, juga terlihat berdiri di depan pintu tersebut. Puluhan, mungkin ratusan orang terlihat memadati area sekitar ballroom. Pria berbalut jas dan wanita berbalut gaun beraneka warna terlihat berlalu lalang juga berbincang dengan anggun dan elegannya.

Jantung Hanbyul mulai berdetak tak karuan. Jika perkiraannya benar, maka Namjoon juga akan menghadiri acara yang sama, begitu juga Ny. Han. Belum lagi dia selesai menata hati dan pikirannya, dari kejauhan, dia menemukan sosok yang sangat dikenalnya. Pria tinggi dengan lesung pipi yang menghiasi kedua sisi wajahnya terlihat berbincang dengan beberapa tamu lainnya. 

Namjoon yang berdiri membelakangi Hanbyul, saat itu memutar tubuhnya, merespon sentuhan di pundaknya oleh seorang koleganya. 

"Akh!" Hanbyul merasakan pening yang tajam menusuk kepalanya. Tangannya meraih mahkota kepalanya, meremas helaian-helaian rambutnya dengan keras. "Ssshhh, akh." tubuhnya merosot ke bawah, memaksanya untuk melipat kedua kakinya karena tubuhnya hilang keseimbangan. Pandangannya terasa berputar.

"Ada apa?" 

"Tidak apa-apa?" 

Hiruk pikuk terdengar dari seluruh tamu Gala Dinner tersebut. Menarik perhatian seluruh orang, termasuk Namjoon dan juga Ny. Han yang berdiri tak jauh dari Hanbyul dan Taemin. Sebuah material kain merangkul tubuh Hanbyul dan tubuhnya terangkat saat itu juga. 

"Kamu tidak apa-apa?" tanya Taemin dengan lembut, membawa Hanbyul yang masih berjuang dengan rasa pusingnya, mendudukkannya pada sebuah bangku dalam ruangan. Taemin menopang tubuhnya pada salah satu lututnya, sementara terus mengusap punggung tangan Hanbyul dengan penuh afeksi. 

Kepala pria tersebut menoleh ke kanan dan kiri dengan cepat, memperlihatkan kepanikannya. Salah satu tangannya terangkat memanggil seorang pelayan ataupun pekerja hotel untuk membantunya. "Tolong ambilkan segelas air." ujar Taemin lagi. 

Sementara Taemin memperlihatkan perhatiannya pada Hanbyul, keduanya menjadi pusat perhatian dari seluruh tamu yang hadir. 

"Silakan, Tuan." ujar seorang pelayan yang datang dengan membawa sebotol air mineral di atas nampannya, mengulurkannya pada Taemin.

"Terima kasih. Sayang, ini. Minumlah." Taemin membukakan tutup botol tersebut dan menyerahkannya pada Hanbyul. Wanita yang dikenal sebagai istrinya oleh setiap tamu yang hadir saat itu, meraih botol tersebut dengan tangan gemetar dan meneguk cairan dalamnya yang mungkin mampu memberi sedikit kelegaan dan keringanan atas nyeri yang dideranya.

"Terima kasih." jawab Hanbyul, menyerahkan kembali botol tersebut pada Taemin. Tangannya mencengkeram kuat ujung gaunnya, mencoba berdamai dengan rasa sakitnya yang tak juga kunjung berkurang meski air dalam botol yang diminumnya sudah berkurang lebih dari setengah. 

"Masih sakit? Bagaimana kalau kita pulang saja? Biar kamu bisa secepatnya istirahat." 

"Boleh? Aku rasa, aku tidak bisa tetap disini dan menahan rasa sakitnya." 

"Hm. Tidak apa-apa. Ayo." Taemin mengangkat tubuhnya, meletakkan kedua tangannya di bawah lutut Hanbyul dan juga punggungnya, mengangkat tubuh istrinya dalam satu gerakan. "Maaf, saya permisi dulu. Istri saya sepertinya kurang sehat. Saya dan istri pamit, undur diri." ujar Taemin, sedikit menundukkan kepalanya diikuti Hanbyul yang juga menundukkan kepalanya dalam gendongan Taemin.

Seketika itu suasana riuh seketika melihat sikap dan perhatian Taemin. Yang wanita merasa iri dengan Hanbyul sekaligus berharap ada Taemin lainnya yang mereka harapkan bisa dijadikan pendamping hidupnya, sementara yang pria merasa sedikit terancam karena Taemin memberi standar yang cukup tinggi untuk menarik perhatian wanita-wanita single lainnya, selain yang juga hadir pada pertemuan makan malam tersebut.

It's You, Right?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang