merangkai hari baru

1K 16 0
                                    

Author P.O.V

Reyhan berteriak panic, bagaimana tak panic? Jika baru siang tadi keponakannya ini bersendau gurau dengannya. Dan sekarang ia tergeletak lemah karena hampir kehabisan darah. Tak habis difikirnya, mengapa tiba-tiba Reina menghilang dan saat ditemukan ternyata keadaanya sangat mengenaskan.

"mengapa kau berbuat bodoh?" gumam pria itu pada sosok wanita yang terbaring pingsan di tempat tidur.

Setelah sadar dari kepanikannya, Reyhan segera menelfon ambulans dan membawanya kerumah sakit. Untung saja Reyhan datang tepat waktu, kalau tidak mungkin Reina sudah mati kehabisan darah.

"mengapa kau selalu menanggung masalahmu sendiri"

Pria itu masih menggeluh dan menggumam seolah Reina bisa mendengar dan membalas ucapanya.
"Rei..........., jangan membuatku merasa kehilangan lagi. Cukup kak Irna saja yang pergi!" pintanya dengan suara bergetar menahan tangis.
"aku hanya memiliki kamu. Jadi kumohon jangan tinggalkan paman mu ini sendiri!"

Digenggamnya jari lentik wanita itu dan di bawanya ke dekapan. Tak kuasa menahan rasa sedih dan perihatinya airmata pria itu pun meleleh. Dia kecup berulang kali tangan yang ada di genggamanya ,berharap sang pemilik tangan akan segera membuka mata. Yah Reina masih belum sadarkan diri dan kondisinya semapat kritis waktu dibawa kerumah sakit.

"ya Tuhan, kumohon jangan ambil dia! Ambil saja nyawaku, Tuhan! Aku rela! Tapi kumohon kembalikan dia, kembalikan senyum bahagianya!" Doa nya tulus
Kalimat yang sama mengalir berulangkali dari bibir tipis pria berusia 28 tahun tersebut. Bagai mantara ajaib, tak lama setelahnya sosok wanita di depanya mulai menunjukan pergerak kecil, tanda bahwa kesadaranya telah kembali. Kelopak berhiaskan bulu mata lentik Reina mulai bergerak dan terbuka belahan, mempilkan iris cokelat keruh yang mempesona.

"terimakasih tuhan, sungguh terimakasih"

Senyum bahagia mengembang di wajah Reyhan saat Reina membuka matanya dan bergumam lirih.

"bagaimana keadaanmu?" sapa Reyhan khawatir dan lega secara bersamaan.

Reina tak menjawab , matanya menatap kosong langit langit ruang inapnya.

"Rei............" panggil Reyhan sekali lagi.

Gadis itu menoleh, menatap Reyhan hampa tapi tiba-tiba tatapannya menjadi tajam penuh amarah.
"PERGI!!!!!!!!!!!" Bentak gadis itu murka.
" Rei......ada apa?" Tanya Reyhan cemas namun semakin memancig amarah Reina.

Bukan menjawab , Reina malah semakin histeris dengan panggilan pamannya.

"PERGI KAU BAJINGAN!!!!!!!!!!!!!!" raungnya mengila.

Reyhan mencoba menenangkan keponakannya dengan mencengkram kedua bahu wanita itu. Tapi saat ini yang dilihat Reina bukan pamannya , tetapi lelaki brengsek yang telah menghancurkannya. Jadi gadis itu semakin kalut dan memberontak dengan sesekali mencakar maupun memukul-mukul tubuh tegap pamanya.

"JANGAN SENTUH AKU!!!!!!! PERGI..................!!!!!!!!!!!"
"REI....... SADAR LAH "

PLAKKK

Seketika mereka berdua terdiam. Tak ada lagi yang mengeluarkan suara. Tak hanya berteriak keras untuk menyadarkan Reina , Reyhan tanpa sadari juga telah menampar pipi mulus keponakannya itu. Pria itu menatap jijik ke telapak tangannya yang sudah dengan lancang menyakiti wanita yang ia sayangi itu. Reyhan tampak murung sejenak sebelum ahkirnya ia merengkuh tubuh molek reina kepelukannya. Dia sandarkan kepala Reina kedada bidangnya, mengusap-usap surai panjang bergelombang milik Reina. Dan sungguh ajaib, pelukan Reyhan membuat wanita itu merasa nyaman sampai menumpahkan semua emosi yang menekannya dalam bentuk linangan airmata.

kenangan yang hilangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang