're-upload' hamil.....

1.3K 13 0
                                    

MAAF CHAPTER " HAMIL" BERANTAKAN. JADI AUTHOR UPLOD ULANG, SEBELUM CHAPTER SELANJUTNYA DI UPLOAD.
MOHON MAAF YA......BENER- BENER MAAF ATAS KETIDAK NYAMANANNYA.

Reyhan P.O.V

"selamat bapak, istri anda tengah mengandung saat ini"
Bagai tersambar petir ditengah hari bolong. Ucapan wanita berjas putih dengan stestoskop ditangannya tersebut, seakan-akan adalah vonis hukuman mati untukku dan Reina.

"ba- bagaiman mungkin.."

Kudengar suara Reina terbata menahan getar, kurasa dialah yang sangat shok atas berita ini. Mengapa ini bisa terjadi? Apa karena aku sering keluar negri? Dan jarang memberinya perhatian? Aku sangat marah, aku kecewa. Bagaimana aku mempertanggung jawabkan kelalianku pada kak Irna kelak. Mengapa aku bisa sampai kecolongan seperti ini.
Kutarik nafas ku perlahan lalu kuhembuskan dalam sekali hembusan. Kau harus tenang Rey, tenang!. Ini semua memang mengejutkan. Tapi lihat Reina, bukan kah ini lebih berat untuknya. Aku usap puncak kepalanya sayang. Aku sangat menyayanginya. Dia sudah seperti adiku sendiri. Walau kak Irna tak mempercayakannya padaku pun, aku bersumpah akan tetap menjaganya.

"dok, berapa usia kandunganya?"

Walau berat aku harus menjadi sosok dewasa yang melindungi dan selalu mendukung Reina. Dia lah satu-satunya keluarga yang kumiliki saat ini.

"3 minggu. Dan kondisi janin ibu Reina masih sangat rapuh. Dalam tahap ini ibu Reina harus benar benar menjaga kesetabilan mental dan tubuh. Kalau di abaikan, akan fatal akibatnya pada kandungan nya." Jelas dokter tersebut.

Wanita paruh baya itu menjelaskan sembari menuliskan resep dan di serahkan padaku.

"tolong kurangi beban fikiran istrinya pak , dan semoga lekas membaik. Ini saya berikan suplemen penguat kandungnan dan beberapa vitamin silahkan ditebus diapotik"

Aku tersenyum rikuh saat dokter itu menyebut Reina adalah istriku. Tapi mau bagaimana lagi yang datang bersamanya adalah aku. Tak mungkinkan aku mengatakan ponakanku hamil diluar nikah.
Setelah berkonsultasi, kami pun pamit pulang. kami menyetop taksi dan bergegas pulang. Disepanjang perjalanan tak ada yang berbicara bahkan saat tiba dirumah pun Reina memilih mengunci diri dikamar .

"Rei bisa kau buka pintunya, ayo kita bicara antara paman dan keponakan" pintaku saat aku sudah berdiri di depan pintu kamar reina.

"aku tahu kau sedang shok. Tak mau kah kau berbagi dengan pamanmu ini? Atau kau masih ingin menyiksa diri?"

Cklek
Pintuk kayu coklat itu pun terbuka. Sosok cantik Reina kini tampak berantakan. Dia berdiri menunduk menyembunyikan wajahnya.
Ku ulurkan tanganku mengusap kepalanya. Diapun mendongak menampakan sepasang mata cokelat sembab karena menangis. Tak lama setelahnya ia pun menerjangku dan memeluku erat. Ia tumpahkan semua tangis dan isakanya. Ku peluk erat tubuh kecil Reina kedalam dekapanku. Menyalurkan rasa nyaman dan ingin melindungi.

"menagislah sepuasmu. Tapi berjanjilah setelahnya jangan cengeng lagi " ucapku keselingi lelucon garing tapi aku tahu leluconku tak akan membuatnya lebih baik. Yah setidaknya ku sudah berusaha.

"hiks p-paman, maaf kan Reina, maafkan Reina, maaf. Maaf paman pasti kecewa?"

Aku tahu paasti gadis kecilku ini sedang tertekan. Dia menangis, meraung, meronta atau apalah didalam pelukanku. Saat ini yang bisa kulakukan hanya memberinya kenyamanan dan menjadi pendengar yang baik, sampai iya mau membuka suara untuk bercerita tentang apa yang menimpanya.
Ku usap punggungnya lembut. Tangisnya mereda walau isakkan kecil masih terdengar.

"paman tak marah denganmu. Paman hanya terkejut, sayang!" ujarku meyakinkannya.
Kubawa tubuh kecilnya ke sofa ruang tengah dan mendudukannya disana. Tanganku pun masih senantiasa merengkuhnya, seolah-olah jika kulepaskan pelukan ku ia akan hancur berkeping- keeping.

kenangan yang hilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang