11

211 46 21
                                    

Sohyun duduk di balkon kamarnya, matanya sembab karena hampir seharian menangis. Gadis itu juga sengaja tidak pergi ke sekolah hari ini. Niat ingin mengantarkan sarapan untuk Taehyung pagi tadi, malah membuatnya mendapatkan berita yang tidak ingin di percayainya.

Sejak kapan ? dan mengapa Taehyung tidak mengatakan apapun selama ini ? pertanyaan-pertanyaan terus muncul di kepalanya.

Dering ponsel membuat gadis itu menyeret tungkainya untuk masuk ke kamar dan mengambil benda berisik itu.

"Sohyun-ssi, kau dimana ? ada yang ingin aku katakan tentang obat yang kau berikan kemarin."

"Perawat, Min. Bisa kita ketemu di luar sekolah ?"

.

Di sinilah Sohyun sekarang, duduk di sebuah taman yang berada tidak jauh dari sekolahnya.

"Sohyun-ssi ?"

Mendengar namanya di panggil, gadis itu berbalik lalu segera berdiri saat melihat Min Suho tiba di tempat mereka janjian. "Sudah lama menunggu ?"

"Tidak juga." Balas gadis itu sambil tersenyum tipis.

Suho memilih untuk duduk di kursi kayu yang berada di hadapannya, begitupun dengan Sohyun. berdehem sekilas, Suho mengeluarkan sebuah obat dari dalam sakunya.

"Dimana kau mendapatkan obat ini ?"

Sohyun nampak berpikir sebentar, "Itu.. milik temanku."

"Temanmu yang sakit kemarin ?"

Dengan ragu gadis itu mengangguk.

Suho mengela napasnya "Temanku bilang, ini obat yang biasanya di konsumsi orang yang menderita kangker."

Sohyun membulatkan matanya "Kangker ?"

"Iya. Ini di gunakan untuk menahan rasa sakit."

Sohyun tak bisa berkata-kata lagi. Matanya sudah panas, gadis itu meremat jari-jarinya "A-apa orang yang sakit kangker bisa sembuh ?"

"Bisa jika segera di atasi dari awal. Tapi kebanyakan orang yang menderita kangker tidak menyadari penyakitnya sedari awal. Dan sepengetahuan-ku, penyakit kangker merupakan salah satu penyakit yang banyak menyebabkan kematian." Jelas perawat tampan itu panjang lebar tanpa mengetahui jika gadis yang duduk di sebelahnya sedang menahan sesak yang luar biasa.

"Sohyun-ssi ?" Suho panik saat melihat Sohyun yang bersusah payah menahan tangisnya.

Gadis itu mendongak dengan mata berkaca-kaca lalu tersenyum tipis. "Terimakasih untuk informasinya. Maaf merepotkanmu. A-aku.. harus segera pulang." Sohyun berdiri, membungkuk sebentar pada yang lebih tua lalu berlari dari sana. Entah kemana, hanya saja saat ini dirinya butuh tempat sepi untuk meluapkan semua rasa sakitnya.

Suho menatap punggung Sohyun dengan tatapan sendu. Senyum yang gadis itu tunjukan tadi menyayat harinya. Bagaimana bisa mata dan bibir gadis itu menunjukan hal berbeda dalam waktu yang bersamaan.

.

.

Mendengar penjelasan dari Hoseok, membuat Jimin memberanikan diri untuk memberitahu Ayahnya tentang keberadaan Taehyung. Dia tidak tahan jika harus berdiam diri saja dan membiarkan Taehyung menjalani semua ini sendirian.

"Ayah.."

"Iya, ada apa Jim ?" Namjoon meletakan koran dan melepas kaca mata tebalnya.

"Aku ingin bicara."

Namjoon tersenyum hingga lesung pipinya terpampang sempurna. "Bicara saja. Kau ini, seperti dengan orang lain saja. Kemarilah." Ucapnya sembari menepuk tempat kosong di sebelahnya.

Dear Name √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang