1O : Jeno?

27 6 4
                                    

I'll be honest
We're better off as friend
I told myself I would never fall again
But I can feel myself falling, now

• Keenan Te •

- -

Hari yang ditunggu tunggu para murid telah datang, yaitu hari dimana mereka akan memulai camping. Pagi ini semua telah berkumpul dan mencari bus untuk kelas masing-masing. Banyak bus berjajar di depan pagar sekolah.

Kini Danish sedang memberikan berbagai peraturan untuk Yura disana. Danish sangat bawel kepada Yura, menyuruh Yura agar tidak sompral, menyuruh Yura agar tidak meninggalkan perkemahan kecuali ada kegiatan, menyuruh Yura untuk makan bersama teman-temannya, menyuruh Yura agar tidak berpencar sendiri dan banyak suruhan lainnya.

Kepala Yura pusing mendengar Danish yang begitu bawel, padahal mereka nanti pasti sering bertemu. Namun, wajar bila seorang Kakak khawatir kepada Adik satu-satunya.

Danish bilang ia menitipkan Yura kepada teman-teman lelakinya, siapa lagi kalau bukan Jeno dan kawan-kawan. Mereka menyetujui itu dan akan menjaga Yura agar tetap di samping mereka, apalagi Jeno ia begitu semangat.

"Udah, Bang, tenang aja ada gue sama yang lain." Jeno tiba-tiba datang sambil membawa tas ransel yang tidak begitu besar, tidak seperti Winter yang kini sedang berjalan menuju bus kesusahan karena tasnya begitu berat sampai-sampai Haidar juga ikut membantu.

"Okedeh. Jagain ya, Jen, gue nitip."  Yura menggelengkan kepalanya. 

"Ya ampun segitunya nih Abang gue, jadi makin sayang." Yura menyenggol-nyenggol bahu Danish.

Danish berdecak. "Ck, bacot! Udah sana masuk bus, bantuin tuh bestie lo kesusahan kek mau pindah rumah aja bawa tas segede gaban." 

Danish tertawa melihat Winter yang sedang membawa tasnya dibantu Haidar itu. Yura pun melihat apa yang Danish lihat, ia tertawa. "Diemin aja dah. Yuk, Jen!" 

Yura melangkahkan kakinya pergi menghampiri Winter dan Haidar lalu disusul oleh Jeno.

Tampaknya Yura dan Jeno bukan membantu namun malah menertawakan lalu mereka pergi terlebih dahulu meninggalkan Winter dan Haidar yang melambai-lambaikan tangannya agar mereka kembali untuk membantu. Namun, Jeno dan Yura menghiraukan mereka,

Saat masuk ke dalam bus, Mark sedang mengabsen siapa saja yang telah hadir. "Ra, duduk dimana? Bareng gue aja tuh disana." 

Mark menunjuk bangku yang telah ia tempati dan bangku sebelahnya ia simpan tas agar tidak ada yang menempati, dan itu untuk Yura.

"Yura sama gue," ujar Jeno sambil meraih pergelangan tangan Yura dan membuat gadis itu terkejut sampai-sampai ia membulatkan matanya, detak jantungnya tidak berdetak seperti biasanya.

"Oh, yaudah." Mark merespon dingin lalu kembali mengabsen orang selanjutnya.

Yura kikuk, ia ditarik oleh Jeno namun pandangannya ke belakang melihat ekspresi wajah Mark yang terlihat dingin sambil memegangi kertas dan pulpen di depan pintu bus. Wajah Yura pun masih saja tidak bisa dikontrol, kini langkahnya ikut terhenti saat tersadar Jeno telah memilih bangku untuk mereka duduki. Jeno meraih tas milik Yura dan ia taruh di atas agar tidak ribet dan sempit. Yura melongo, melihat bagaimana perlakuan Jeno yang begitu manis smbil disertai senyumannya yang tak kunjung hilang.

Jeno merasa aneh kenapa Yura tiba-tiba melongo dan diam tak bersuara. "Ra, ayo duduk!" 

Jeno memegang bahu Yura lalu menyuruh gadis itu agar duduk. Yura mengangguk canggung. Ia juga merasa aneh kenapa dia bisa sekaget ini, padahal perlakuan Jeno memang manis seperti ini sebelum-sebelumnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 18, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Your JTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang