Sepuluh

790 95 5
                                        

  



  Rasanya Kai Kamal Huening sedang dalam mimpi yang sangat indah saat dia mendapati Choi Beomgyu, kakak mungil kesayangannya dalam pelukan. Mereka tertidur begitu saja setelah peresmian hubungan mereka.
Hari pertama menjadi pacar kak Beomgyu, itu yang Kai pikirkan saat ini.
Meskipun Kai sama sekali tidak menyangka bahwa akan ada badai datang saat kamarnya di ketuk beberapa kali dari luar.

"Ibu? Pagi.." entah kenapa Kai gugup setengah mati saat dia mendapati ibu dari sang pacar berdiri di hadapannya dengan tatapan menyelidik.

"Pagi juga, tadi ibu udah teken bel beberapa kali tapi gak ada yang buka pintu, jadi langsung masuk aja takut ada apa-apa."

"Gak apa-apa kok. Tadi aku masih tidur jadi gak denger," Kai tentu saja paham karena ibunya juga menitipkan kunci rumah ke keluarga Choi untuk jaga-jaga.

"Beomgyu juga tidur sama kamu?"

"Iya," Kai berasa langsung panas dingin takut dia di marahi oleh calon mertuanya itu.

"Tapi kalian gak ngapa-ngapain kan? Kakak-kakak Beomgyu belum ada yang nikah soalnya."

"Ibu apa-apaan sih, kita gak ngapa-ngapain," Beomgyu memotong pembicaraan kedua orang yang mengganggu tidur nyenyaknya sampai dia terbangun sesaat Beomgyu mendengar suara sang ibu.

"Siapa tau kan, ya udah kalian mandi dulu terus ke rumah samping buat sarapan," sang Bunda berlalu pergi tanpa dosa sama sekali.

"Padahal masih jam delapan," Beomgyu kesal padahal hari itu adalah akhir pekan.

"Nanti siang aja di lanjut tidurnya kak, mau mandi dulu?"

"Gak usah, aku langsung pulang aja. Kamu abis mandi ke rumah ya, jangan lupa," Beomgyu mengambil bajunya sendiri dan menyusul sang Bunda.

.
.
.

  "Akhirnya kalian pacaran juga?" Choi Taehyung tentu saja sudah tahu bahwa Hueningkai memang menaruh hati pada anak bungsunya sejak lama. Teman masa kecil yang terlalu lama bersama membuat benih cinta tumbuh, tentu itu hanya sebuah perumpamaan dari Taehyung yang di bumbui oleh sang istri tiap kali anak dari tetangganya itu secara terang-terangan memberi banyak perhatian pada Beomgyu.

"Biasa aja kok," tanggap Beomgyu yang tak mengambil pusing omongan ayahnya, begitu juga Hueningkai yang tak berani mengatakan apa-apa saat ini.

"Pacaran juga gak apa-apa, kita udah pasti restuin kalian."

"Mungkin lebih baik  kita ngurus punya kak Yeonjun sama kak Soobin aja," saran Hueningkai karena bahasan sarapan mereka mungkin saja membuat kak Beomgyunya tidak nyaman.

"Mereka berdua malah belum pulang sampe sekarang."

"Ibu gak telepon kak Soobin, gak biasanya kan?" usul Beomgyu.

"Gak usah lah dek, mungkin bakal seru banget kalo kakak-kakakmu nikahnya deketan."

Beomgyu  menggelengkan kepala. Dia sudah  sangat hafal bagaimana sang ibu bisa berfikiran seperti itu.

.
.
.

  "Kamu beneran gak mau ikut ke rumah?" Soobin sudah segar sehabis mandi, dia baru ingat kalau punya baju ganti di mobilnya.

"Gak usah deh, aku juga masih canggung," Taehyun sudah membuat sarapan untuknya dan juga sang atasan. Cuma roti isi tapi lebih baik dari pada yang lebih tua pergi tanpa memakan apapun.

"Makan dulu kak, maaf ya aku gak pinter masak."

"Makasih Adek."

"Apa tuh, panggil biasa aja," Taehyun merajuk, panggilan seperti itu terlalu tak biasa untuknya.

"Sayang?" Sebuah hiburan yang tak mungkin di lewatkan Soobin begitu saja karena Taehyunie-nya alih-alih menampakkan raut marah seperti sebelumnya, dia malah sibuk menutupi pipinya yang sudah bersemu. Choi Soobin seperti sudah mengubah si laki-laki mungil dalam semalam saja.

"Kak abis ini langsung pulang sana."

"Iya, aku pulang kok," Soobin memilih untuk berhenti menggoda si manisnya itu sebelum dia benar-benar di usir.

 

  
  Satu jam berlalu setelah makan pagi mereka usai, Soobin sudah rapi dan berpamitan untuk pulang, " Hyunie, makasih buat semuanya ya. Maaf kalo kesannya aku ganggu ketenangan kamu, aku bakal kangen deh."

"Besok kan bisa ketemu."

"Iya sih, duh gimana ya. Rasanya aku pengen tinggal di sini aja," Soobin sedikit tak tahu diri saat meraih pinggang yang lebih mungil dan menempatkan dagunya pada bahu Taehyun dengan catatan dia harus membungkuk.

"Kak Soobin berat," keluh Taehyun, Soobin itu terlalu raksasa untuknya.

"Bentar aja, kamu wangi."

"Kak Soobin mesum," Taehyun merasakan sensasi bahunya di kecup beberapa kali, salahkan dirinya yang memakai baju rumahan yang sudah kendor sana-sini dan menampilkan salah satu bahunya secara bebas.

"Efek pagi kali ya, apa karena efek Taehyun?"

"Gak usah ngomong ngawur gitu— "

  
Seharusnya Choi Soobin bisa menahan diri untuk tak menyapa bibir tanghulu Taehyun, tapi siapa yang menolak saat yang lebih mungil  malah memejamkan mata erat-erat.
Berawal dari kecupan kecil sederhana di ujung bibir sampai lidah Soobin mengetuk belah bibir Taehyun untuk lebih terbuka pada tamunya.
Tak sampai satu menit sampai Soobin membereskan jejak ciumannya di bibir yang sudah memerah itu.

Oh God, Soobin merutuk dirinya sendiri saat menemukan mata Taehyun sayu dan semakin sulit untuknya pulang.

"Apa Hyunie gak keberatan kalo aku ulangi?" Efek Taehyun terlalu di luar batas ternyata.

____ tbc

Haii morning~

Smpe ketemu chapter depan

Tata🐧
















 I Know I Love You! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang