Sebelum UNKNOWN ERROR OCCURED Dimulai (3)

14 3 3
                                    

"Abang enggak kuliah?" tanya Ale ketika masuk ke dalam rumah.

"Libur," jawab Arga singkat.

"Ih kok enggak bilang-bilang sih libur, pasti Ayah juga enggak tahu juga ya?" balas Ale heboh mendengar jawaban tak terduga dari abangnya.

Bisa dibilang Arga tipe orang yang tertutup, ia tidak pernah memulai pembicaraan atau bahkan repot-repot menceritakan apa pun tentang dirinya kecuali ada yang bertanya. Hanya Aldin yang bisa membuat Arga bicara panjang lebar, itu pun karena Aldin mencari keributan dengan Arga. Entah baju Arga dipakai Aldin, alarm Aldin yang berisik banget tapi orangnya tak kunjung bangun, atau karena Aldin yang selalu mengajak bicara Arga sampai larut malam. Iya, Aldin dan Arga memang saling berbagi kamar.

Bahkan suatu saat karena saking kesalnya Arga dengan celotehan Aldin sebelum tidur, ia pernah mengunci kamarnya supaya Aldin tidak bisa tidur di sana. Aldin panik sambil gedor-gedor pintu, tapi Arga sama sekali tidak menggubris raungan Aldin di luar sana.

Alwi yang mendengar kehebohan itu segera masuk ke kamar dan ikut mengunci pintu, takut Aldin tiba-tiba menjajah kamarnya. Alhasil, Alena yang kena getahnya, dan berakhir dengan perdebatan yang tak ada habisnya. Ayah yang sudah lelah mendengar itu semua pun memutuskan untuk membawa Aldin ke kamarnya. Jadilah malam itu, Aldin menceritakan dongeng pengantar tidur kepada Ayah sepanjang malam.

Memang, terkadang Arga suka diam-diam menghanyutkan. Setelah kejadian kunci-mengunci itu, Aldin pun minta maaf beribu kali kepada Arga dan berjanji tidak akan mengganggu Arga lagi. Tapi karena ini Aldin, sudah jelas janji hanyalah sebatas omongan di mulut. Besoknya ia tetap memakai barang-barang Arga seenak jidatnya. Arga pun akhirnya pasrah dan memilih diam saja melihat kebiasaan buruk adiknya itu.

"Ayah belum tahu," lagi-lagi Arga menjawab seadanya.

Alena yang malas mendengar jawaban Arga pun segera berlalu ke kamar dan mengganti seragam sekolahnya. Ketika ia hendak mencuci seragam itu, Ale cukup terkejut melihat baju-baju yang tadi pagi masih berserakan di sekitar mesin cuci kini sudah terjemur rapi.

"Ih Abang nyuci ya?" tanya Ale basa-basi sambil cengengesan senang.

"Ya, liat aja sendiri," jawabnya.

"Lah kan aku enggak liat siapa yang nyuci, cie cie nyuci, tumben banget," ledek Ale.

Jarang sekali abangnya itu mau mencucikan pakaian seluruh anggota keluarganya.

Dari kecil, Ayah sudah mengajari anak-anaknya untuk memasak, mencuci, menyetrika, dan lainnya, sehingga semua anaknya mahir melakukan pekerjaan rumah masing-masing.

Mereka juga sudah berjanji untuk bertanggung jawab atas pakaiannya sendiri. Bahkan, mereka sudah memiliki jadwal mencuci baju yaitu setiap pagi sebelum subuh, jadwal Ayah. Sekitar jam 7 ketika semua sudah berangkat kerja dan sekolah, gilirannya Arga. Dan malam hari setelah pulang kerja, jadwal Alwi.

Sedangkan Aldin dan Ale awalnya selalu berdebat memperebutkan jadwal sore, akan tetapi karena akhir-akhir ini Ale selalu pulang ke rumah lebih dahulu, maka ia pun menguasai jadwal mencuci di sore hari.

Aldin yang pasrah akhirnya memutuskan untuk mencuci sesuka hatinya, kadang setelah salat subuh jika ia tidak ketiduran lagi, atau terkadang mencuri-curi kesempatan sebelum Alwi pulang. Namun seringkali pakaiannya berakhir tidak dicuci karena tak sempat. Ini lah alasan dibalik seringnya Aldin meminjam paksa pakaian Arga.

Memang berat awalnya bagi mereka untuk konsisten melakukan pekerjaan rumah tersebut di tengah banyaknya tugas lain seperti tugas kuliah, tugas sekolah, dan lain-lain. Namun, mereka sudah memutuskan untuk tidak menggunakan jasa ART agar meminimalisir pengeluaran dan tak mungkin membebankan semua pekerjaan kepada Ayah selaku kepala keluarga.

Ketika Ale hendak meletakkan seragamnya di dalam mesin cuci, lagi-lagi ia terkejut melihat apa yang telah dilakukan Arga. Pakaian Aldin tersisa disana. Ale tidak menyangka Arga menyimpan dendam begitu besar kepada Aldin sampai tak rela mencucikan pakaiannya. Ale cekikikan sendiri membayangkan bagaimana nanti jika Aldin tahu dan berakhir misuh-misuh seharian kepada Arga, dan Arga yang sewot mendengarkan kegaduhan Aldin.

Ale sudah hafal tabiat kedua abangnya itu.

Namun, karena tak tega dengan Aldin yang sedang sibuk belajar di luar sana, dengan melapangkan hati, akhirnya Ale mencuci pakaian yang tersisa tersebut.

"Mamah antar rendang tadi," ujar Arga dari ruang keluarga merangkap ruang tamu itu.

Alena yang berada di ruang mencuci pun segera beranjak ke meja makan.

"Yes, aku enggak usah nyiapin makan dong," teriaknya senang.

Berbeda dengan jadwal menyiapkan sarapan, ketika makan malam, hanya Alena yang meluangkan waktu untuk memasak. Karena tak mungkin, Alena harus menunggu Ayah dan abangnya pulang untuk memasakkan makanan bagi keluarga mereka. Namun tak jarang pula, Mamah memberikan makanan untuknya sekeluarga seperti saat ini.

Mamah adalah panggilan untuk tetangga rumah mereka yang selama ini membantu mengurus Alena dan abangnya sejak kecil. Mamah juga yang biasanya hadir sebagai wali murid ketika ada acara di sekolah. Bahkan, Papah (suami Mamah) yang memberikan pekerjaan bagi Alwi yang saat itu hanya berbekal ijazah SMA saja.

Keluarga Mamah memang sangat dekat dengan mereka bahkan sejak Ibu mereka masih ada.

***

to be continued~

thank you guys <333

UNKNOWN ERRORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang