Naksir sama cowo? Soobin masih memikirkan ucapan adiknya tadi malam, sepertinya kalau untuk ukuran "naksir" belum sampai ke tahap itu. Mereka bertemu saja baru kemarin.
Kebetulan sekali seorang pria yang sedang dalam pikiran Soobin sudah masuk membawa baki berisikan makan siang. Taehyun sudah di persilahkan masuk oleh Jihoon terlebih dulu.
"Pak, tumben banget makan siang di ruangan?" Kepo Jihoon.
"Lagi kepingin aja, kamu gak makan siang? Terimakasih Taehyun-ie ayo duduk di sini."
"Kirain bapak mesen 2 porsi buat aku juga," ucap jihoon dengan suara yang di buat seimut mungkin.
"Sayangnya bukan tuh, kamu makan siang di luar aja. Inget jam 3 kita ada meeting."
"Ah, tidak usah pak. Terimakasih banyak, saya permisi," Taehyun rasanya tidak pantas mendengarkan obrolan kedua orang di depannya itu.
"Aku bercanda kok Hyunie, duduk saja dan makanlah. Aku mau keluar dulu, habiskan makananmu" Jihoon memberi usakan pada surai lembut Taehyun. sempat-sempatnya mengerling nakal pada sang atasan meksipun di balas dengan delikan tajam tentu saja.
"Tunggu apa lagi, ayo duduk," jihoon sudah keluar dari ruangan dan hanya tinggal mereka berdua disana.
"Baik pak, terimakasih" Taehyun mengambil duduk dan berhadapan langsung dengan atasannya itu.
Taehyun makan dengan malu-malu, dia ingin menghilang saja rasanya saat tatapan mereka bertemu. Apa sejak tadi beliau memperhatikan Taehyun?
Apa Taehyun makan dengan aneh? bocah itu tidak tahu apa yang akan dia lakukan sekarang."Hmm.. Taehyun-ah, apa kamu punya pacar?" Pertanyaan Soobin membuat taehyun hampir tersedak, pertanyaan macam apa itu?
"Belum pak," jawab Taehyun tergagap, bodoh sekali.
"Oh ya, Berapa umurmu?"
"Saya 18 tahun pak."
"Yakin belum punya pacar? Ada niat buat pacaran gak?" Sebut soobin sedang setengah tidak sabar sampai mengutarakan hal yang sedang ingin dia ucapkan dalam kepalanya.
"Maaf pak, nggak juga."
"Kalau saya lamar kamu mau?"
"Hah, maksud bapak apa?" Taehyun tak mengerti apa yang di ucapkan oleh direkturnya itu.
"Saya ngelamar kamu, terus jadi istri saya."
"Gak mau deh pak," Taehyun menjawab dengan spontan.
"Baiklah, silahkan pilih salah satu, jadi istri saya atau kamu saya pecat, gampang banget kan?" Ucap Soobin memberi opsi pilihan atau lebih tepatnya ancaman untuk hidup Taehyun.
"Loh bapak kok maksa saya," Taehyun sudah meletakkan sumpitnya dan menatap tepat pada Soobin, masa bodoh salahkan atasannya itu yang memberikan opsi tanpa Taehyun bisa memilih keduanya.
"Apanya yang maksa? Simple pilih saja, ku sarankan opsi pertama dan ku beri waktu beberapa hari jadi fikirkan baik-baik Taehyunie, habiskan makananmu dulu baru ku ijinkan keluar" soobin melanjutkan makan nya yang terunda dan memperhatikan bocah mungil di depannya yang memasukkan makanan ke dalam mulut dengan suapan besar, mungkin berharap agar cepat selesai dan keluar dari ruangan Soobin.
"Yakin kamu udah 18 tahun?" Jari telunjuk soobin sudah mengusap nasi yang tertinggal di sudut bibir taehyun, membuat yang lebih muda merona malu.
Ah memalukan. Keluh Taehyun dalam hati.
"Terimakasih pak, maaf, " ucap taehyun tergugu, dia tak pernah di perhatikan sedetail itu sebelumnya.
"Sama-sama. Taehyun-ah, boleh minta nomor ponselmu?"
