badai awal, bertiup

1.2K 15 0
                                    

Indahnya musim semi kini telah berlalu, dan yang menanti di depan adalah musim panas. Dimana badai kering akan selalu melanda ,untuk memporak-porandakan hidup manusia. Disini hati siapa yang lemah, maka dialah yang hancur. Tapi siapa yang  hancur dan mencoba bangkit lagi,maka ialah yang akan berdiri diakhir cerita,mengembangkan senyum bangga.Bukankah sudah menjadi hukum alam  siapa yang kuat dialah yang menang. Lalu yang lemah akan kalah hancur luluh lantah. Kehidupan ini sesungguhnya hanya secarik kertas kosong,dimana sipelaku akan mengoreskan tinta cerita mereka, membuat paragraf demi paragraf kehidupan. Disinilah Reina mulai merangkai  paragraf inti dari ceritanya menuju konflik utama.Yah ia baru akan memulai tangis dan raung pedihnya.Luka  karena jatuh cinta serta derita putus  asa oleh buih janji maya.
Wajah jelita gadis itu menyambut cerah sang raja pagi dari timur.Senyumnya terus mengembang selayaknya tak pernah ada beban derita yang pernah ia alami.Mungkin bukan tak pernah,tapi baru akan di mulai.
Pagi ini Reina mempersiapkan dirinya dengan sesempurna mungkin untuk menyambut hari sempurnanya yang sudah terencana dengan begitui cermat.
“Semuanya sudah beres ,dan sekarang saatnya menjemput paman Rey.”
Wanita molek itu beranjak dari duduknya setelah yakin semua jadwal tersusun sesuai rencana. Langkah kecilnya berjalan menyusuri jalan  sempit menuju halte terdekat.
“Mana nih taksinya ,lama sekali?” gerutu Reina sembari sesekali melihat jam tangannya. Ia nampak gelisah menunggu taksi yang tak kunjung datang. Lebih dari 45 menit Reina jenuh menunggu. Jalanan tampak lenggang, hanya beberapa kendaraan bermotor  yang berlalu lalang. Wanita berdress rempel selutut itu  sesekali tampak menghela nafas bosan.Bola mata coklatnya hanya fokus pada jalanan menunggu barang kali ada sebuah taksi yang lewat. Satu jam sudah Reina menunggu, tapi hasilnya nihil. Reina pun memilih naik bus lanjut dengan angkutan umum untuk sampai ke Bandara sebelum terlambat.
Disepanjang perjalanan,manik indah gadis itu hanya terlempar kejalanan.Menatap suasana perkotaan yang berganti dengan cepat karena laju bus. 

“ Yah setidaknya hanya satu rencanaku yang tak berjalan  lancar!”gumamnya mengusir kejenuhan  di bus.
Turun dari bus,segera Reina menyetop angkot menuju Bandara. Tak lama tibalah ia di Bandara Soekarno Hatta. Wanita itu berdiri dengan antusias di gerbang keluar terminal International, untuk menyambut kedatangan seseorang yang sudah dinanti-natinya. Sosok demi sosok ia amati hingga pandangannya jatuh pada seorang pria tinggi tegap mengunakan stelan resmi tertutup mantel  besar yang tersampir  di kedua pundaknya ber jalan kearah reina.
“PAMAN REY!!!!!” teriak Reina antusias.
Wajah manisnya melukiskan binar bahagia dan rasa rindu.Sesampainya pria itu didepan Reina ,tanpa sungkan dan malu-malu Reina segera menerjang sang paman dan memeluknya erat. Senyumpun tak lepas dari bibir mereka.
“Baru beberapa bulan tak bertemu,kau semakin cantik saja ya!”ujar Reyhan mengusap puncak kepala Reina gemas.Sedangkan Reina hanya asyik menghirup wangi tubuh Reyhan dalam-dalam,entah parfum  atau memang wangi alami paman yang selalu membuatnya merasa nyaman dan tenang.
“Paman tumben pulang awal?Bukankah kemarin bilangnya 6 bulan ya?”Tanya Reina heran.
Tak biasanya paman bisa pulang lebih awal seperti ini.Bahkan yang ada akan lebih lama dari waktu yang diperkirakan.
“Apa kau  tak suka paman pulang lebih awal?”mendengar pertanyaan heran dari keponakanya membuat Reyhan ingin sedikit menggoda Reina.
“Baikalah,jika kepulangan paman tak diharapkan ,paman balik lagi saja!” rajuk Reyhan pura- pura ngambek.
Melihat sang paman menampakkan ekspresi kecewa ,Reina pun segera memeluk paman dan mencium pipinya.Hal ini sudah biasa bagi Reina,ia kan mengecup pipi Reyhan saat merajuk dengan harapan ia berhenti  merajuk.
“ Bu..bu.. bukan begitu maksud Reina,Reina kan hanya….”ucapan Reina terpotong saat Reyhan mengulurkan sebuah bungkusan plastik besar yang entah berisi apa itu pada sang keponakan.Mata cokelat indahnyapun bersinar menggantikan tatapan panik Reina sebelumnya.Reyhan hanya mengulas senyum kemenangan sebelum akhirnya disusul dengan kekeh geli karena keponakannya.Sedangkan Reina hanya mengembungkan pipi kesal layaknya anak kecil yang cemberut.
“Sudah sudah sudah. Ayo sekarang pulang.Paman sudah lelah sekali.!”
Setelah puas tertawa ,Rehan pun memeluk pinggang ramping keponakannya dan mengajak sang keponakan keluar Bandara.Dari ke jauhan sikap mereka tampak sangat romantis,bahkan lebih romantis dari sepasang pengantin baru.Dan hal romantis itu tanpa sengaja dilihat oleh sepasang iris cokelat keruh menatap  pasangan yang baru keluar dari Bandara dengan tatapan tak percaya, namun tak lama tatapan itu berubah menjadi marah lalu berganti lagi dengan tatapan merendahkan di iringi seringai iblis.

kenangan yang hilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang