1O :: ° The Second Choi ࿐

2.5K 611 168
                                    

O2 : 24 PM

Sinar matahari sudah melewati puncaknya, namun teriknya tetap membuat silau indra penglihatan. Kalau diperhitungkan, 20 menit lagi mereka akan sampai tujuan.

Asahi menyipitkan matanya, dapat dilihat dari kejauhan sebuah pulau besar di tengah-tengah perairan. Pulau tersebut dikelilingi oleh batuan dan pepohonan yang cukup lebat. Lebih mirip hutan sih ...

Sangat jauh dari kata pemukiman warga, sepertinya hanya mereka yang nekat berkunjung kesini. Dari awal memang aura-auranya sudah tidak enak, sekarang dugaan itu memang benar dibuktikan dengan tewasnya teman mereka satu-persatu.

Asahi jadi merasa bersalah ...

Oh ya, dia harus segera mengemasi barang-barangnya---mana saja yang diperlukan untuk menjarah Pulau tersebut. Terutama makanan, minuman, obat-obatan, dan pertahanan diri.

Asahi kembali ke dalam, berjalan gontai menuju kamarnya. Disanalah ia bertemu Yedam yang sedang sibuk merapikan pakaiannya di dalam koper. Menyadari kehadiran Asahi, Yedam hanya tersenyum tipis dan melanjutkan kegiatannya.

"Bentar lagi sampai, kita harus siap-siap." Asahi memperingati.

"Oke, ini gue lagi beresin baju. Siapa sih yang bongkar? Gak sopan banget ...," sungutnya kesal. Bagaimana tidak, Yedam sudah melipat pakaiannya dan disusun serapi mungkin dengan kategori yang terpisah. Eh, pas dia buka koper isinya acak-acakan, kayak habis dipake kucing melahirkan.

"Maaf gak ngasih tau, kemarin Kak Jihoon buka-buka koper lo. Katanya sih nyari charger," tutur Asahi melihat wajah Yedam yang tertekuk karena merasa jengkel.

Yedam mendongak. "Trus ketemu dimana?"

"Lo pake ngecas di atas nakas," sahut Asahi.

Yedam menghela napas sejenak lalu melihat Asahi. "Gue udah selesai beres-beresin barang, kalo lo mau siapin dulu gih. Gue mau ngasih tau yang lain," ucap Yedam ketika tangannya hendak menarik gagang pintu sebelum keluar kamar.

Asahi tak menjawab apapun. Sebenarnya tak usah pusing-pusing memikirkan barang bawaan, belum tentu 'kan nyawanya terjamin jika ada salah satu pengkhianat diantara mereka?





































































Yedam melewati ruang tengah yang hanya terdapat Hyunsuk di sana---lebih tepatnya Hyunsuk bersama laptopnya. Meskipun sedang liburan, Hyunsuk tetap mengerjakan beberapa tugas yang mendekati deadline. Tidak peduli libur atau tidak, tugasnya sebagai mahasiswa masih tetap berjalan.

Yedam pun berjalan menghampiri Hyunsuk. Merasa ada bayangan yang mendekatinya, lantas Hyunsuk mendongak seraya membenarkan posisi kacamatanya. "Kenapa?"

"Cuma ngasih tau aja kalo bentar lagi kita sampe ke Pulau itu."

Hyunsuk mengembalikan pandangannya pada layar dan menggerakkan mouse-nya. Seakan sudah tahu apa yang Yedam sampaikan, dia hanya merespon sebuah anggukan.

"Lo gak bosen nugas terus, kak?" tanya Yedam tiba-tiba. Sebenarnya dia pun rajin, tapi ada waktu dan tempatnya juga.

Hyunsuk menoleh cepat, sedikit terganggu dengan ucapan Yedam. "Lo gak bosen ngurusin hidup orang?"

Yedam mendengus. Menyesal dia bertanya seperti itu. Ia pun pergi dari kediaman Hyunsuk.




















-ˏˋ ❬ ⸙ ❛ ᴛʀᴇᴀꜱᴜʀᴇ ❜ ❭ ˊˎ-






Haruto sibuk memindahkan barang-barangnya dari koper ke dalam ransel. Beberapa saat lalu, ia sempat berpapasan dengan Yedam ketika sedang merebus mie instan---dia lapar belum makan sejak pagi---dan Yedam bilang dia harus cepat bersiap-siap.

 ⸙͎۪۫ MY TREASURE ✔︎Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang