12] Identitas

9 1 0
                                    

"Aku menemukanmu." bisik Namjoon berulang-ulang sambil terus memeluk tubuh Hanbyul.

"Namjoon-ssi, ada apa? Ada yang sakit?" tanya Hanbyul. Tangannya sibuk bergerak menepuk punggung pria yang terus mendekap tubuhnya semakin erat, berpikir bahwa tindakannya mungkin bisa membantu mengurangi apapun rasa sakit yang dideritanya.

"Byul-a, bisakah kamu memelukku juga kali ini?"

"B-b-byul-a?" kata-kata Hanbyul terbata-bata mendengar cara Namjoon memanggil dirinya.

Hanbyul tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi tapi untuk alasan yang belum dia ketahui, panggilan tersebut dan suara yang menyebut potongan namanya, bukan suatu hal yang asing baginya. Sebaliknya, ada suatu kerinduan yang muncul dari dalam hatinya. Dan tubuhnya bereaksi dengan cepat. Kedua tangannya bergerak melingkari tubuh tinggi nan gagah tersebut.

"Oppa..." satu sebutan yang juga dia tidak mengerti asalnya, mengalir keluar dari bibirnya dalam sebuah bisikan lembut. Mengalun merdu ke dalam indera pendengaran Namjoon.

Seiring dengan panggilan tersebut, Namjoon justru semakin mengeratkan pelukannya. Seandainya bisa, dia ingin melebur, menjadi satu dengan sosok yang saat ini berada dalam pelukannya. Dengan begitu, mereka bisa tetap bersama selamanya.

Ingatan pria itu pun kembali ke satu tahun yang lalu. Ketika dia sedang mengendarai mobilnya, hendak menjemput wanita yang memiliki hubungan lebih dari sekedar teman wanitanya selama 2 tahun belakangan dan baru berganti status sebagai istrinya selama 2 bulan terakhir ini. Dengan perasaan bahagia yang tidak lagi bisa dibendung olehnya, dia berharap bisa bertemu secepatnya dengan Byul, panggilan mesranya pada sang istri dan menghabiskan waktu sepanjang malam dengan wanita itu.

Bermanja, mendekapnya dan berada dalam pelukannya sepanjang malam, mengucapkan kata-kata cinta di telinga wanita tersebut, menatapnya, juga mengecupnya dengan lembut, adalah hal-hal klise tapi berharga bagi keduanya. Tidak seorang pun dari mereka yang menginginkan hadiah dengan barang bermerek mewah dalam hari-hari peringatan mereka. Kehadiran satu sama lain, sudah lebih dari cukup.

Dan sore di hari ulang tahunnya, dia harus menerima kenyataan pahit. Rencananya hancur berantakan. Perjalanan dari kantor ke halte, tempat yang ditentukannya sebagai titik temu, biasanya bisa dia tempuh dalam waktu 10 menit berkendara, tapi tidak di hari itu. Perjalanannya tersendat hingga membutuhkan 1 jam perjalanan hanya untuk menemukan puing-puing kaca dari sebuah mobil dan sebuah ponsel dengan gambarnya juga Byul yang sedang tersenyum bahagia ketika melakukan wedding kiss dengan jarak yang tersisa hanya 1 cm dari bibir masing-masing, penuh dengan cipratan darah di layarnya.

Saat itu juga, ia tidak membuang waktu dan mengejar ambulans yang membawa tubuh istrinya. Tapi lagi-lagi, dia kembali harus menelan pil pahit. Namjoon menemukan ambulans yang membawa Byul tapi tidak dengan tubuh istrinya. Berjam-jam, berhari-hari bahkan hingga saat ini, dia terus mencarinya. Nihil. Istri terkasihnya hilang seolah ditelan bumi.

Peristiwa ini pun menjadi penyebab Namjoon berhenti mengendarai mobil. Trauma bahwa mobil yang dikendarai seseorang menjadi penyebab perpisahan dirinya dengan Byul.

Tapi bagaimana tentang pertemuannya dengan Seo Hanbyul? Apa dia tidak mengenalinya? Kenapa Namjoon bersikap seolah tidak mengenalnya sama sekali jika ternyata Hanbyul adalah wanita yang selama ini dicarinya?

Ketika dia bertemu Hanbyul di pagi hari waktu itu, jantungnya hampir melompat keluar dari tubuhnya. Dia mengenalinya, namanya pun sama persis, meskipun dia lebih memilih memanggilnya 'Byul', yang artinya adalah 'bintang'. Karena wanita itu bagaikan bintang paling terang dalam rasi hidupnya. Tapi kebahagiaannya kembali dihancurkan ketika mata yang biasanya menatap dirinya dengan penuh cinta, saat itu menatapnya dengan penuh curiga. Ditambah lagi dengan cincin yang melingkar manis di jarinya, bukanlah cincin yang pernah dia sematkan.

It's You, Right?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang