Sembilan

829 105 13
                                        

 

 
(Full of Soobtyun....  Happy reading)

  

 

   Soobin seharusnya beranjak pulang setelah Taehyun tertidur lelap, tapi rasanya terlalu berat untuk melepas pandang pada laki-laki mungil yang berada di depannya.

"Taehyun-ah, apa setiap hari kamu sendirian? " Soobin tanpa sadar menggenggam jemari Taehyun dan menangkupnya dengan tangan besarnya sendiri.

"Aku nginep boleh?" seketika itu pula Soobin mengangguk untuk dirinya dan berlalu menuju sofa untuk merebahkan diri, tidur di sofa sepertinya tidak begitu buruk meskipun bagian lutut ke bawahnya tak mendapatkan bagian.
Entah pemikiran apa yang membuat Soobin tetap tinggal di flat milik pacarnya itu. Pacar?  bahkan Taehyun masih enggan memberi kepastian pada Soobin.
Malang sekali nasib anak kedua dari keluarga Choi itu.

   Taehyun tiba-tiba terbangun saat di rasa ada yang dia lupakan. Apa itu mungkin hanya mimpi?
Kak Soobin nya pasti sudah pulang, pikir Taehyun.
Dia bangun dari kasur dan berniat mengambil minum karena kerongkongannya terasa kering sekali.

"Kak Soobin?" Taehyun mendekat dan menemukan Soobin tidur meringkuk di sofa lusuhnya.
Punggungnya akan sakit kalau benar-benar tidur di sana semalaman.

"Kak Soobin gak pulang?" Taehyun menepuk lengan yang lebih tua agar terbangun.

"Ini udah pagi? padahal aku baru tidur, pagi Taehyunie,"  Soobin sibuk mengumpulkan nyawa saat Taehyun menampilkan wajah sebal. Mungkin seharusnya Soobin tidak menginap.

"Ini masih jam dua dini hari."

"Oh ya? aku pulang deh."

"Gak usah kak Soobin ngantuk kan, tidur di kamarku aja. Biar aku di sini," Taehyun melanjutkan acara mengambil minumnya di dapur.

"Minum dulu."

"Makasih sayang," Soobin mungkin masih dalam mimpi indah kali ini.

"Ayo ke kamar, aku juga mau ambil selimut."


"Selamat tidur Taehyunie."

"Jangan bicara lagi, hembusan nafas kak Soobin ganggu banget," sebuah ide buruk menyetujui usul Soobin agar mereka tidur satu ranjang saja, Taehyun memilih untuk berada di bagian luar dari pada di sisi tembok, membuatnya harus berbaring miring dari pada bersitatap dengan yang lebih tinggi dalam jarak dekat. Salahkan ranjang Taehyun yang terlalu sempit untuk berdua dan Taehyun yang geli karena lehernya tersapu nafas Soobin tiap dia berbicara.

"Makanya hadap sini, aku janji diem deh. Masa nanti aku tidur gak nafas?" Ungkapan bodoh macam apa itu.

"Gak, kalo udh tidur gak bakal kerasa kok. Pokoknya diem aja."

Soobin mengangguk dan lebih menaikan tubuhnya lagi, sedikit berani untuk menyampirkan lengannya pada pinggang Taehyun.

"Takut kamu jatuh," seharusnya Taehyun tidak akan protes karena dagu Soobin berada di puncak kepala yang lebih mungil. Di peluk dari belakang, itu yang Taehyun rasakan.

"Kak Soobin tuh seenaknya, waktu itu bilang mau ngelamar terus ngajak pacaran terus di kenalin ke keluarga kakak lagi. Kakak gak mikirin perasaan aku."

"Maaf kalo aku buru-buru. Mau ngulang dari awal?" Soobin juga ingin melakukan hal yang benar sebagai seseorang yang menyukai Taehyun bukan untuk pengganti tapi benar-benar menjadi seseorang yang akan dia seriusi sampai mereka bisa menikah.

  "Gak usah, cukup tanya aku dulu sebelum ngapa-ngapain."

"Baik, di mengerti. Jadi, Kang Taehyun aku menyukaimu, mau jadi calon istri ku? aku gak bercanda, gak juga buat main-main. Jawab yang jelas sekarang."

"Aku gak mau," Taehyun seperti menggigil saat mengucapkannya, hatinya belum siap dan jawaban itu yang paling rasional untuk saat ini.

"Berikan alasannya. Aku bisa terima kalau memang ada hal yang tidak bisa ku ubah," atmosfir kamar Taehyun berbeda sepersekian detik  saja saat Soobin mengganti kedalam bahasa formal dan suaranya yang tidak seteduh sebelumnya.

"Aku sedikit kehilangan kepercayaan dengan orang lain, apa menyukai saja sudah cukup? bagaimana kalau nanti bosan dan akhirnya meninggalkanku  begitu saja, seperti ayah dan ibu yang meninggalkanku," Taehyun seperti mengorek luka lama. Bagaimana saat dia mengemis kepada kedua orangtuanya untuk tetap bersama, untuk tetap menjadi sebuah keluarga yang utuh.
Tapi sayangnya suara Taehyun tak terdengar dan dirinya seperti dibuang degan sengaja. Mereka bahagia dengan pernikahan masing-masing dan Taehyun sudah tak ada hubungan  apa-apa lagi sekarang.

"Sayang sekali, alasanmu di tolak."

"Kak!"

"Maafkan mereka karena membuatmu mengalami itu  Taehyun-ah, apa aku boleh berjanji untuk selalu membahagiakanmu? aku benar-benar tidak akan meninggalmu sendirian," Soobin membalikkan tubuh Taehyun dan  memeluknya lebih erat, dia  tak mengindahkan ucapan si remaja mungil lagi. Untuk remaja seumurannya pasti sangat berat menerima kenyataan bahwa dirinya tak punya siapapun untuk menopang kehidupannya saat ini dan masa depan nanti.

"Kakak seenaknya lagi," Taehyun rasanya tidak bisa kemana-mana karena Soobin tetap setia merengkuh dirinya dan mengelus surainya seperti kucing.

"Kalo buat kebaikan gak papa, jangan mikirin yang berat-berat. Besok aku bilang ke ayah sama bunda biar mereka juga tau aku serius sama kamu," Soobin benar-benar seenaknya untuk kali ini, dia hanya ingin semuanya berjalan cepat. Secepat dia ingin membahagiakan Taehyun-nya.

____

Terimakasih sudah membaca sampai sini

-tata🐧

 






  

 

 I Know I Love You! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang