Kamar 2o9 love hotel

1.8K 15 0
                                    

Love Hotel, kamar 29. Rungan itu begitu panas dengan aroma sex yang pekat. Dua sosok berbeda gender tampak terlarut dalam gairah bercinta. Saling mencumbu, memeluk, mencium dan mendesah. Melampiaskan semua hasrat mereka seolah dunia akan berahkir esok hari.
Wiriya terlentang dengan nafas memburu, setelah klimaks untuk yang kesekian kalinya. Ditolehnya wanita tak berbalut busana di sampingnya, wanita itu saat ini terlelap kelelahan karna sex hebat mereka. Senyum bahagia pun terulas indah dibibir tipis pria itu. Rasa puasnya akan Reina selalu lenyap entah kemana, digantikan perasaan ingin selalu menikamati dan memandangs sosok cantik di sampingnnya saat ini. Wiriya pun merubah posisinya menjadi miring menghadap Reina. Tangan kokohya terulur ingin mengusap lembut rambut indah wanita itu.

"Aku mencintai...."

Bisik pemuda itu, tapi terpotong oleh memori tentang siang tadi.
Rahang tegas Wiriya mengetat , menampakan gurat emosi dan amarah. Lalu ekspresinya berubah menjadi senyuman oh bukan, Wiriya menyeringai kejam. Seringai liciknya semakin mengembang menandakan kini ada niat jahat di otaknya.
Pria tampan bermata coklat keruh itu bangkit dan membereskan penampilannya. Mata tajamnya menatap sosok wanita yang mungkin pernah iya cintai itu dengan nyalang.

"Kau ternyata memang cocok untuk jadi teman ranjang, tapi tak pantas dijadikan orang yang kucintai"

Setelah berkata demikian, Wiriya pun meninggalkan kamar 29 Love Hotel. Sosok tegap dan angkuhnya melenggang pergi keluar dari Love Hotel setelah chek out.

"Shit.. " umpata Wiriya ketika melajukan mobil menuju mensionnya.

"Mengapa kau sama saja dengan para jalang itu?"

" Mengapa aku harus mencintaimu?"

"AAAAArghhh.."

"Brengsek, brengsek brengsek"

"Dasar brengsek kau Reina wati"

Wiriya terus memaki Reina karna wanita itu telah tega menghianatinya. Wajah kalutnya menjadi semakin kacau saat mendengar poselnya bergetar dan nama Sesil lah yang tertera di sana.

"Apa mau wanita jalang?" kaliamat sadis itu meluncur dengan mulus dari bibir tipis Wiriya sebagai pengganti kata 'hallo'.

"Darling mengapa kau begitu kasar? " Suara manja dari seberang sana semakin membuat amarah Wiriya sampai ke ubun-ubun. Dengan geram pria itu mencengkram stir mobilnya.

"CEPAT KATAKAN APA MAU MU BRENGSEK!!!"

Mendengar bentakan dari pria itu bukannya takut, Sesil malah terkekeh menghina Wiriya.

"Aku sudah katakana padamu, sayang. Aku tak akan pernah melepaskanmu. Jadi bersiap-siaplah dengan kejutan daiku."

Setelah mengatkan itu sambungan telpon pun terputus. Wiriya melihat ponselnya sesaat sebelum ia membanting keras ponsel malang itu kejok sampingnya.

"AAAAARRRRRRRRRGGHHHH ,,,, WANITA SIALAN, DASAR JALANG . BRENGSEK!"

Wiriya merancau dan memukul setir dengan brutal. Perhatianya tak lagi bisa focus pada jalanan. Ia pun membanting setir dan segera menepikan mobilnya, jalannan yang lenggang mebuatnya tak perlu memikirkan akan tertabrak maupun menabrak mobil lain.
Malam semakin larut, jam menunjukan pukul 2 dini hari. Namun mata cokelat tajam Wiriya enggan terpejam. Fikirannya melayang pada peristiwa beberapa saat lalu saat mantan kekasihnya kembali menelfonya.

"Apa yang akan di lakukan wanita gila itu. Kuharap ini tak akan menyusahkanku di kemudian hari"

"................"

kenangan yang hilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang