Choi Yeonjun, sebagai anak sulung dari dua orang adik dia harus benar-benar sempurna, cucu pertama dari sang ayah dan bunda, rasanya dia dijatuhi tanggung jawab lebih yang bahkan dia sendiri tak pernah memintanya.
Semuanya berjalan dengan benar, Yeonjun mungkin harus berterimakasih kepada seluruh keluarga yang sangat mendukungnya sampai dia bisa memiliki kehidupan yang sekarang, semakin banyak kasih sayang yang dia terima, semakin banyak hutang budi yang akan Yeonjun kembalikan.
Bukankah Choi Yeonjun termasuk orang yang amat sangat beruntung?
Pada awalnya, dia pun berfikir begitu, tetapi ada saat dimana dia tak bisa bertindak apa-apa tentang perasaannya sendiri...Yeonjun menyukai Jeon Arin, lebih tepatnya Arin yang secara mudah menyanggupi permintaan untuk menjadi kekasih, berbanding lurus dengan kedua keluarga mereka.
Arin cantik dan mandiri, itu kesan Yeonjun pertama kali.
Meskipun kadang hubungan mereka sedikit dibumbui dengan perdebatan kecil dan berakhir dengan Yeonjun yang lebih banyak mengalah, mereka berbeda dua tahun dan Yeonjun mengerti sepenuhnya Arin bukan perempuan yang mudah menurut karena sifat kerasnya hampir sama seperti kerasnya dia pada mimpi menjadi model profesional sejak dia remaja.Yeonjun baru saja pulang dari luar kota, dia sedang mengawasi salah satu project pembangunan perumahan di sana, dia berencana menemui sang kekasih sebelum pulang ke rumah, sudah tiga hari mereka tidak bertemu. Yeonjun ingin memberi kejutan dengan sebuket bunga mawar, dia juga pulang lebih cepat dari perkiraan. Yeonjun melihat ponselnya dan Arin yang semalam mengatakan akan ada pemotretan dan Yeonjun yang tak berfikir lama untuk menuju kantor agency Arin sekalian mengajaknya makan siang.
Yeonjun keluar dari kantor dengan sedikit kekecewaan pasalnya mereka mengatakan Arin sudah pulang sejam lalu. Dia memutuskan menuju apartemen milik sang kekasih, Yeonjun masih belum menyerah dengan kejutan yang sudah dia siapkan.
Lantai 12, Yeonjun sudah di sana dan menuju pintu nomor 9 milik Arin.
Dia hanya perlu menekan password dan pintu sudah terbuka.
Lengang, Yeonjun menuju dapur untuk mengambil minum lebih dulu, ada sepasang gelas kopi di meja dapur, Yeonjun berfikiran mungkin saja sahabat Arin datang berkunjung.Yeonjun mengetuk pintu kamar sang kekasih, butuh beberapa waktu sampai Heejin membuka pintu untuknya, " sayang, kok cepet banget pulangnya. Aku lagi sama Arin, dia bantuin aku rias kuku."
"Hai kak," Kim Heejin menyapa Yeonjun dan di sapa kembali dengan senyum oleh pria itu.
"Kalian udah makan siang? sebenernya tadi mau ngajak Arin makan bareng."
"Nanti aja gak apa-apa, mau beresin kuku dulu. Kak Yeonjun mau perawatan kuku juga? Aku bisa bantu,"Kim Heejin adalah sahabat Arin sejak lama, yang Yeonjun tahu kekasihnya itu juga satu sekolah dengan sang adik.
"Kapan lagi kalau ada waktu ya," Yeonjun menjawab sekenanya.
"Gak apa-apa kok, aku selesain kukunya dulu. Undang aku kalau kalian menikah ya."
"Tentu aja."
___
"Kenapa gak bilang kalau pulang hari ini?" Arin duduk di pangkuan Yeonjun yang sedang melihat-lihat buku kelulusan SMA milik sang kekasih, sepertinya dua sahabat tadi sedang mengenang masa sekolah mereka.
"Surprise?"
"Gak biasanya kan, mana bawa bunga juga," Heejin mengecup bibir Yeonjun sekilas sebagai tanda terima kasih.
"Oh ya, Soobin di kelas apa ya? Mau liat dia," Yeonjun membuka lembaran tebal itu dengan satu tangan karena tangan kirinya menahan pinggang Arin agar tidak terjatuh.
"Nanti aja deh liatnya, gak kangen aku?" Arin menutup album foto itu dan menaruhnya di meja rias, ada hal yang tidak seharusnya dilihat oleh kekasihnya itu.