23] Pilihan Dakwaan Tuntutan

35 1 0
                                    

"Appa!"

Namjoon menekan tombol lift untuk membuka kembali pintu besi tersebut, memberikan jalan untuk seorang anak yang suaranya terdengar memanggil ayahnya. Mungkin agar ayahnya mempercepat langkahnya sehingga tidak ketinggalan lift.

Ketika pintu lift kembali terbuka lebar, sesosok gadis remaja berusia sekitar 14 tahunan terlihat berdiri dengan ransel sekolahnya. Wajahnya tersenyum begitu bahagia seakan baru menemukan harta karunnya yang hilang.

"Appa!" panggil remaja itu lagi dan segera menghambur masuk, memeluk tubuh Namjoon dengan erat. "Appa, kemana saja selama ini?"

"Oh, Mina-ya? Sedang apa kamu di—" Namjoon terdiam ketika menyadari anak perempuan itu tidak sendiri, sesosok wanita yang datang sedikit terlambat dari anak tersebut, menghentikan langkahnya di depan lift. "Yoona-ya..."

"Namjoon-a... Kukira Mina hanya berhalusinasi melihatmu disini."

"Hm, bagaimana kabarmu? Kalian kembali ke Korea?" tanya Namjoon, mengusap kepala anak itu dengan lembut. "Kalau anak Appa, bagaimana kabarnya? Selama ini, Mina selalu mendengarkan Eomma, khan?"

"Tentu saja. Aku menepati janjiku pada Appa."

"Anak pintar." Namjoon menepuk punggung Mina dengan lembut yang sedang memeluknya demgan erat. Pandangannya beralih pada sosok wanita yang tak kalah anggun dari Hanbyul, mengenakan pakaian layaknya seorang wanita karir.

"Aku baik-baik saja. Kamu tinggal disini? Aku melihat berita beberapa waktu lalu, kamu membuka cabang perusahaanmu di Seoul ini. Selamat, aku turut senang mendengarnya."

"Terima kasih. Kalian juga tinggal disini?"

"Hm. Perusahaan tempatku bekerja memintaku pindah dan membantu anak perusahaannya di Seoul ini. Kami baru saja pindah beberapa hari lalu. Hanbyul-ssi?" tanya Yoona yang menyadari tidak ada sosok Hanbyul di sisi Namjoon saat itu.

"Byul-ie ada di apartemen. Sesekali datanglah bermain ke apartemen kami."

"Eomma, ayo kita ke tempat Appa! Mina mau berbincang bersama Appa, ngobrol. Mina kangen Appa."

"Nanti lain kali ya, Mina. Appa baru saja pulang, pasti butuh istirahat. Lagipula Appa tidak tinggal sendiri, kita harus meminta izin terlebih dahulu kalau ingin bertemu." ujar Yoona, mengambil Mina dari gendongan Namjoon dan mengendongnya sendiri.

"Kalau Mina ingin berkunjung, kabari saja. Nanti Appa atur waktu yang baik supaya kita bisa menghabiskan waktu bersama."

"Tidak bisakah kita menghabiskan waktu bersama sekarang, Appa?" tanya Mina. Pelupuk matanya mulai terisi dengan bulir-bulir air mata, memperlihatkan mata besarnya yang mulai berkaca-kaca.

"Hm, sepertinya bisa. Coba minta izin Eomma."

"Eomma, Mina boleh main ke rumah Appa ya?"

Yoona tidak tahu menjawab apa. Wanita itu melempar pandang ke arah Namjoon, memohon belas kasihan melalui sorot matanya, berharap pria yang pernah menikahinya itu segera mengubah pernyataannya untuk menghentikan rengekan Mina yang sepertinya tidak akan berhenti dalam waktu dekat.

"Namjoon-a, aku tidak enak dengan Hanbyul-ssi. Biar bagaimanapun kami belum pernah bertemu. Pasti akan canggung, jika aku tiba-tiba datang membawa Mina dan memintamu menghabiskan waktu dengannya."

"Tidak apa-apa. Byul-ie tahu tentang kalian. Aku menceritakan padanya segala sesuatu tentang kalian." ujar Namjoon tanpa beban.

"Ah... Begitu ya..."

It's You, Right?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang