Bel pulang sekolah sudah berbunyi beberapa menit yang lalu. Sekolah itu sangat sepi karena hampir semua siswa dan siswinya telah pulang ke rumah, kecuali mereka yang terlambat datang ke sekolah dan diberikan hukuman oleh guru piket.
Setelah selesai memungut seluruh sampah di sekitar lapangan, Alena segera mencari Aldin yang harusnya juga mendapat hukuman saat itu. Namun berkali-kali mengelilingi sekolah, tak ditemukan sedikit pun batang hidung abangnya itu.
Ia pun segera mengecek gadgetnya berniat untuk menelepon Aldin, namun notifikasi yang masuk dari grup chat membuat Alena kembali mengurungkan niatnya.
'Kata Ayah, Tolong Berkabar'.
Itu nama grup yang terpampang di layar gadget Alena. Grup itu beranggotakan Ayah, Alwi si anak sulung, Arya yang sedang berkuliah di Semarang, Arga, Aldin, dan dirinya sendiri.
Aneh memang, padahal awalnya nama grup itu hanya 'keluarga', namun karena Ayah setiap hari selalu bawel mengingatkan tolong berkabar ya Wi, tolong berkabar ya Ar, tolong berkabar ya Ga, tolong berkabar ya Din, tolong berkabar ya Le, akhirnya Aldin dengan tidak sopannya mengganti nama grup itu menjadi 'Kata Ayah, Tolong Berkabar'.
Memang hanya Aldin yang paling tidak tahu malu untuk mengejek Ayahnya sendiri.
Grup chat itu menampilkan satu pesan masuk yang belum dibaca oleh Alena.
Bang Aldin : Aku pulang jam 8 ya, mau belajar dulu.
Saat ini Aldin berada di tahun terakhir SMA, sehingga ia memutuskan untuk selalu belajar setelah pulang sekolah. Alena pernah bertanya kenapa tidak belajar di rumah saja dan Aldin bilang, kalau ia susah fokus jika berada di rumah. Maka Aldin pun selalu belajar di perpustakaan umum atau di cafe belajar dekat sekolah. Berkali-kali Alena meminta untuk ikut, namun Aldin tak pernah menggubrisnya dan selalu pergi lebih dahulu sebelum Alena menghampiri kelasnya. Alena berdecak sebal, lagi-lagi Aldin kabur meninggalkannya.
Alena : Aku udah muterin sekolah nyariin abang juga! Jahat, malah pergi duluan ...
Bang Aldin : SENGAJA, HAHAHA
Bang Arya : Le ... Kangen ...
Bang Aldin : Pulang napa bang, betah banget di Semarang
Alena : APALAGI ALE BANGGGG
Ayah : Ale nanti malam makan duluan aja yaa, enggak usah nungguin ayah sama abang Alwi
Alena : Oke Ayah
Alena : Bang Arga kuliah ya?
Alena menunggu balasan grup chat tersebut sambil merapihkan tasnya di kelas. Namun tak ada jawaban.
"Parah dikacangin," ujar Alena kecewa melihat pesannya yang hanya dibaca saja.
"Kalau Bang Arga kuliah, berarti makan malam sendiri lagi ya." Alena memang sudah terbiasa menghabiskan waktu hingga malam hari sendirian di rumah. Ayah dan Alwi selalu tiba di rumah pukul 8 atau 9 malam, sedangkan Arga biasanya sampai di rumah pukul 8 malam atau bahkan pernah sampai jam 10 malam, katanya kerja kelompok, pernah juga piket setelah praktikum, dan alasan-alasan lainnya.
Begitu juga dengan Aldin yang selalu beralasan belajar di luar sehingga tak pernah pulang bersama dengan Alena. Arya? Ia berkuliah di Semarang dan hanya kembali ke rumah saat liburan semester saja. Hanya Alena yang tidak punya kegiatan lain selain sekolah.
Alena pun memutuskan untuk segera pulang dan mampir terlebih dahulu untuk membeli bahan-bahan makanan. Ia juga baru ingat kalau besok yang bertugas menyiapkan sarapan adalah dirinya.
Besok aku harus bangun jam 4 pagi supaya enggak telat lagi, pikirnya.
***
Alena mengeluarkan kunci rumah dari tasnya. Semua anggota keluarga itu memiliki kunci masing-masing, karena jadwal pulang mereka yang memang tidak bersamaan. Namun, saat Alena hendak membuka kunci pintu, ternyata pintunya tidak dikunci. Alena panik membayangkan bagaimana jika rumahnya dibobol oleh seorang pencuri.
Pikiran Alena sudah berkeliaran ke mana-mana. Ia pun segera menelpon Arga yang tadi pagi berada paling terakhir di rumah. Mungkin saja ia lupa mengunci pintu atau memang ia sudah berada di rumah. Dengan gusar, Alena berharap Arga segera menjawab teleponnya. Ia juga mengirimkan pesan berkali-kali kepada abangnya itu.
Alena : Abang dirumah?
Alena : Abang tadi kunci pintu enggak?
Alena : Abang jawab telepon Ale dong
Alena : Abang????
Alena : Bang jawab ih
Alena : Kayaknya ada pencuri deh
Alena : Bang
Alena : Bang ada yang buka pintu dari dalam
Alena : ABANGGGG
"HWAAAAAAA," teriak Alena kaget sambil berlari keluar pagar melihat pintu rumah terbuka.
Arga keluar dari rumah sambil menggenggam ponselnya yang masih berdering.
"Apaan sih berisik banget, pencuri apaan, itu aja motor Abang ada, udah jelaslah Abang ada di dalam," omel Arga sambil menunjuk motornya yang terparkir di halaman rumah.
"Tadi enggak ada di situ deh perasaan," balas Alena malu karena sudah membayangkan yang tidak-tidak.
Arga segera masuk ke dalam rumah tanpa memedulikan adiknya itu.
***
Haloooo!!!!
So far, what do you think about this story?
Terima kasih banyak yaa sudah berkunjung lagi di UNKNOWN ERROR ini :)
KAMU SEDANG MEMBACA
UNKNOWN ERROR
General FictionAlena selalu merasa bahwa keluarga itu ibarat rumah. Tempat berpulang dari hiruk pikuknya dunia luar. Tempat berlindung dari hujan dan badai. Tempat saling menceritakan dan berbagi banyak hal. Setidaknya Alena selalu berpikir demikian. Namun siapa...