B : Why you do that?

901 180 86
                                    

Asli, Semi sebenernya agak bingung. Oke, begini. Dia tau Ushijima karena kayak .. hei, lu idup di jaman purba sampe nggak tau cucu pemilik sekolah? Yang pulang perginya naik helikopter? Semi merasa sedikit tersanjung aja begitu tau kalau Ushijima know her and ..  ehem kissed her.

Entahlah, masalah kenapa Ushijima nyium Semi juga nggak tau. Mungkin emang kebiasaan anak orang kaya main nyosor anak orang. Ini kalau Umi tau Semi udah ciuman, bisa dibebet jadi soto Lamongan kali.

Sesuai yang Yaku bilang, "Don't mind. I know nggak semua orang terbiasa sama kissing but—jujur, yaah hal kayak gitu biasa buat kami. Apalagi yang sering clubbing."

Sebagai anak yang dibesarkan oleh orangtua yang lumayan faham agama, buat Semi cium-cium gitu 'ahdsjjsk'. But she try to stay cool. Dan kata-kata 'kami' dari Yaku itu, maksudnya anak-anak konglomerat.

Semi berdecih, dasar holkay.

Aah, tapi kalau dari segi kemanusiaan Yaku baik kok. Di luar sekolah agak bejat doang sih, udah selesai. Beres. Jangan hujat.

Hari ini Semi mampir ke eskul voli. Nemenin Sugawara, biasa, mau ketemu sama tunangannya. Kedengarannya mungkin 'lebay' amat tunangan? Tapi kan, nggak ada yang nggak mungkin di dunia ini bro? Apalagi buat orang berduit.

Sugawara di jodohin sama anak dari keluarga Sawamura, salah satu pemilik mall paling laku di kota. Sugawara sendiri punya Ayah yang nanam saham disana, Maminya Suga juga seorang desainer ternama. Jadi nggak heran kalau di jodohin.

"Mulut gue pait ih, pen nyebat."

Dugh!

"Anj—woi bocil nggak sopan banget!" Semi melotot ke arah Raden Akabane Karma. Si tukang pamer. Karma ketawa sebelum menghampiri kakak kelasnya.

"Lagian, cewe kok ngerokok pantes miskin." Ledek Karma, sungguh sebuah fisologi yang tidak masuk akal. Semi memungut bola voli dan memukulnya pelan ke kepala si Raden.

"Ngeh, Raden ku yang edan."

Karma cemberut. Lantas duduk di sebelah Semi. "Ganteng begini dikatain edan, piye to?"

"Bacot lu bangsawan KW." Semi menginjak sepatu Karma. Membuat cowo bersurai merah nyetrik itu mendumal. Lalu balas menginjak kaki Semi.

"WOI! MAIN INJEK AJA SI RADEN KAMPRET, SEPATU MAHAL INI HEY!"

"Sepatu mahal??" Karma bingung. Dia menunduk untuk melihat sepatu Semi. Semi menutup pahanya. "Heh mesum, mau ngintip ya lo?!"

"YA ENGGAK LAH!" Karma menunduk lagi, "Gue cuma mau liat sepatu mahalnya cewe middle class."

Setelah puas meneliti, Karma tertawa remeh. "Cailah kak, tiga jutaan doang."

Semi berdecak, gini nih yang bikin keselnya kalau sekolah di Internasional high school Gajah Mada. Sombong semua muridnya, wajar sih. Kan kaya, tapi tuh Semi kesel tau nggak?

"Sepatu gue, dua puluh juta." Kata Karma tanpa ditanya. "Alah, palingan juga KW."

"Dih, lagian kalau cuma dua puluh jutaan buat apa beli KW? Lucu lo—wait kak Semsem kok suaranya jadi indah merdu kayak bidadari di hatiku ya? Eh—NAGISAA!! CIEEE KANGEN BENERAN KAN LO NGGAK GUE GANGGUIN?? aw aw aw!"

Karma memegangi kupingnya yang jadi korban jeweran gadis mungil bersurai biru. Semi tertawa, "Hahah mampus lu! Makan tuh KW!"

Nagisa terlihat bersalah, dia membungkuk dan memaksa Karma untuk mengikuti nya. "Maafin Karma ya kak Sem, memang kurang ajar mulutnya."

Break All The Rules - ushisemi ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang